Waktu yang gue tunggu-tunggu sejak awal gue membuka mata hari ini akhirnya tiba juga. Iya, jam pulang kuliah. Kegiatan setelah ini menjadi satu-satunya motivasi gue untuk tetap terjaga. Sejak tadi gue bahkan bertahan dalam mode fokus-gak fokus karena terlalu sibuk memerhatikan detik yang berdetak di jam yang bertengger di dinding dengan aman sentosa-padahal gue tau benda itu gak akan pergi ke mana-mana.
Setengah melompat dari kursi, gue memutar badan ke kiri dan kanan, bermaksud meregangkan badan. Gue bergegas membereskan barang-barang gue yang berserakan. Memasang senyuman, gue jalan keluar kelas tanpa beban.
Belum jauh dari kelas, gue melihat ada kerumunan orang-orang yang berbaris di sepanjang jalan, entah apa yang mereka perhatikan. Awalnya gue gak berniat untuk tau-walaupun gue termasuk orang yang kepo garis keras-karena gue sedang buru-buru. Tapi begitu mau melewati kerumunan itu, gue baru sadar kalau orang yang gue cari adalah orang yang sama dengan yang menyebabkan keramaian ini.
Iya, dia Lee Taeyong.
Sepertinya gaya gravitasi yang Kak Taeyong punya lebih kuat dari gaya gravitasi tempat tidur. Buktinya orang-orang lebih betah mantengin dia daripada balik ke kasur. Daebak!
Awalnya gue berniat mendekat, tapi tampaknya daya tarik-menarik Kak Taeyong terlalu hebat sampai-sampai gue gak bisa lewat. Orang-orang ini terlalu agresif, gak ada yang mau geser walau barang sesenti.
Dasar makhluk binal!
Sedikit berjinjit, gue memanggil si oknum penyebab keramaian ini. "Kak Taeyong!"
Kak Taeyong menoleh.
Gue menepuk jidat pelan.
Gak usah pake senyum-senyum kenapa, sih?! Itu anak orang kalau pada pingsan semua gimana? Kan ribet urusannya! Hadedeuw!
Memutar kedua bola mata malas, gue melambaikan tangan biar dia bisa mempercepat langkah kemari.
Entah aura otoritas macam apa yang dia punya, kerumunan manusia itu otomatis membelah dan membuka jalan ketika Kak Taeyong melangkah.
Sepertinya pengaruh orang ganteng emang seluar biasa itu.
"Hai ca-—"
"Iya, hai juga. Kita bisa menghilang dari sini dulu gak? Gue takut diamuk massa kalau mesti stay lebih lama."
Kak Taeyong terkekeh. "Ya udah, ayo."
Gue dan Kak Taeyong kemudian jalan bersisian menuju mobilnya.
Bohong kalau gue bilang gue gak merasakan adanya tatapan-tatapan yang menusuk dari belakang. Gue sampai harus memeluk diri sendiri demi terbebas dari insecurity.
"Kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa. Cuma yang belakang rada horor aja."
Kak Taeyong ketawa. Dia lalu bergeser sedikit lebih jauh, memberi ruang yang cukup sampai kita gak terlihat sedang jalan beriringan. Rupanya hal itu cukup efektif untuk membebaskan gue dari pergunjingan orang-orang. Brilian!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grumpy | Doyoung
FanfictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN ANDA Gue gak marah, lo nya aja yang salah paham - Doyoung • Just for fun • Non baku • Tidak mengikuti kaidah penulisan yang baik dan benar ☆ Beberapa orang memutuskan berhenti membaca di tengah jalan. Itu pilih...