cruelty free

59.5K 8.7K 1.9K
                                    

Nyam nyam nyam nyam nyam

Gue terkekeh untuk kesekian kalinya. Hewan-hewan ini lahap sekali makannya. Mereka gak sadar kalau gak lama lagi, mereka bakal dikorbankan demi kepentingan manusia.

Jongkok sambil memeluk lutut, tatapan gue berubah sayu. Untuk kandang yang ada di depan gue, kelinci-kelincinya masih sehat. Bulu-bulunya masih lebat. Beda dengan beberapa kandang di sebelahnya. Ada yang bulunya udah dicukur, ada yang kulitnya udah merah-merah, ada juga yang telinganya luka-luka.

Miris.

"Ketawa lo barusan bikin telinga gue iritasi."

Gue gak perlu menoleh untuk tau siapa pemilik suara itu. Yang pasti, dia orang yang sama dengan orang yang membawa gue ke sini. "Salah sendiri. Harusnya Kakak stay di dalam lebih lama lagi."

Kak Doyoung ikut jongkok di sebelah gue. "Kenapa?"

Gue menenggelamkan wajah di antara lutut lalu menggeleng. "Sedih aja liat mereka, Kak."

"Jangan diliat."

"Ya gimana mau gak liat kalau kita di sini?"

"Gimana gue mau stay lebih lama di dalam kalau lo ngerasa gak nyaman di sini?"

Kita berdua kemudian diam.

Gue mengambil potongan wortel yang keluar dari kandang dan memasukkannya kembali ke dalam. "Harus banget pake mereka?"

"Harus."

"Kenapa?"

"Karena mereka emang diciptakan untuk dimanfaatkan."

"Tega."

"Gak usah komen kalau gak punya solusi."

"Nih, ya, coba Kakak bayangin, gimana kalau manusia yang ada di posisi mereka dan mereka yang di posisi manusia? Emang Kakak mau dibelah-belah? Mau dibuat luka-luka?"

"Jangan ngomong seolah-olah peneliti itu makhluk paling kejam di dunia. Ada yang namanya etik. Kita gak semena-mena."

Gue menggeleng. "Aku gak lagi ngomongin itu, dan kalian emang jahat. Tapi tadi aku nanya, emang Kakak mau digituin?"

"Realistis aja. Mereka gak sekadar diciptakan buat jadi penghias dunia. Gak kayak yang di buku cerita bergambar buat anak-anak, hidup di tengah hutan dengan hewan terus di langitnya ada pelangi. Kenyataannya, dunia ini gak seindah itu."

Gue mencebik. "Kakak tuh pas kecil tontonannya apa, sih? Bahagia gak, sih? Kayaknya gak terima banget sama yang namanya imajinasi. Suram banget tau gak!"

"Justru, orang-orang kayak gue itu mesti dilestarikan."


Emang situ satwa langka?


"Buat ngelengkapin imajiner-imajiner kayak lo."


Hmm hmm hmm hmm hmm ...


"Ah tau, ah! Orang lagi serius juga!"

Kak Doyoung terkekeh.

Bibir gue mengerucut perlahan. Gue menunjuk salah satu kelinci putih yang lagi minum. "Padahal yang itu mirip sama Kakak."

Kepala gue oleng ke samping karena ditoyor Kak Doyoung. "Enak aja gue disama-samain sama hewan."

"Ih, gak disama-samain! Mirip tuh gak berarti sama, Kak. Mirip dalam KBBI berarti menyerupai, bukannya sama. Duh! Gini nih, kalau tiap hari bacaannya cuma soal sistem tubuh sama penyakit doang. Sekali-sekali tuh kamus bahasa sendiri juga dibaca, Kak. Jangan cuma bahasa orang plus nama-nama latin mulu!"

The Grumpy | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang