Sesuai janjinya kemarin, hari ini Kak Doyoung nemenin gue buat jengukin makamnya Pinky sepulang kuliah. Kebetulan jadwal kuliah dia untuk blok kali ini cuma sampai pukul 3. Kita jadi punya lebih banyak waktu saat langit masih nampak biru muda.
Parkir di depan rumah, gue sama Kak Doyoung turun dari mobil. Niatnya kita mau ke taman sambil jalan kaki aja, sekalian olahraga. Toh, tamannya masih di dalam kompleks juga.
Walaupun sekarang udah terhitung sore, tapi matahari masih terbilang tinggi dan cuaca masih terbilang cukup panas. Kak Doyoung menyuruh gue untuk pake topi yang dia bawa di mobil. Untungnya kali ini topinya warna putih, bukan warna hitam lagi.
Sambil jalan ke taman, pikiran gue terbang ke masa tiga tahun yang lalu.
Waktu itu gue masih kelas 2 SMA, masih labil—sampai sekarang-dan masih jahiliah. Kalau gak salah, suasanya sore—sore seperti ini juga, mungkin sekitar pukul 5. Gue sama yang lain baru selesai rapat suatu kepanitiaan. Seperti biasa kalau lagi banyak tamu di rumah, Mami bakal pesan banyak makanan buat kita semua. Biar mereka betah katanya. Kalau mereka semua udah pulang, gue bakal masuk ke kamar, ke kamar mandi, lalu muntah.
Mungkin waktu itu gue terlalu berisik sampai ngebangunin Pinky dari tidurnya. Pinky sebenarnya gak suka kamar mandi, dia gak suka mandi. Butuh perjuangan luar biasa setiap minggunya kalau gue mau mandiin dia. Kak Yuta sampai frustasi sendiri karena sering jadi korban cakaran Pinky. Tapi waktu itu, entah sejak kapan dia udah ada di depan pintu, ngeliatin gue dengan aktivitas gue itu.
Pinky mengeong sampai tiga kali, sampai akhirnya gue berhenti. Gue cepat-cepat bersih-bersih lalu keluar dari kamar mandi. Gue baru ingat kalau gue belum ngasih makan Pinky. Dan gue juga baru ingat kalau stok makanan Pinky udah habis tadi pagi.
Iya, Pinky gak makan sembarangan. Dia pemilih, baik masakan rumah maupun yang dijual di supermarket. Kebanyakan gaya emang.
Awalnya gue mau minta tolong sama Kak Yuta buat dibeliin karena gue ngerasa capek dan pusing banget. Yah, itu kebiasaan tiap habis muntah, sih. Tapi niat itu batal karena pas gue keluar kamar, dia lagi ngumpul sama teman-teman gengnya—termasuk Kak Doyoung juga—di ruang tengah. Waktu itu Kak Yuta masih dalam masa pusing-pusingnya jadi maba. Sampai-sampai teman sepermainannya yang masih SMA disuruh ke rumah buat bantuin kerja tugasnya. Akhirnya gue harus pergi sendiri.
Daripada Pinky gak makan, kan?
Bermodalkan hp dan uang, gue jalan keluar rumah, niatnya mau ke minimarket dekat taman kompleks. Gak taunya Pinky ikut juga.
Mungkin dia terlalu peka kalau gue lagi kurang sehat dan gak bisa pergi sendiri.
Atau, mungkin dia udah terlalu lapar sampai ngikutin gue biar gue gak terlalu lama pergi.
Intinya dia ikut.
Sayangnya, gue terlalu percaya diri kalau Pinky gak bakalan ke mana-mana walaupun gak gue pasangin tali. Gue juga terlalu lemas sampai ngerasa gak sanggup kalau harus ngegendong Pinky. Dan saat itulah musibah itu terjadi. Tiba-tiba ada mobil muncul dari pembelokan dengan kecepatan tinggi dan melindas Pinky. Jahatnya, mobil itu gak berhenti dan begitu aja pergi.
Gue terlalu shock sampai gak bisa berkata-kata. Sambil gemetaran, gue menelpon Kak Yuta. Kak Yuta yang dengar suara gue sesenggukan langsung panik dan nanya gue di mana. Gue gak bisa banyak bicara waktu itu. Gue cuma bilang taman dan gak sampai 5 menit, Kak Yuta udah datang. Ada Kak Doyoung sama Kak Jaehyun juga di belakangnya.
Gue meluk Kak Yuta sambil nangis makin parah. Gue masih ingat baju Kak Yuta sampai basah. Kak Jaehyun ke minimarket buat beliin gue minum, sedangkan Kak Doyoung yang ngubur Pinky di taman dekat pohon mangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grumpy | Doyoung
FanfictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN ANDA Gue gak marah, lo nya aja yang salah paham - Doyoung • Just for fun • Non baku • Tidak mengikuti kaidah penulisan yang baik dan benar ☆ Beberapa orang memutuskan berhenti membaca di tengah jalan. Itu pilih...