compare (2)

58.4K 8.6K 2.5K
                                    

BRAKK!!

Gue tersentak ketika jiwa gue dipaksa kembali ke dalam raga, dipaksa kembali ke dunia nyata lantaran ada manusia-yang sedikit agak gila-membuka pintu kamar gue dengan sangat-amat tega. Gue gak perlu membuka mata untuk tau siapa penyebab kembalinya roh gue secara tiba-tiba. Orang yang kelakarnya seperti itu cuma ada satu di rumah ini, Nakamoto Yuta.

Gue sedang mencoba untuk kembali hanyut ke dalam dunia mimpi ketika gue merasa ada guncangan di tempat tidur sisi belakang gue. Sepertinya oknum yang tidak tau diri ini benar-benar tidak punya etika. Sudah banting pintu kamar orang, sekarang malah banting diri ke atas ranjang. Kampret banget emang.

Gue masih berusaha mengabaikan kelakuan abnormal Kak Yuta. Gue-yang sudah hampir 100% sadar dari tidur ini-masih belum mau berbalik menghadap ke dia. Tapi dengan resenya Kak Yuta malah menendang-nendang kaki gue.

"Woy, bangun napa! Tidur mulu lo dari sore. Anak gadis macam apa lo? Bangun!"

Gue pura-pura gak dengar, pura-pura masih dalam keadaan gak sadar. Tapi bukan Kak Yuta namanya kalau dia menyerah begitu aja. Makin lama dia makin brutal. Nendangnya udah gak pake akal. Gue berakhir mendarat di lantai karena terpental.

SETUND!!!

"KAK YUTA NGAPAIN, SIH?! SAKIT TAU GAK!"

Kak Yuta yang ternyata lagi main game cuma melirik gue sekilas lalu kembali fokus pada layar hpnya. "Iya, tau."

MAMI TOLONG HAPUS KAK YUTA DARI KARTU KELUARGA T^T

Gue mendengus sebal. Rambut gue benar-benar berantakan sekarang. Bukan cuma rambut aja. Mood, tampang dan semua-semuanya udah gak karuan.

"Gak usah natap gue bengis begitu. Lo bukan Sadako yang keluar dari sumur. Naik sini. Gak dingin apa lo di bawah situ?"

Hhh ... Susah emang kalo punya saudara Jahanam.

Gue merangkak naik ke atas tempat tidur, berguling agak merapat ke arah Kak Yuta dan berakhir terdiam di sebelahnya. "Kenapa, sih? Maksud dan tujuan lo kayak gitu apa? Mau minta uang? Gak ada!"

Kak Yuta kembali melirik gue. Gak seperti sebelumnya, kali ini Kak Yuta gak lanjut mainin gamenya. Dia memencet tombol pause lalu menyimpan hpnya di atas nakas. "Lo lagi ribut, ya?"

Heh?

"Ribut apaan? Orang gue dari tadi tidur. Suara game lo tuh, yang ribut!"

Kak Yuta mengusap mukanya. "Bukan ribut itu, Yuna. Ribut sama Doyoung. Berantem! Musuhan! Tck! Bego banget sih lo jadi manusia. Heran deh gue lo ngikut siapa di keluarga?"

Gue mengerjap. Tangan gue perlahan bergerak ke belakang, mencoba menjangkau bantal terdekat. Begitu dapat, gue langsung menyerang Kak Yuta dengan membabi-buta.

"Kampret! Gila, ya! Udah main masuk kamar orang sembarangan, buka pintunya pake banting-bantingan, bangunin orang pake tendangan, sampai gue jatuh dengan sangat gak elegan dan lo cuma mau ngomong itu?!" Gue makin bar-bar menghujani Kak Yuta dengan serangan bantal. "Trash! Sampah! Brengsek! Enyah lo, Kak! Musnah! Lenyap aja sana!"

Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi, tendangan dibalas tendangan.

Gue baru berhenti menyerang ketika Kak Yuta sudah terjerembab di lantai, persis seperti yang gue alami tadi.

Dia meringis sembari mengelus-ngelus bagian tubuhnya yang sakit. "Percuma punya saudara cewek tapi barbarian."

Gue mengatur napas gue yang gak beraturan. Sumpah demi apa pun, Kak Yuta kali ini benar-benar bikin emosi. Semua yang dia lakukan ke gue itu, JAHAT!

The Grumpy | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang