Gift: Yuta

27.4K 2.4K 1K
                                        

So, hello everyone. Hows life?

Aku gak tau apa masih ada yang nyimpan work ini dalam library atau gak karena seperti yang kita tau cerita utamanya udah tamat dan sebagian chapter bahkan udah dihapus juga.

But i remember that i once promised, that if you keep this work in your library, maybe i'll write or make or update something and maybe this one is one of my appointments.

I know its a bit late but i want to thank you all for 1M readers.
Aku gak menyangka bisa menyentuh angka ini dalam kondisi work yang seperti ini.
Untuk itu, sebagai ucapan terima kasih, aku menulis sesuatu tentang our beloved brother, Na Yuta.

Yah, ada banyak sekali yang request tentang dia, terlebih karena sampai akhir the grumpy pun dia masih setia dengan kesendiriannya.
Jadi aku memberikan ini sebagai sedikit gambaran tentang bagaimana Yuta dan perempuan.

Ini hanya oneshoot yang tidak terlalu panjang, but i hope you'll like it.

So, happy reading.



•••




"Saos tomat,"

"Lama."

"Kecap,"

"Lama."

"Nugget,"

"Lama."

"Kentang gor—"

"Lama!"

Gue membuang napas pelan lalu menoleh ke sumber suara. Dua tangannya terlipat di depan dada, mukanya tertekuk dengan bibir yang mengerucut. Matanya melempar tatapan kesal, yang hanya gue balas dengan tatapan datar. Dia lalu menjulurkan lidah, membuat gue kontan merotasikan bola mata dan kembali ke aktivitas gue sebelumnya, mencocokkan apa yang ada di daftar belanjaan dan apa yang ada di dalam troli.

"Deterjen, ada. Sabun cuci piring, ada. Pengharum ruangan, ada. Obat nyamuk, ada. Antiseptik, ad—"

"Aaaaaaa lama lama lama lam—mmph!!"

"Shh! Diem dulu bisa gak? Konsentrasi gue buyar nih kalau lo berisik terus!"

Dia memukul-mukul tangan memaksa minta dilepaskan. Gue lalu mendecih, melepaskan bekapan setelah dia janji gak berisik lagi.

"Ya abisnya lo lama banget, Yuta!"

Hhh ... Dasar pendusta.

"Ya lo gak tau aja titipan Mami gue sebanyak apa." Gue menunjukkan layar hp sambil men-scroll dengan cepat, menunjukkan daftar belanjaan dari Mami yang panjangnya seperti kereta api. "Sabar dikit, lah. Ini menyangkut keberlangsungan hidup gue di rumah. Gue terancam tidur di teras kalau belanja ginian aja gue gak bisa."

Sorn memutar bola mata malas, menunjukkan ketidakpeduliannya—akan konsekuensi yang bisa gue terima—secara terang-terangan. Menurutnya gue cuma terlalu banyak berasalan, padahal yang gue jabarkan tadi adalah kenyataan. Dia kemudian memilih berjongkok sambil menopang dagu, sementara gue lanjut memeriksa daftar belanjaan dari Sang Ratu.

Oke, sebenarnya ini semua di luar rencana gue juga. Malah, sebenarnya hari ini gue gak berencana untuk pergi ke mana-mana. Gue mau tidur seharian mumpung di rumah lagi gak ada orang. Mami sama Papi masih dalam perjalanan dari Thailand, mungkin baru sampai nanti malam. Sementara Yuna, dia lagi liburan sama Doyoung di Malang.

The Grumpy | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang