salt

49K 9.5K 2.6K
                                    

Kalau kalian pikir keadaan gue baik-baik aja di sini, kalian salah. Gue jelas gak sedang baik-baik aja.

NGGAK SAMA SEKALI!

Tangan gue yang tadinya sibuk megang piring refleks menaruh piring di atas nakas terus gue naikin selimutnya Kak Doyoung sampai melewati kepala. Sekalian gue tindis biar susah napas.

Awalnya Kak Doyoung meronta-ronta minta dilepas. Tapi gue gak mau. Bodo amat. Siapa suruh rahangnya enteng banget buat ngomong? Gue gak suka. Gak baik buat kesehatan jantung gue.

Enak aja anak perawan dihambur-hambur begini!

Sampai ketika Kak Doyoung gak melawan lagi, saat itu pula kesadaran gue pulih. Bahwa orang yang lagi gue siksa ini bukan Kak Yuta, melainkan Kak Doyoung—si titisan Medusa. Kalau gak secepatnya dilepas bisa dipanggang hidup-hidup gue sama dia.

Gue buru-buru melompat mundur ke posisi gue semula. Detik itu juga Kak Doyoung menyibak selimutnya sampai setengah badan.

Kepalanya tertoleh ke gue.

O'ow!

Gue memejamkan mata, sudah siap disembur.

"LO GI—"

Tapi bahkan setelah sepuluh detik berlalu, kalimatnya masih terhenti di dua huruf itu.

Apa, nih? Gak jadi diamuk gue?

"Em, gi?"

Kak Doyoung gelagapan. Dia berdeham. "Gi ... Gi-gimana tangan lo?"

Heh?

"Masih sakit?"

Gue kembali mengernyit. Entah kenapa firasat gue mengatakan kalau sebenarnya dia bukan sedang ingin menanyakan kondisi tangan gue. Tapi karena paduka raja sudah bertanya, sudah semestinya hamba menjawab, kan?

Gue menunjukkan tangan yang tadi gue pake untuk mengetuk pintu. Tadi sih merah. Sekarang udah gak. "Udah gak sakit, Kak."

Kak Doyoung meraih tangan gue, terus dibolak-balik antara punggung dan telapak tangan.

Terus dihempas begitu aja :)

"Makanya lain kali jangan maksa."

"Makanya lain kali kalo diketuk langsung dibuka. Lagian ngapain sih, pake kunci-kunci pintu segala? Kalau ada apa-apa gimana?"

Kak Doyoung merotasikan biji matanya. "Gue gak lagi sakit parah, Yuna."

"Ya itu tadi di telpon kenapa suaranya kayak orang udah mau tiada?"

"Lo gak pernah dengar suara orang sakit baru bangun tidur, heh?"

Gue mengerjap. "Ti-tidur?"

"Lo kira gue kebangun karena siapa?"

Em ... Iya, ya. Kenapa gue gak kepikiran ke situ? Orang baru bangun tidur kan suaranya emang rada-rada serak gimana gitu. Berarti tadi gue cuma panik-panik ajaib dong, ya?

"Ya ... Ya maap! Aku kan cuma khawatir. Salah siapa sakit gak bilang-bilang?"

"Ya ya, terserah lo aja."

Gue mengambil bubur yang tadi gue simpan di atas nakas. "Kak, makan."

Kak Doyoung menggumam mengiyakan. Dia bangun terus sandaran di headboard.

Duh, kalo nurut gini kan enak!

"Buatan siapa?"

"Buatan aku."

The Grumpy | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang