perfect

55.6K 8.4K 3.6K
                                    

Tarik napas ... Hembuskan ...

Inhale ... Exhale ...

Huft ...

Gue akhirnya keluar dari bilik toilet setelah gak mendengar ada suara lagi. Mematut diri di cermin, gue memandang lekat-lekat wajah gue sendiri.

Suram.

Ck, menyedihkan.

Gue menggeleng pelan lalu menepuk pipi gue dua kali. Gak. Gue gak boleh begini. Gue gak semestinya begini.

Di saat-saat seperti ini, gue selalu teringat dengan omongan Kak Yuta yang kerap kali dia ucapkan ketika gue down.

You smile not because you are happy, but you are happy because you smile.

Perlahan tapi pasti, kedua ujung bibir gue bergerak melawan arah gravitasi. Lengkungan itu akhirnya tercetak sempurna, bersama dengan energi positif yang mengikut di belakangnya. Gak membantu banyak, tapi cukup untuk membuat gue terlihat baik-baik aja.

Lalu setelah sedikit merapikan penampilan, gue meninggalkan tempat ini.

"Yun!"

Panggilan yang terdengar familier itu membuat gue menoleh.

Panggilan yang terdengar familier itu membuat gue menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hhh ...

Kenapa mesti sekarang banget sih ketemunya? Kalau begini kan, gue jadi gak tau harus senang atau sedih liatnya.

"Halo, Kak," sapa gue seadanya.

Kak Sejeong mendekat. "Baru juga mau gue samperin ke dalam, lo udah keluar duluan."

"Eh?"

"Iya, Doyoung nyuruh gue nyusulin lo. Katanya lo ke toilet lama banget gak balik-balik. Dia khawatir gitu. Takutnya lo kenapa-kenapa di dalam sana."

Gue senyum tipis. Gue tau Kak Doyoung cuma ngomong kalimat pertama dan kedua aja. Kalimat ketiga dan keempat yang terlontar dari mulut Kak Sejeong paling hanya hasil interpretasinya sendiri. Secara, subjeknya ini Kak Doyoung. Ke gue aja ngomongnya mesti main tebak-tebakan dulu, apa lagi ke orang lain? Gengsinya itu loh, ngalahin tingginya Gunung Everest!

"Hehe, iya, Kak. Ini mau balik ke sana, kok."

"Ya udah, yuk!"

Gue dan Kak Sejeong kemudian jalan bersisian.

Sebenarnya, ini bukan ide bagus mengingat gue baru aja digosipkan di kamar mandi bersama dengan oknum di sebelah gue ini. Orang-orang tadi bisa aja kebetulan lagi berdiri entah di mana dan ngeliatin kita berdua. Jalan berdampingan seperti ini hanya membuat perbedaan kita makin kentara.

Hitam-putih, kayak variety show di trans—gak. Salah. Maksud gue, kayak Yin dan Yang, alias beda banget.

Semakin dekat dengan tempat Kak Doyoung berada, semakin jelas terlihat kalau kursi-kursi di sekitar Kak Doyoung yang tadinya kosong sekarang udah hampir terisi semua, dengan Kak Doyoung berada di tengah-tengah mereka. Gue tebak, mereka adalah teman-teman SMA-nya.

The Grumpy | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang