"Sayang, Mami pergj dulu ya, jagain Kakak dia lagi sakit, Mami pergi dulu ya sayang"
Setelah membaca note dari Mami yang ada di sapur, Ara langsung lari ke kamar Sehun. Ara berbaring disebelah Sehun sambil memeluk Sehun
"Ngapain kamu?"
"Kakak sakit?"
"Udah mendingan"
"Ara mau disini"
"Iya"
Sehun mengelus kepala Ara
"Ara bakalan jagain Kakak"
"Iya" Sehun memejamkan matanya agar Ara merasa lebih baik
Ara berdiri lalu menuju kebawah untuk membuatkan bubur dan mengambil obat.
Setelah selesai membuat bubur Ara menuju kamar Sehun.
"Makan dulu"
Sehun perlahan membuka matanya dan duduk bersandar di kepala kasur
"Ara udah makan?"
"Udah kok"
"Bener?"
"Ih iya.."
"Makan ya.. aaaaa"Sehun memakan bubur buatan Ara itu, rasanya emang tidak terlalu enak tapi Sehun tetap menghabiskannya karena Ara sudah membuatkan bubur untuknya. Ia memakannya sampai habis lalu meminum obat yang tadi Ara bawakan.
.
.
"Stella, yakin pindah?" Tanya Jihoon"Gimana lagi... Maafin gue banyak salah sama kalian" Stella tampak lesu karena dia akan pergi meninggalkan teman-temannya
"Stella jangan pindah.."
"Gue maunya juga gitu hwi, gue pamit ya.. gue mau ke rumah Ara dulu"
"Kita anterin ya" Daehwi menggandeng tangan Stella
"Makasih wi, gue sendiri Aja"
Stella pamit pergi ke rumah Ara, sebelumnya ia juga pamit kepada Bunda Jihoon dan berterima kasih karena selama ini sangat baik padanya dan kedua orang tuanya.
"Kenapa sahabat kita semuanya pindah sih hoon?" Tanya Daehwi dengan wajah yang menggemaskan
"Jangan tanya dengan Park Jihoon"
"Wi, ayo kita ke rumah Daniel""Iya, gue ikut aja"
*****
"
Papi tau gimana keadaan Mami waktu itu?"
"Sehun..."
"Papi tau gimana takutnya Ara Pi?"
Ara lari menghalangi Papi yang hendak menapar Sehun.
Plak..
Papi malah menapar wajah Ara. Ara memegangi pipinya yang panas dan perih. Ara lari ke kamarnya, ia mengunci pintu kamarnya."Pi! Pukul Sehun Pi!"
"Ara..." Papi hendak menyusul Ara namun di tahan oleh Sehun.
Sehun mengepalkan tangannya, ia menarik nafasnya untuk menahan emosinya yang hampir meledak ia mencoba meminta pejelasan Papinya.
Ara menyesal karena telah melihat pertengkaran Papi dan Sehun, namun ia tidak bisa menahan jika Sehun di tampar oleh Papi. Setelah kejadian yang tak ingin ia ingat, akhirnya Ara melihat wajah Papinya lagi. Ia tidak bisa menahan dirinya, saat melihat Sehun di tampar oleh Papi untuk pertama kalinya Ara semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.
Ara lari ke kamarnya dan mengunci pintunya, Ara panik dia tak tau harus apa. Ara melihat sekeliling kamarnya, dia mulai merasa bingung dan sedih.
Soal Papi yang berselingkuh, Mami yang terus saja pergi dan jarang menetap di rumah sekalipun dia ada di tempat yang sama dengan Sehun dan Ara.
Ara mencoba menelpon Mami, namun tidak ada jawaban.
Stella datang ke rumah Ara pada malam hari, dan saat itulah dia teekejut melihat keadaan Ara yang sangat kacau ini. Telapak tangan kiri Ara berlumuran darah.
"Kenapa lo kayak gini?!!" Stella khawatir dan menyuruh pelayan memanggil Sehun
Sehun langsung menggendong Ara ke atas kasurnya. Sehun menelpon dokter Evelyn dan tak lama kemudian dokter Evelyn datang untuk memeriksa keadaan Ara.
Setelah selesai dibersihkan dan diperban dokter evelyn mengobrol sedikit dengan Sehun lalu pamit untuk pergi.
"Lo ngapain kayak tadi"
Ara hanya diam tidak menjawab pertanyaam Stella. Stella memeluk Ara, ia tidak tega meninggalkan sahabatnya dalam keadaan seperti ini. Stella menyeka air matanya lalu duduk menatap ke arah Ara.
"Ra... lo jangan kayak gini ya.." Ara tetap diam menatap kebawah
"Ra.. plis.. jawab gue..""Gue bingung.." Ara mulai berbicara dengan nafas yang berat karena menahan tangis
"Nangis aja Ra gak apa-apa" Stella memeluk Ara dengan erat, Ara menangis di pelukan Stella
Setelah hampir satu jam, Ara bercerita dengan Stella. Setelah itu Stella pamit pulang. "Udah gak usah nangis Ra, gue pamit ya" Stella keluar dari kamar Ara dan menemui Sehun
"Kak, tolong kasih kotak ini sama Ara"
"Iya.." Sehun mengangguk
"Stella pamit ya kak" Stella berjalan menuruni anak tangga sambil menahan tangisnya karena harus meninggalkan sahabatnya dalam keadaan seperti ini, ini bukanlah waktu yang tepat.
"Ara?" Sehun masuk kedalam kamar Ara, namun Ara hanya melirik Sehun
"Ara kenapa kayak gitu ra? Ara tau kakak sayang kamu kan? Masih ada kakak" Sehun memeluk Ara tanpa sadar ia mengeluarkan air matanya
Ara yang menyadari itu langsung melepaskan pelukan Sehun dan menghapus air mata Sehun dengan tangan kanannya
"Jangan ulangin" Ara mengangguk lalu memeluk Sehun, Sehun membalas pelukan adiknya
.
.
TbcPerasaan ceritanya tambah garing huhu...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brother
Fanfiction[Lagi Proses Revisi] Punya Kakak yang selalu mengawasi kemana pun kamu pergi memang menyebalkan tapi itu juga bentuk betapa dia sangat sayang. Melarang mu ini itu dan berpacaran. Nara kira dia sudah terbiasa namun ternyata belum sepenuhnya. Suatu ha...