No. 12 - Songsaenim and His Liar Girlfriend

1.8K 345 43
                                    

She's lie and no one care.

🌸🌸🌸🌸

1 month later...

"Kau belum tahu?"

Mataku mengerjap cepat begitu mendengar suara Wendy. "Tidak... Aku tidak tahu," jawabku.

Wendy lalu menghela napas pelan. "Seharusnya kau bertanya pada Jinyoung."

"Wendy, kau tahu bukan hubungan kami sedikit renggang karena kejadian waktu itu, aku dan Jinyoung sudah berjanji untuk tidak membahas hal ini lagi," kataku padanya.

Wendy mengangguk pelan. "Aku hanya memberitahumu, siapa tahu kau ingin datang."

Aku mendengus. "Kau memancingku ya? Kau mau melihatku marah lagi padamu?"

"Tidak Terima kasih."

Kami lalu melanjutkan tugas kami yang sempat terbengkalai karena mengobrol tadi.

Semenjak kejadian itu aku belum pernah bicara lagi dengan Sehun Saem. Jangankan bicara, bertemu saja tidak pernah, dia sudah dipecat dari sekolah ini. Dari yang kudengar, orang tua murid tidak setuju jika ada seorang guru yang ternyata berhubungan dengan murid.

Yah mau kujelaskan hingga mulutku berbuih juga percuma. Sekolah tidak akan percaya dengan ucapanku. Mereka akan menganggap ucapanku adalah sebuah bentuk pembelaanku untuk Sehun Saem.

Padahal memang benar aku tidak pernah punya hubungan dengannya. Bahkan sekarang saja kudengar dari Wendy bahwa minggu depan Sehun Saem akan menikah.

Biarkan, aku sedang mencoba melupakan semua kejadian itu. Aku tidak mau berlarut-ralut dalam masa lalu, Jinyoung juga nampaknya menjadi sangat membenci Sehun Saem. Persaudaraan mereka hancur karenaku.

Jinyoung sedikit berubah, dia jadi jarang bicara padaku. Menyapa saja sekarang sudah tidak pernah, pernah sekali aku menyapanya namun hasilnya nihil. Aku diabaikan, tapi selebihnya kami baik-baik saja, apalagi setelah kami membuat perjanjian untuk tidak membahas lagi Sehun Saem.

Jinyoung juga sudah pindah dari apartemen itu. Sekarang dia tinggal bersama orang tuanya di Gangnam. Aku tidak pernah bertanya kenapa dia pindah, karena rasanya aku tahu.

Jinyoung mungkin pindah karena dia tidak mau jika aku mondar-mandir di apartemennya yang lama dan malah bertemu dengan Sehun Saem. Padahal aku sama sekali tidak akan melakukan hal itu. Lagi pula untuk apa aku mondar mandir di apartemennya?

Aku dan Wendy memutuskan untuk pulang ketika jam di dinding perpustakaan sekolah kami menunjukan pukul 9 malam.

"Kau yakin tidak perlu diantar?" tanya Wendy.

Aku mengangguk. "Aku di jemput oleh Ayahku," kataku.

"Aku lega karena akhirnya kau dan orang tuamu sudah berdamai."

Aku mengangguk. "Iya aku juga."

"Eoh? Itu Ayahku!" seru Wendy.

"Sampai jumpa besok!" ujarku.

Wendy berjalan pergi sambil melambaikan tangannya padaku. Kulihat sosoknya yang masuk ke dalam mobil, aku tersenyum tipis.

"Astaga! Aku sudah terlambat!"

****

"Ini sudah hampir pukul 10 malam dan kau baru datang? Ckckck, keterlambatanmu kali ini tidak bisa dimaafkan!"

Aku menatap pria dihadapanku dengan tatapan datar. "Kau mau memecatku?"

Pria itu lantas tertawa kecil. "Mana bisa aku memecatmu?! Kau adalah harta berharga kami!" serunya.

If We Were Destined : Forsaken | OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang