Epilog : Suicide Girl + Fmv

2.6K 328 136
                                    

Tidak semua tokoh utama di sebuah cerita memiliki pribadi yang baik hati, tulus dan lain-lain. Contohnya Hanabi, tidak—kita tidak sedang menyalahkan gadis kecil itu.

Hanabi mungkin egois, cenggeng, tidak tahu malu, bermulut pedas dan lain-lain. Tapi dia hanyalah seorang remaja biasa. Labil, kekanakan, serta ketakutan adalah sifat asli Hanabi.

Kerasnya hidup mendorong Hanabi menjadi pribadi yang keras. Namun semua itu memiliki sebuah dampak.

Dampak yang telah membuat Hanabi terjerumus pada kegelapan di dalam dirinya sendiri. Seharusnya gadis itu tahu kapan dirinya harus berhenti dan kapan dirinya harus melangkah maju.

Salahnya, Hanabi tidak tahu.

****

Tidak ada lagi malam terkelam kecuali malam itu. Malam kelabu di bulan Desember yang dipenuhi oleh salju. Malam terakhir Hanabi berada di dunia.

Manusia kadang tidak tahu kapan dirinya harus melangkah dan berhenti. Seperti Hanabi, gadis itu hanya menginginkan sebuah kebahagiaan-sebuah hal yang diinginkan oleh jutaan umat manusia. Sayangnya, gadis itu tidak tahu caranya menuju kebahagiaan itu.

Hanabi salah. Gadis itu menempuh jalan yang salah nan berliku. Penyesalan, rasa bersalah, sakit hati serta kemarahan tidak bisa menghentikan dirinya yang memilih untuk mati.

Komentar-komentar pedas yang publik layangkan padanya, serta tatapan tajam yang menghakimi. Membuat Hanabi merasa bahwa dirinya tidak lagi sanggup hidup seperti itu.

****

Sehun tidak tahu sudah berapa banyak malam yang dia lewati selama ini. Sosok Jinyoung yang mondar-mandir di rumahnya juga sering kali membuatnya bingung.

Kadang ucapan bocah itu juga sering membuat Sehun mengerutkan keningnya tidak mengerti. Seperti, 'sudahlah dia sudah pergi jangan dipikirkan lagi' atau 'mau sampai kapan kau mengasingkan diri? Aku masih harus pergi ke kampus sebelum meneruskan perusahaan'.

Sehun tidak tahu siapa yang Jinyoung maksud dengan 'dia' tapi ada perasaan aneh setiap Jinyoung menyebutnya. Dadanya sering terasa sesak, sakit dan berdenyut-denyut aneh.

Suatu hari, Jinyoung masuk ke dalam apartement-nya dengan menjinjing sebuah paper bag besar berisi banyak buku, kertas dan lain-lain—Sehun tidak yakin karena dia hanya sempat mengintip sedikit.

Jinyoung lalu menghampiri Sehun yang tengah duduk di sofa dengan mata menatap televisi kosong. "Hyung, aku membawanya. Kuharap kau ingat dengannya jika melihat ini." Begitu katanya.

Sehun tidak tertarik. Pria itu memilih diam dan kembali mengalihkan tatapannya pada televisi, membuat Jinyoung menghembuskan nafas lemah.

Sepupunya itu baru pulang menjelang malam tiba setelah memesankan Sehun makanan. Sehun beranjak ke dapur dan pergi makan, dia lalu masuk ke dalam kamarnya dan berbaring di tempat tidurnya.

Samar, Sehun bisa melihat bayangan seorang gadis yang tengah duduk di atas lantai sambil bermain jenga sendirian. Sehun tidak tahu itu siapa, tapi pria itu tersenyum lebar.

Senyumannya semakin melebar kala gadis itu menarik salah satu jenga yang mengakibatkan susunannya runtuh. Gadis itu tertawa keras menunduk hingga tidak sengaja membuat kepalanya terbentur ke lantai dan mengaduh sakit.

If We Were Destined : Forsaken | OSHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang