PART 7

103K 7.8K 157
                                    

Fara

Sejak malam perpisahanku dengan Malik, dia tidak pernah menguhubungiku. Begitupun aku.

Tidak ada alasan bagiku untuk menghubunginya. Saat kami berpacaran pun kami bukan pasangan yang intens melakukan komunikasi. Ditambah pekerjaan kami yang tidak memungkinkan.

Aku dan Malik sudah saling mengenal sejak kami sekolah dasar. Kebetulan rumah kami berdua bertetangga, dan Ibu kami bekerja sama dalam membangun usaha di Lombok.

Aku dan Malik sendiri tidak tau awal mula bagaimana kami bisa berpacaran. Yang aku ingat, Malik laki-laki pertama yang begitu menyayangiku. Dan, hanya Malik lah yang selama ini berada  di sampingku.

Oleh sebab itu, saat kami memutuskan berpisah, rasanya canggung sekali. 

Bahkan aku terlalu segan untuk kembali ke Lombok khawatir bertemu dengan Malik atau Tante Karina, Ibu Malik.

Namun, aku merasa aku tidak bisa terus-terusan menghindari Malik.

Alasan itulah yang menyebabkan aku menyetujui bertemu dengan Malik malam ini setelah 1,5 tahun menghindarinya,

ʘʘʘ ʘʘʘ

Revan

"menurut kamu bagusan warna mana sayang?"tanya Marsha sambil bergelendot di lengan gue

Seorang pramuniaga tersenyum sambil memegang kedua tas yang sama persis hanya berbeda warna.

Gue terdiam lama sebelum akhirnya menunjuk yang sebelah kanan, dengan asal.

"Itu aja. Udah langsung selesaiin. Aku udah booking resto jam 7 nanti."ujar gue yang langsung diikuti senyuman bahagia dari Marsha, wanita kesekian yang menjadi kekasih gue belum lama ini.

Marsha mengecup bibir gue cepat, "Thank you, Baby"ujarnya yang membuat gue sedikit geli dengan panggilan yang dia sematkan pada gue

Gue tersenyum dan meraih tengkuknya untuk mencium bibir mungilnya tersebut. Marsha langsung membalas ciuman tersebut.

Setelah segala urusan membeli tas selesai, gue dan Marsha keluar dari toko tas tersebut.

Kami memasuki mobil dan langsung menuju Restoran yang sudah gue booking untuk kami makan malam.

"Sayang, temen-temenku ajak trip ke Europe."ujar Marsha manja sambil memainkan jarinya di pipi gue

Gue tersenyum kecil di balik kemudi, "kapan?"tanya gue mengerti kemana arah pembicaraan ini

"Mungkin minggu depan, aku belum kasih jawaban karena nunggu jawaban dari kamu dulu."

Gue terkekeh, "Nunggu jawaban apa?"ledek gue

Marsha tersenyum lebar, "Ya--kalau kamu gak izinin ya aku gak pergi."

Gue tertawa. Tertawa mendengar kebohongannya.

"Jadi gimana?'tanyanya kembali lebih menuntut

Gue mengusap rambut panjang Marsha, "Ya, boleh dong."jawab gue

Marsha terlihat masih menatap gue penuh harap, menunggu kalimat gue selanjutnya.

"Nanti aku transfer ya."lanjut gue, memenuhi harapannya.

Marsha tersenyum senang dan langsung mencium pipi gue.

Tepat di lampu merah, gue langsung meraih wajah Marsha dan mencium bibirnya lama. 

Tiba-tiba, kejadian begitu cepat, gue merasakan tubuh Marsha melayang tebanting bersamaan dengan mobil yang kami kendarai terpelanting ditabrak oleh sebuah bis dari arah berlawanan.

She's My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang