FARA
Aku terduduk di kursiku dengan fikiran yang berkelan entah kemana, bahkan waktu sudah berjalan 2 jam setelah aku mendengarkan permintaan yang cukup mengejutkanku. Permintaan yang mungkin saat detik itu bisa langsung kujawab dengan anggukan pasti dan senyum lebar.
Namun, entah mengapa diriku hanya berdiri dengan tatapan bingung dan tentu saja terkejut, meskipun ada perasaan percaya diri bahwa permintaan ini akan datang.
Diriku sangat bersyukur atas semua hal yang sudah terjadi padaku selama 6 bulan ini. Semuanya seperti aku menjalani kehidupan yang baru setelah 10 tahun aku menjalani hidup yang rasanya aku sendiri bisa mengetahui apa yang akan terjadi esok.
Tapi, entah mengapa rasa ragu ini masih ada. Rasa khawatir ini terus datang.
Apakah aku benar-benar menyukai semua ini?
Apakah ini benar-benar yang aku inginkan?
Selama 2 jam, 2 pertanyaan besar itu terus meliputiku dan membuatku tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
***
REVAN
"Gimana?"tanya Kiehl langsung tanpa basa-basi saat gue menggeser kursi kosong dihadapannya di salah satu bar di daerah SCBD Sudirman.
Gue hanya tersenyum tipis sebagai jawabannya. Gue lebih memilih memanggil waiters untuk memesan sebotol vodka.
"Bad, huh?"tanya Kiehl kembali
Gue mendesah panjang, "Gak tau."jawab gue singkat dan mulai membakar rokok
"Santai aja."jawab Kiehl mencoba menenangkan gue, "Itu bukan keputusan kecil, jadi pasti butuh waktu."
Gue mengangguk lemah.
Gue kembali teringat kejadian siang tadi.
Setelah hampir 1 tahun memperjuangkannya. Setelah semua usaha yang gue keluarkan dan gue menganggap bahwa hari ini akan menjadi salah satu hari terbaik gue. Namun, ternyata semua itu tidak terjadi saat gue mendengar jawaban atas permintaan gue.
Semuanya terasa tidak masuk akal.
Bagaimana bisa? Bagaimana bisa gue mendengar jawaban yang lebih seperti ketidakpastian?
Kiehl memanggil nama gue yang membuat gue tersadar, dan melihat dia yang mengangkat gelasnya yang sudah terisi untuk mengajak toast.
Gue terdiam sejenak sebelum akhirnya meraih gelas gue yang sudah terisi juga dan menerima toast Kiehl.
***
Revan memasuki pintu apartement dengan langkah gontai, ia rasanya belum siap bertemu Fara setelah kejadian hari ini. Namun, ia tau bahwa ia harus menghadapi wanita tersebut meskipun ia berharap Fara sudah terlelap tidur mengingat jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.
Revan melepaskan jas dan melemparnya ke segala arah. Berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air dengan harapan dapat menyegarkan fikirannya.
"Abang?"
Revan tersentak saat mendengar suara Fara yang kini berdiri dalam kegelapan dari arah meja makan.
"Eh, Hai."sapa Revan kikuk
Terdengar Fara yang berjalan kearahnya. Revan menatap Fara yang kini hanya berjarak 2 meter darinya. Terlihat wajahnya yang mungkin terbangun karena kedatangannya.
Fara kini berada dihadapannya, mengambil gelas yang ada di tangan Revan, "jangan minum air dingin. Aku buatin teh hangat ya."ujarnya lembut
Revan terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk yang dibalas senyuman Fara.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's My Secretary
RomanceAda suatu teori yang mengatakan: "Terlalu mengenal seseorang terkadang membuat kita malah enggan bersamanya." Teori yang sebenarnya masih diragukan keakuratannya. Saskyra Faharani, 30 tahun. Revan memangilnya Fara. Dia tidak secantik kekasih Revan...