FARA
Bukankah sepasang kekasih seharusnya saling mencintai?
Bukankah sepasang kekasih seharusnya saling menjaga?
Bukankah sepasang kekasih seharusnya saling memahami?
Apakah rasa cinta yang selama ini kuberikan belum cukup berarti untuknya? Apakah segala tindakan yang selama ini kulakukan untuk menjaganya belum cukup besar untuknya? Apakah segala pemahaman yang selama ini kuciptakan belum cukup terlihat untuknya?
Bukan pamrih.
Bukan aku menganalogikan sebuah perasaan pada deretan angka yang bernilai ekonomis.
Namun, mengapa rasanya sesulit ini?
Namun, mengapa rasanya menjadi sesakit ini saat aku harus tetap mencintai, memahami dan menjaganya setelah apa yang terjadi?
Namun, mengapa rasanya menjadi sesulit ini untuk bertahan saat status sudah berganti?
Mengapa aku bisa bertahan melihatnya saat aku bukanlah siapa-siapa? Mengapa kini aku justru terjatuh saat dia sudah menjadi milikku?
Tidak bisakah kami kembali seperti dulu saja? Tidak apa-apa jika dia ingin terus mencari kenikmatan dan kepuasan di luar sana. Tidak apa-apa jika dia ingin bercinta dengan sebanyak apapun wanita. Asalkan rasanya tidak sesakit ini. Asalkan aku tidak terluka sebegitu dalamnya saat dia sudah menjadi milikku, namun dia masih sama saja seperti dahulu.
***
REVAN
Gue sedang mengambil segelas air hangat saat mendengar suara pintu apartement terbuka dan tentu saja gue tau satu-satunya orang yang mungkin saja sudah di apartementku di pagi hari di saat hari libur seperti ini.
Gue membulatkan mataku dan langsung buru-buru menuju kamar mandi. Fara tidak boleh tau bahwa semalam gue pergi ke Parvour dan bahkan pulang dalam keadaan mabuk. Gue langsung bergegas mebersihkan diri meskipun rasa pening di kepalaku menghampiri.
Shit, gue minum berapa gelas sih semalem?
30 menit kemudian gue keluar dari kamar mandi dan sudah menemukan pakaianku yang tersusun rapi di atas hanger yang tentu saja dipilihkan dan disusun oleh Fara.
Gue keluar kamar dan dapat mencium aroma sandwich dari arah dapur, dan betul saja gue menemukan Fara sedang menyiapkan sarapan.
"Hai, Far"sapaku sambil tersenyum kearahnya
Fara tersenyum manis, "Hai"balasnya
Ah, rasanya pening akibat hangover semalem langsung ilang liat senyum manisnya Fara.
Gue menghampiri Fara dan berdiri di belakangnya, sedikit ragu sebelum akhirnya tanganku bergerak memeluknya dari belakang, mencium wanginya.
"Kalau kayak gini masih bisa kan?"tanyaku pelan tepat di telinganya
Fara tersenyum dan mengusap lenganku lembut, gue anggap sebagai jawaban bahwa ia tidak keberatan menerima perlakuanku.
"Malam nanti kamu gak lupa kan konsul sama Dokter Gerald?"tanya Fara setelah kami mengheningkan cipta untuk beberapa saat
"Oh ya? Honestly saya beneran lupa."jawabku sambil melepas pelukanku dan berganti menarik tubuh Fara agar berhadapan denganku
Gue memandang wajah Fara dan mengusap pipinya lembut, "I think I didnt need any medicine and doctor Gerald anymore."
Fara memandangku datar, terlihat bibirnya tersungging kecil,
Gue mengernyitkan kening, "what is that mean? Kamu gak meremehkan saya?"tanyaku pura-pura tersindir
KAMU SEDANG MEMBACA
She's My Secretary
RomanceAda suatu teori yang mengatakan: "Terlalu mengenal seseorang terkadang membuat kita malah enggan bersamanya." Teori yang sebenarnya masih diragukan keakuratannya. Saskyra Faharani, 30 tahun. Revan memangilnya Fara. Dia tidak secantik kekasih Revan...