PART 46

86K 5.6K 197
                                    

FARA

Aku menatap beberapa dokumen yang baru saja Revan berikan.

"I don't know it is will be the right time or not. But, I just think  we need to discuss it now."ucap Revan, yang sama sekali tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang ada di benakku

Aku meraih salah satu berkas, dan membacanya perlahan.

"2 minggu yang lalu saya bertemu dengan Prof Kamil, dia mengetahui mengenai kamu yang akan resign. Dan, dia menawarkan ini,"

Aku mendongak.

Ini?

"Dia menawarkan kamu untuk menjadi salah satu dosen disana. Manajemen Perusahaan. 6 bulan pertama, kamu akan menjadi Dosen Kontrak terlebih dahulu, setelahnya jika memang hasilnya bagus, kamu akan diangkat menjadi Dosen Tetap."tutur Revan

Aku membulatkan mataku, "Do--sen?"

Revan duduk disebelahku, menyandarkan tubuhnya pada headboard ranjangnya, melipat kedua tangannya kebelakang, "Ini salah satu dari sekian banyak tawaran yang saya dapat. Mulai dari PA di perusahaan Kiehl sampai Manager di perusahaan kompetitor. Namun, dari semuanya saya rasa menjadi dosen akan menjadi pengalaman baru yang baik untukmu."lanjutnya sambil tersenyum

Aku masih terdiam, tidak tau akan berkata apa. 

"Take your time, Baby. Saya bahkan tidak masalah jika kamu akan menghabiskan waktu dengan berbaring dan melakukan travelling keliling dunia setelah keluar dari Hartono. But, I know what kind woman you are."

Aku masih terdiam, hanya menatap beberapa lembar kertas yang ada di tanganku.

Universitas Pelita Jaya.

"Sa--ya tidak tau harus berkata apa. Jujur, Saya benar-benar belum tau, atau bahkan untuk pertama kalinya 30 tahun saya hidup, baru saat ini saya tidak mempunyai rencana apa yang akan saya lakukan."ucapku sambil tersenyum miris,

" Seluruh kenangan bersama Hartono terlalu banyak, seluruh pengalaman dan pelajaran yang aku dapatkan bersama Hartono terlalu banyak. Behari-hari tidak tidur menyiapkan dokumen-dokumen yang tidak pernah aku mengerti sebelumnya, melakukan perjalanan dinas ke tempat-tempat yang sebelumnya mungkin hanya sebatas angan, didamprat para Direktur atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan, menghadapi teror dari Pemerintah yang membuatku ketakutan."lanjutku dengan mata mulai berair, mengingat segala kenangan baik ataupun buruk yang sudah aku lalui bersama Hartono

"Bukan sekali-dua kali yang berfikir untuk meninggalkan Hartono. Tapi, saya tidak pernah membayangkan akan meninggalkan Hartono dalam keadaan seperti ini. Selama ini saya mencoba menjaga nama baik Pak Jaya bahkan kamu. Mengabaikan semua berita yang menyakitkan, karena saya tau semua itu tidak benar, dan saya merasa tidak perlu meluruskan, karena saya tidak membutuhkan pengakuan dari siapa-siapa. Satu hal yang menjadi prioritasku hanya Pak Jaya dan kamu baik-baik saja."

"Tapi-- ternyata menyedihkan harus meninggalkan Hartono dengan namaku yang dianggap sebagai penggoda. Ternyata menyakitkan jika namaku akan menjadi  contoh PA yang tidak patut dicontoh. Ternyata menyakitkan jika rekan-rekan akan mengingatku sebagai pribadi yang buruk. Ternyata menyakitkan semua orang akan melupakan segala hal baik yang sudah aku lakukan selama 7 tahun dan mengingat 1 kesalahan yang baru saja aku lakukan selama 1 tahun."

Pertahananku akhirnya runtuh. Setelah menahan semuanya selama 2 bulan sendirian. Aku fikir aku akan kuat, aku fikir aku bisa menahannya sampai akhir tanpa ada yang mengetahuinya.

Aku menangis terisak-isak dihadapan Revan.

Revan yang sejak tadi terdiam mendengarkan ceritaku, akhirnya bergerak mendekatiku lalu menarikku ke dalam pelukannya. Membiarkanku menangis sepuasnya, dan terdengar lirih ucapan maaf yang terus berulang dari bibirnya.

She's My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang