Part ini pake sudut pandang ketiga semua dulu ya.
***
Revan memegang dadanya yang terasa sangat sesak, kedua tangannya bergetar hebat sedangkan kedua kakinya terasa sangat lemas hingga membuat ia tertatih berjalan menuju ranjangnya.
Shit. Kenapa gue harus keliatan bodoh kayak gini?
Sesampainya di kamar tidurnya ia tersungkur di samping ranjangnya, memeluk kedua lututnya berharap tubuhnya yang kini menggigil bisa terasa lebih baik, namun ternyata sia-sia, seluruh tubuhnya semakin menggil sampai membuat pandangannya memudar.
Revan berkali-kali memukul tubuhnya sendiri, berharap rasa sakit ini akan entah, namun kembali sia-sia, dadanya semakin sesak dibuatnya.
"Fara---Fara----"ucap Revan lemah memanggil wanita yang kini entah berada dimana, "Fara, please. Sakit, Fara. Sakit---"lanjutnya lemah.
Sedangkan di tempat lain terlihat Fara yang terlihat gelisah, namun Kelani disebrangnya masih terlihat kaget.
"Ma---serius, apa yang ada difikiran Mama sampe ngomong kayak gitu?"tanyanya tak percaya, menahan emosinya yang seakan bisa meledak kapan saja, "Kenapa harus tiba-tiba kasih saran kayak gitu sih?"tanya Fara tajam, menahan emosinya
Kelani terdiam lama, "Re----Revan kenapa, Ky? Dia kenapa?"tanya Kelani terbata-bata
Fara memejamkan matanya, ia bingung harus melakukan apa sekarang, di depannya Kelani terlihat bingung dan membutuhkan penjelasan atas apa yang baru saja ia lihat, sedangkan ia tau bahwa di lantai 15 terdapat Revan yang membutuhkan kehadirannya.
Fara menatap Kelani dalam, "Ma, Kya mohon apapun yang baru Mama liat tadi jangan pernah kasih tau siapapun. Jangan pernah. Sekarang Kya harus melakukan sesuatu, dan Kya mohon Mama tunggu sini sampai Kya balik lagi."
"I--iya, ta---tapi kenapa Ky? Ada apa?"tanya Kelani kebingungan
Fara menghembuskan nafasnya, "Ada beberapa hal yang memang terkadang lebih baik kita tidak tau, Ma. Kya mohon sama Mama, ya."
Kelani terdiam namun tak lama ia mengangguk pelan.
Fara tersenyum kecil dan kemudian mengecup pipi Kelani singkat sebelum akhirnya ia berlari menuju unit Revan. Mulutnya bekromat-kamit berharap Revan baik-baik saja, meskipun ia tahu itu mustahil.
Fara membuka pintu unit Revan dan menemukan Revan yang tengah meringkuk di samping ranjangnya, samar-sama terdengar namanya disebut dengan suara lemah oleh Revan.
"Abang?"panggil Fara pelan yang kini sudah berada di hadapan Revan dan meraihnya
Revan membuka matanya dan menatap Fara yang sedari tadi ia panggil, "Fa--ra?"
Fara tersenyum lembut dan mengagguk, "ini aku Abang. Aku disini."
Revan memejamkan matanya, dan saat itu juga tubuhnya masuk ke dalam pelukan Fara,
"Saya menjijikan Fara."bisiknya
"Ssst.... It's okay. It's okay."ucap Fara sambil mengusap punggung lelakinya,
Revan mengatur nafasnya perlahan, dan benar saja sesak yang sedari tadi ia rasakan mulai terasa lebih baik, namun ia tetap menahan agar Fara terus memeluknya, ia terlalu malu untuk menampakkan wajah bodohnya di depan wanita yang begitu ia sayangi.
Revan terisak dalam pelukan Fara, membayangkan seluruh kejadian tadi.
Revan benar-benar merasa menjijikan, ia merasa gagal menjadi seorang laki-laki. Ia bahkan tidak bisa menahan gejalanya di depan Kelani, ia bahkan melihatkan seberapa lemahnya dia, ia dengan bodohnya langsung berlari begitu saja setelah mendengar permintaan Kelani yang bahkan ia belum tau apa maksudnya, ia terlalu sibuk dengan pemikiran dan ketakutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's My Secretary
RomanceAda suatu teori yang mengatakan: "Terlalu mengenal seseorang terkadang membuat kita malah enggan bersamanya." Teori yang sebenarnya masih diragukan keakuratannya. Saskyra Faharani, 30 tahun. Revan memangilnya Fara. Dia tidak secantik kekasih Revan...