PART 35

80.6K 5.3K 172
                                    

FARA

Aku menatap Fakhri dan Malik yang duduk di hadapanku. Kami bertiga sedang berada di salah satu coffee shop tak jauh dari Apartementku. Merekalah adalah salah satu alasanku membatalkan penerbanganku ke Singapore untuk menemani Revan.

Aku awalnya ragu untuk membiarkan Revan pergi sendirian ke Singapore sampai akhirnya di detik-detik terakhir Kiehl menelfonku dan menanyakan keadaan Revan, disitu akhirnya aku menemukan cara agar aku bisa lebih tenang membiarkan Revan pergi sendiri.

Sudah hampir sebulan ini dan hampir 3 bulan setelah kejadian Malik dan Revan bertengkar, Fakhri selalu berusaha menghubungiku begitupun Malik yang tidak pernah absen untuk meminta maaf atas kejadian malam itu. Sejujurnya aku sudah memaafkan Malik, aku pun tau keadaan Malik yang malam itu sedang mabok. Namun, aku memilh untuk selalu menghindari keduanya, sampai akhirnya aku sadar bahwa aku tidak bisa selalu menghindar.

"Ky, apa kabar?"tanya Fakhri lembut

Aku tersenyum dan mengangguk, "I'm fine."

Fakhri tersenyum dan menoleh pada Malik yang terlihat diam sejak aku datang, "Malik kayaknya mau ngomong sesuatu sama kamu."

Aku menoleh pada Malik, sedikit kesal karena lelaki ini bahkan terlihat bingung, "tinggal ngomong aja."jawabku sambil memandang Malik

Malik menarik nafasnya dalam sebelum akhirnya menatapku, aku bisa melihat mata Malik yang memancarkan rasa bersalah, "Aku gak bisa ngomong apa-apa. Aku bener-bener merasa bersalah, dan rasa bersalah ini terasa kayak terus mencekikku."

Aku memandang Malik prihatin,

"Ky, kamu tau satu-satunya di dunia ini yang tidak ingin aku sakiti setelah Mama adalah kamu. Aku begitu menyayangimu, sampai membuatku menjadi begitu protektif padamu. Dan, sekarang aku sadar hal itulah yang membuat keadaan kita semakin buruk."

"Maafkan aku, Ky. Maafkan aku yang sudah bodoh, maafkan aku yang sudah menyakitimu, maafkan aku yang sudah membuat kita seperti ini."

Malik meraih tanganku ragu, namun aku membiarkan Malik mengenggam tanganku, "Ky, maafkan aku..."

Aku terdiam lama, "aku sudah memaafkanmu sejak lama. namun, memang aku memilih untuk tidak bertemu denganmu atau bahkan Fakhri yang terikut imbasnya. Tapi, sekarang aku cuman mau meluruskan semuanya. bahwa aku sudah memaafkanmu."

Malik tersenyum lega,

Aku lalu menatap Fakhri dan Malik bergantian, "maafkan aku yang juga menjauh, bahkan setelah hubunganku dan Malik berakhir 2 tahun yang lalu."

Fakhri mengangguk "and we missed you so much, my little pony."ujar Fakhri sambil mengacak rambutku.

Aku tersenyum lega.

Menghindar memang terkadang menjadi pilihan terbaik versi kita. Kita menganggap bahwa dengan menghindar masalah aku selesai dengan sendirinya, bahwa masalah aku berakhir begitu saja tanpa menyisakan rasa sakit.

Tidak, menghindar hanya akan menunda. Menunda rasa sakit kita, menunda kita untuk terus berjalan menuju masa depan yang lebih baik. Menunda kebahagiaan.

Malik dan Fakhri pernah menjadi orang terpenting di masa laluku. Menjadi penyemangat dan penguatku saat melalui masa-masa sulit. Dan, aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Setelah banyak masalah yang kami lalui, dan aku yang satu-satunya selalu menghindar, akhirnya aku dapat bernafas lega seakan-akan satu ikatan yang mengikatku kencang selama ini sudah terbuka.

Jadi, sudahkah kalian melepas ikatan yang menyakitkan itu?

Menghindar hanya membuat ikatan itu semakin kuat dalam tubuh kita.

She's My SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang