cztery | four
❝she's kelsie.❞
++
kacau. liam benar. air mancur itu nyata. harry merasakan jantungnya berdebar-debar dan matanya tak bisa fokus pada apapun.
yang menjadi pertanyaan; kenapa?
dia hanya meminta satu hari untuk dilewati; tapi malah satu tahun tambah tujuh yang terlewati.
note to self; jangan remehkan liam. liam pasti tidak sebodoh itu untuk mengatakan hal yang tak masuk akal. dan yang liam ucapkan pada harry siang itu... nyata. meskipun tidak masuk akal.
harry hidup di masa depannya, delapan tahun lebih maju. meskipun harry sadar akan hal itu, harry berusaha bersikap seolah hari ini adalah hari yang sama dimana dia dan emily terlibat suatu masalah dan liam mengajaknya pergi ke museum.
setelah bus berhenti di tempat pemberhentiannya, harry segera turun, disusul cewek tadi yang masih mengejar.
"harry, tunggu! kampusnya di sebelah sana!" cewek itu berteriak di belakang harry.
karena merasa lelah dan pusing, harry berhenti dan berbalik menatap gadis itu. "kenapa gue disini?"
cewek itu mengerjapkan mata lalu menyentuh lengan harry seolah menenangkan. "kenapa, sih? kamu mimpi apa?"
harry nyaris muntah mendengar pengucapan cewek itu yang terdengar seolah mereka akrab. sok deket banget nih orang, pikir harry.
"gue tadi ga disini. gue sama liam, temen gue yang rambutnya setengah botak, pake kaus putih, dan ada tato di tangannya, lo liat nggak? tadi kita lagi jalan-jalan di deket museum, dia ngajak gue jalan-jalan karena gue lagi stress gara-gara emily—"
harry terdiam begitu tangan gadis itu melonggar. tapi gadis itu tidak berkata apa-apa, jadi dia melanjutkan.
"trus gue bangun dan lo megang-megang gue. lo siapa?" kata harry akhirnya, mempersingkat. harry menatap gadis itu curiga.
"harry, ini aku kelsie, dan kamu bersikap aneh..." gadis itu mengusap lengan harry pelan. "kamu mau aku antar pulang aja? kamu butuh istirahat. aku bisa alasan ke dosen kamu, kok."
"dosen apa?" mata harry kembali membelalak. "dosen? guru kali?"
"harry... apa sih..." gadis itu menatap harry khawatir. "ayo pulang."
harry melihat keseriusan di wajah gadis itu, tapi dia berusaha tak peduli. diliriknya sekililingnya; hamparan tanah dengan sisa-sisa salju bekas musim dingin, dan gedung tinggi yang menjulang di seberang jalan; gedung universitas.
harry ingin rasanya berteriak, tapi dia hanya bisa menggerutu.
"what the fuck... dosen, ya, lo bilang. gila, tau nggak. gila, si liam gila. gue delapan tahun lebih tua dan liat, gue punya pacar?! gila gue ga kenal lo, gue ga tau delapan tahun belakangan ini gue ngapain tolong gue ga kenal siapa-siapa...."
harry duduk di sebuah bangku kayu sambil mengusap wajahnya berulangkali.
"gue harus ke museum itu lagi," kata harry parau. gadis disampingnya; kelsie, mengira harry menangis. tapi dia bersyukur ketika melihat pipi harry kering.
"museum apa?" tanya kelsie memberanikan diri.
harry melirik gadis itu sebal. "ga ngerti juga? gue delapan tahun lebih tua. ini masa depan. gue disini gara-gara gue ngelempar koin untuk make a wish supaya gue bisa skip hari itu juga. gue berani taruhan lo bahkan nggak tau apa itu facebook."
"facebook?" kelsie mendelik.
"tuhkan. ahelah."
"maaf," kelsie nyengir bodoh. "harry, kayaknya kamu harus pulang, deh. ayo."
"kemana?" tanya harry dengan nada sarkastik.
"ke apartmentmu."