czternaście | fourteen
❝no one can help you
except yourself❞
++
"halo?"
"emily, ini harry. bisa keluar sekarang nggak?"
"baru bangun, tapi bisa kok. kemana?"
"ini urgent. ke central park aja, ke kios coffee bean di sebelah utara."
"oke, aku mandi dulu yaa."
"jangan lama-lama ya em, plis."
"oke."
harry mematikan telponnya dan menatap layar tv dengan gelisah. delapan, ilusi, kunci jalan pulang. semakin harry memikirkannya, semakin emosinya memuncak.
harry bukan tipe orang yang senang dengan hal-hal rumit. dia lebih suka melakukan hal simpel, memikirkan hal simpel, dan itulah mengapa harry tumbuh dengan pikiran yang terbuka dan simpel juga.
"kels, aku mau ketemu emily dulu yaaaa," ujar harry setengah berteriak karena gadis yang ia panggil sedang di kamar mandi.
"iyaaafff!" teriak kelsie disusul suara air memenuhi mulutnya. gadis itu sepertinya sedang menggosok gigi.
harry nyengir membayangkan ekspresi kelsie sekarang. dia nggak buruk-buruk amat, kok.
**
emily datang tergopoh-gopoh lalu duduk di hadapan harry. harry sempat menggerutu dalam hati karena; bagaimanapun buruknya penampilan emily hari ini, dia masih terlihat cantik.
emily merapikan rambut dan syal-nya yang tak karuan. "maaf, tadi busnya lama. ayo, to the point aja."
harry menunggu emily melepas syal dan mengikat rambutnya, lalu memulai. "lo pernah denger tentang angka delapan nggak?"
emily mengusap wajahnya yang terasa dingin lalu menggeleng. "maksudnya? itu angka genap."
"gue juga tau," harry tersenyum sarkastik. "maksudnya, angka delapan, ilusi, apa hubungannya?"
"kok nanyanya sama aku sih?" ucap emily sambil merogoh-rogoh tasnya dan mengambil hp-nya yang bunyi. "halo? iyaaa lukey, ini aku lagi sama harry. iya nanti aku telpon kamu, bye sayangku, okay."
"ew..." gumam harry.
"apa?" emily menyipitkan matanya sebal.
"hah, apaan," ucap harry tengil, pura-pura tidak tahu. "jadi, gimana? tau nggak?"
emily menggeser tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman. "aku nggak tau. kenapa emangnya? kamu mau melamar cewek kamu di tanggal delapan?"
harry tersenyum. "biasa aja kali, nadanya ga usah ngeselin gitu."
emily memanyunkan bibirnya dan melihat ke arah lain, sementara harry tertawa.
"kayaknya cewek gue sama lo nggak bersahabat ya," kata harry sambil meminum kopi pesanannya.
"saingan nilai di kelas matematika sains tambahan," ucap emily tak bersemangat. "jadi, beneran tanggal delapan mau kamu lamar?"
"apaansi enggak, punya ktp aja belom," ujar harry jijik. lalu dia sadar bahwa dia sudah berumur dua puluh lima, dan emily sekarang menatapnya bingung. "ah, gini loh em, delapan itu kuncinya. gue bisa balik lagi ke 2014 kalo gue bisa nebak apa maksudnya angka delapan."