trzynaście

7.2K 1.2K 91
                                    

trzynaście | thirteen


that is not a clue

that's bullshit.

++


harry dan kelsie duduk di sebuah ruang tunggu yang sangat sepi, sampai-sampai seolah mereka bisa mendengar denyut jantung mereka sendiri. kelsie bersandar pada bahu harry dan; yah, harry mau tak mau harus bertahan walaupun dia tidak nyaman.

keheningan itu terpecahkan saat sebuah suara memanggil. "harry styles dan kelsie turner, tuan william sudah menunggu."

"thanks," gumam harry lalu dia memasukki sebuah ruangan yang 'katanya' adalah ruangan pribadi dosen.

harry dan kelsie duduk berhadapan dengan seorang laki-laki berambut cokelat lebat dan janggut yang belum dicukur selama empat bulan. kelsie mengaitkan jari-jarinya ke tangan harry, seolah gadis itu tahu harry sedang nervous.

"halo, kelsie turner," sapa laki-laki berwarna william itu. "siapa ini?"

kelsie tersenyum sambil memegang lengan harry. "harry styles, pacar saya."

kalau suasananya tidak seserius ini, harry ingin sekali memasang wajah muntah lalu lari. tapi dia berusaha mengontrol pikiran kekanak-kanakannya.

"jadi, begini..." kelsie memulai, tapi dia melirik harry dengan bingung dan akhirnya harry yang menjelaskan.

harry menjelaskan dari awal dia bersama liam pergi ke museum, lalu melempar koin, lalu terbangun di bus, lalu dia sampai disini.

"saya tau ini nggak masuk akal, tapi kelsie bilang bapak tau seluk-beluk museum dan ikut serta waktu pembuatan kolamnya," kata harry. "tolong jelasin, pak. semuanya. gimana caranya biar saya... nggak terjebak lagi disini."

dosen itu melepas kacamata silindernya dan mengetuk-ngetuk telunjuknya di meja. "harry, saya memang arsitek, pembuat, dan pengukir kolamnya. tapi bukan berarti saya harus tahu semuanya."

"tapi bapak bilang air mancur itu memang nyata, bisa mengabulkan permintaan."

profesor itu tersenyum. "kamu pintar mengelak juga, ya. begini... kamu minta satu hari untuk di skip, tapi malah delapan tahun yang ke-skip, iya kan?"

harry mengangguk tak sabaran.

"delapan. itu kodenya. ilusi. kamu mau pulang, kan? delapan kuncinya."

harry melirik kelsie dengan tatapan bingung, dan gadis itu membalas tatapannya dengan mengangkat bahunya.

"maksudnya?" tanya harry terus terang.

dosen itu tersenyum hangat dan jarinya bergerak-gerak di udara seolah sedang memainkan kartu tak kasat mata. dasar tidak waras.

"harry, dari cara bicara kamu, saya tahu kamu anak yang pintar. coba kamu cari jalan pulangmu sendiri."

harry tiba-tiba merasakan emosinya memuncak dan dia berdiri lalu menggebrak meja. "gue dateng kesini pagi-pagi, dan lo, kakek-kakek pintar yang dimintain bantuan, ngasih gue clue ga pasti?! gue ga main-main, ngerti! gue bayar lo pake bmw gue sekarang!"

tapi pria tua itu masih diam di kursinya, sedangkan kelsie mulai menangis sambil menahan harry. gadis itu belum pernah melihat harry semarah ini.

"harry! ayo kita keluar!" ucap kelsie terisak sambil berusaha menahan harry yang hendak meninju dosennya.

"keluar?! orang ini ngibulin kita, kels! kita udah nunggu hampir dua jam dan ga ada hasil?! gue tau dia nyembunyiin sesuatu!" bentak harry entah pada dosen itu atau kelsie.

kelsie mengelap air matanya dan menarik lengan harry sekuat tenaga. "kita udah dapet cluenya, harry! kita harus keluar!"

setelah beberapa saat menegangkan, harry mulai mereda dan menuruti perkataan kelsie. gadis itu meminta maaf pada dosennya yang hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu mereka keluar dari ruangan itu.

kelsie menghela nafas dan mengelap pipinya sampai kering. "bagus, sekarang kamu merusak hubungan kamu sama orang yang bisa bawa kamu pulang."

harry mengepal kedua tangannya. "ya karna dosen itu nggak tau diri!"

kelsie berlutut dan melingkarkan tangannya di leher harry, lalu menarik cowok itu dalam pelukannya. "harry, semuanya bakal baik-baik aja, oke. aku tau ini semua nggak masuk akal, tapi aku ga bakal melarang kamu buat ngelakuin apapun yang nggak masuk akal. lagian kamu jadi amnesia gini, aku rasa semuanya lama-lama makin terungkap. kamu ngerti maksud aku, kan? jangan takut buat minta bantuan aku."

emosi harry sedikit mencair mendengar ucapan kelsie. suaranya seperti biasa; lembut, tenang, dan oh, bisa membuat harry luntur dalam sekejap.

"thanks, kels. tapi aku bakal nge-stuck terus disini. nggak ada jalan pulang."

kelsie melepas pelukannya dan mengusap pipi harry. "delapan, itu kunci kamu. coba kamu temui emily, aku denger dia anak paling pintar di fakultasnya."

h a r r yTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang