dwadzieścia | twenty
[surprise, kakak. bukan epilogue tapi letaknya setelah ending sebelum epilog, gatau apa sebutannya:(]
❝karma does exist.❞
++
"luke, bantuin sebentar deh," terdengar suara ibu angela dari sisi ruangan lain yang tak terlihat.
luke yang sedang duduk di ruang keluarga rumah angela itu langsung berdiri meninggalkan ruangan; mungkin ke dapur.
harry dan emily yang sedang duduk di kursi-ayunan halaman belakang itu hanya duduk sambil menatap mika dan angela yang sedang menonton tv. mereka terlihat sedang berbincang serius mengenai acara yang mereka tonton.
ruang keluarga rumah angela terletak di belakang, berbatasan dengan halaman belakang. temboknya 90% kaca, membuat harry dan emily bisa melihat tembus ke dalam.
"makasih ya," terdengar suara ibu angela lagi, disusul luke yang kembali ke ruang tv.
"kenapa, mo?" tanya mika saat luke duduk disampingnya. "abis putus dari thalia, langsung di rekrut mamanya angela?"
mika tertawa atas leluconnya sendiri, sementara luke mendengus. "seneng kan lo diatas penderitaan gue... alay."
harry dan emily sama-sama ikut tertawa, dan harry bersumpah dia bisa merasakan meskipun mereka sedang tertawa, emily sedaritadi terasa gelisah.
seperti berdebar dan kaku, dan harry tahu alasannya. dia senang mengetahui bahwa hanya dengan duduk sedekat ini bisa membawa efek bagi emily.
"eh, em," ucap harry dengan cengiran tipis di bibirnya.
"... ha?" sahut emily tanpa menoleh.
"lo suka sama gue dari kapan?" tanya harry santai seolah ini hanya percakapan biasa.
emily menegang dan dia bergeser di tempat duduknya, merasa tak nyaman. "apa deh... pede banget."
harry tergelak. "lah, kenapa? selow aja kali. gue juga suka kok sama lo."
nice shot, harry. smooth as hell.
mata emily melebar dan gadis itu nyaris terjungkal dari kursinya andai saja dia tidak mengontrol dirinya. harry bisa saja bercanda dan berpura-pura serius, mengingat cowok itu selalu mendapat nilai A+ di kelas teater & drama.
"apa sih. kok jadi ga jelas gini," kata emily, berusaha menutupi kegugupannya.
"jadi mau stay friends atau maju?" tanya harry, tidak memedulikan emily yang pura-pura bingung.
"astaga," emily berbisik pada dirinya, namun sialnya harry bisa mendengar. harry menahan tawanya karena emily terlihat shock dengan tangannya yang menempel di dadanya.