osiemnaście

7.3K 1.3K 237
                                    

osiemnaście | eighteen 



i feel like an oracle.❞ 

++ 


gadis berambut pirang bernama emily itu mengaitkan jari-jarinya satu sama lain, tidak menyadari wajah harry yang setengah bingung setengah senang. emily terlalu gugup untuk menatap harry.

sedangkan harry malah menatap sekelilingnya, entah merasa lega atau terlalu shock sampai-sampai dia tidak bisa berkata apa-apa. terutama saat dia melihat sosok liam berdiri jauh di seberang lapangan, sedang meminum air mineralnya. 

emily berdeham, membuat harry menoleh ke arahnya, lalu gadis itu mengeluarkan suara. "harry, aku sebenernya..." 

sebelum emily menyelesaikan kalimatnya, harry maju satu langkah untuk menutup mulut emily dengan tangannya, lalu menariknya dalam pelukannya. 

"sssh...," kata harry sambil memeluk emily sangat erat. otak harry langsung mencerna kalimat yang akan diucapkan emily, dan harry bersyukur karenanya.

"aku belom ngomong!" protes emily. harry memeluk emily tambah erat, dan bisa merasakan jantung gadis itu berdebar begitu keras. 

"gue tau lo mau ngomong apa. nggak sekarang, oke?" kata harry sambil melepas pelukannya.

emily mengerutkan sebelah pipinya, menatap harry dengan bingung. "harry-" 

"shut shut shut," harry menggeleng-geleng sambil menutup mulut emily dengan telapak tangannya, membuat gadis itu entah mengapa malah tertawa. "akan ada saatnya gue yang ngomong ke lo. bukan lo yang ngomong ke gue." 

emily bengong dan tak berkedip saat harry bicara, tapi harry malah menanggapinya dengan tersenyum santai. 

"gue seneng banget, em. gue mau teriak tapi malu," kata harry sambil cengengesan, menutupi sebagian mulutnya dengan telapak tangannya. 

"eng... kenapa?" tanya emily bingung.

"bentar," ucap harry sambil melirik kanan-kiri. "dimana temen-temen yang lain?" 

emily, yang masih tercengang, hanya mengarahkan jempolnya ke balik tembok yang bertuliskan 'kantin' tanpa melepas pandangannya dari wajah harry. 

"oke. ayo." 

harry berjalan mendahului emily ke kantin. dadanya terasa sesak karena perasaan yang terlalu menggebu-gebu. emily bahkan kebingungan saat melihat harry berjalan sambil meloncat-loncat di depannya, seolah dia baru saja dibebaskan dari kurungan.

suara angela adalah suara yang pertama harry dengar sebelum dia sampai ke kantin. "oi luke, gimana ini fisikanya? ajarin." 

lalu suara mika yang nyaring seperti biasa menyusul. "langsung aja nikah, nanggung amat ngajakkin belajar fisika doang." 

"tai tai tai tai tai tai tai tai," suara luke datang menyusul. harry terkekeh sendiri mendengarnya, karena kata kotor itu selalu jadi andalan luke saat mika berbuat jahil.

"mas lucas, nggak boleh gitu ya ngomongnya, nggak boleh! mama nggak suka." mika kini berdiri dan meniru nada ucapan ibu luke. 

harry sampai di meja yang biasa mereka berlima tempati dan bernafas lega. harry menatap teman-temannya satu persatu sambil tersenyum sangat lebar, tapi tidak menunjukkan gigi sama sekali. 

"kenapa, ting?" tanya luke yang sedang membantu angela menulis rumus di catatannya. 

"aaahhh," harry terkesiap sambil memeluk luke dari belakang. "gue lega banget liat kalian." 

h a r r yTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang