1

7.2K 827 117
                                    

Buku-buku berserakan di kamarnya, semalaman ia begadang karena adik lima menitnya menginvasi ketenangan hidup dan nasib game yang sedang ia mainkan. Mingyu dengan tidak tahu dirinya langsung merebut PSP milik Wonwoo dan mematikannya, padahal satu langkah lagi Wonwoo memenangkan permainan itu. Pria tinggi dengan kulit kecokelatan itu memang selalu mengandalkan Wonwoo dalam bidang akademik, meski jurusan kuliah yang mereka ambil sangat jauh berbeda, namun wawasan Wonwoo si kutu buku itu patut dipertimbangkan. Karena Wonwoo, reputasi Mingyu di kampus sangat bersinar. Mingyu si mahasiswa berprestasi di segala bidang. Ia bisa memenangkan debate competition tingkat mahasiswa nasional karena pengajaran intensif dari Wonwoo.

Mingyu bisa menjadi ace tim renang kampusnya karena Wonwoo yang mengajarinya. Mingyu merebut posisi presiden pada badan eksekutif mahasiswa dalam pemilihan enam bulan yang lalu juga karena visi misi gemilang yang dicetuskan oleh Wonwoo. Bagi Mingyu, Wonwoo bukan hanya sekadar saudara kembarnya. Wonwoo adalah pusat semesta. Pendampingnya yang paling sempurna. Wonwoo memang tidak seterang Mingyu jika di kampus, ia tidak terlalu aktif berorganisasi, ia selalu menghabiskan waktunya di perpustakaan, mengisi otaknya dengan pengetahuan dari seluruh dunia. Ia selalu mengekor di belakang Mingyu, membiarkan sang adik yang menyuarakan isi otaknya kepada dunia luar. Mahasiswa lain tidak pernah tahu jika di samping bintang Mingyu yang bersinar, ada bintang Wonwoo yang terikat gravitasinya, membantu memperkilau binaran itu.

~~~

"Bu, kami sudah besar tidak perlu lagi pakai baju yang sama." Wonwoo meremat sweater berwarna biru langit di tangannya.

"Itu tidak sama sayang, milik Mingyu berwarna biru navy, milikmu  berwarna biru langit." Seorang perempuan bermata bulat, berusia awal empat puluhan dengan rambut hitam pekat sebahu itu mengelus bahu Wonwoo sambil terus menyematkan senyum manis di bibir merahnya yang berbentuk hati. Do Kyungsoo terus mencoba membujuk Wonwoo agar mau memakai sweater hasil rajutannya selama musim panas kemarin untuk dipakai pada musim dingin akhir tahun ini.

"Sudahlah Won, terima saja. Ayo lekas berangkat, aku ada kelas pagi." Mingyu telah rapi dengan sweater biru navy miliknya.

Plakk ...

Tepukan ringan dari tangan Kyungsoo menghampiri dahi Mingyu.

"Panggil ia dengan sebutan hyung, Gyuie ..."

"Ah Ibu, kita bahkan hanya selang lima menit." Mingyu mengerucutkan bibir akibat perlakuan Kyungsoo padanya. Wonwoo hanya terkekeh, meledek melihat kembarannya diberi pukulan pagi hari oleh sang ibu.

"Gyuie, jaga Wonie ya. Musim dingin selalu membuatnya demam. Jangan biarkan ia terlalu lama di luar ruangan. Ajak ia makan siang bersamamu, awas kau kalau sibuk bermain dengan teman-temanmu." Kyungsoo berucap panjang lebar sambil mencolek ujung hidung mancung milik Mingyu sebelum kemudian akhirnya mengalihkan pandangannya pada Wonwoo. Dikecupnya kening, pipi, dan hidung milik putra sulungnya itu.

"Astaga Ibu, jadi sebenarnya siapa yang menjadi kakak di sini? Wonwoo dicium, aku tidak. Ibu pilih kasih." Mingyu menggeram frustrasi sementara Wonwoo dan sang ibu hanya tertawa-tawa.

"Gyuie terlalu tinggi, ibu jadi susah menciummu." Wonwoo berucap lembut, suara yang selalu ingin didengar Mingyu setiap saat, tawa yang selalu ingin dilihat Mingyu sepanjang hari. Wonwoo adalah pendampingnya yang sempurna.

"Baiklah, kami berangkat, Bu." Kyungsoo mengangguk. Pada akhirnya Wonwoo mengalah dan memakai sweater pemberian ibunya tadi. Mingyu menggenggam tangan Wonwoo dengan jemari yang bertautan satu sama lain.

Pintu rumah Keluarga Kim telah ditutup oleh Kyungsoo, sepasang anak kembar itu telah menyalakan penghangat dalam mobil yang akan dikendarai oleh Mingyu. Wonwoo terpaksa ikut berangkat lebih awal karena adik lima menitnya itu memiliki kelas pagi Profesor Park yang terkenal killer, meski jika diluar kelas Profesor Park sangat suka bercanda.

"Kau cantik." Mingyu mengelus pipi Wonwoo meninggalkan jejak rona merah muda yang membakar, menambah kehangatan di tengah musim dingin awal Desember.

"Mengapa tidak mengatakan itu saat di depan ibu tadi?" Wonwoo terkekeh, kembali mengejek Mingyu.

"Aku sih berani saja. Jangan remehkan Kim Mingyu." Mingyu menepuk-nepuk dadanya sambil tertawa.

"Baiklah kutunggu kau memujiku cantik di depan ibu."

"Kau menantangku, Kim Wonwoo?" Mingyu menggelengkan kepalanya sambil mendekati wajah Wonwoo. "Beraninya kau menantangku." Sebuah kecupan kecil nan cepat berhasil Mingyu curi dari bibir merah muda yang merekah milik Wonwoo.

"Berangkat Kim, kau mau diusir dari kelas Profesor Park jika terlambat?" Tangan Wonwoo bersedekap di depan dada, berpura memasang wajah marah padahal ia hanya sedang merasa malu karena Mingyu menciumnya.

"Baiklah. Baiklah. Kim-cantik-Wonwoo yang terhormat. Mari kita berangkat."

"Sebentar, Gyu ..."

Tangan dingin Wonwoo menangkup pipi Mingyu yang mulai berisi, sangat berbeda dengan pipi tirus miliknya. Ibu jari lentik milik Wonwoo membelainya, seakan menyerap kehangatan dari sana. Ia mendekatkan wajahnya ke arah wajah Mingyu, tersenyum memandangi wajah tampan itu. Sepasang alis yang tebal, hidung mancung, rangka wajah yang tegas, garis rahang yang tajam, mata elang dengan kelopak yang membuatnya tidak terlalu sipit namun juga tidak terlalu bulat, jangan lupakan kulit eksotis kecokelatan yang ia warisi sempurna dari sang ayah. Sangat kontras dengan kulit pucat Wonwoo yang serupa dengan sang ibu. Bibir merah muda milik Wonwoo membungkam tepat di bibir Mingyu, mengecupnya berkali-kali seperti tak ada hari esok. Mingyu membalas kecupan itu dengan ciuman lembut yang hangat sehingga memaksa Wonwoo mengalah dalam permainan yang ia mulai. Hingga mereka merasa bahwa penghangat mobil sepertinya bertambah panas, maka sepasang anak kembar itu melepaskan tautannya.

"Aku mencintaimu, Wonwoo-ya."

"Aku juga mencintaimu, Gyu ..."

Mingyu mengecup kening Wonwoo dan mereka berdua menangis dalam diam. Mengutuk semesta yang menciptakan mereka dalam satu rasi bintang yang sama.

To be continued

P.S.

Ultimate OTP saya itu Kaisoo dan Meanie, jadi di sini saya pakai Kaisoo sebagai orang tua Meanie (tetapi Kyungsoo nya GS yaa, maaf jika tidak nyaman.)

Cek ombak dulu deh, saya publish chapter 1 Ursa Major ini.

Selamat membuka kotak pandora!

Ursa Major [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang