25

1.9K 336 35
                                    

Yebin, Kyungsoo, dan Jongin dipanggil oleh tim dokter yang menangani Wonwoo. Sang dokter menjelaskan semua keadaan Wonwoo secara terperinci dari ujung kepala hingga ujung kaki tanpa terkecuali, termasuk efek kesehatan reproduksi yang akan Wonwoo alami nanti. Karena dokter mengetahui bahwa Wonwoo telah menikah, maka masalah keturunan akan menjadi hal yang krusial yang harus diperbincangkan. Komplikasi dari pria yang menderita Multiple Sclerosis salah satunya adalah penurungan fungsi seksualnya, dikhawatirkan Wonwoo dan Yebin akan sulit memiliki keturunan. Maka jalan tengah sangat disarankan untuk dipilih oleh keluarga, begitu penjelasan tim dokter yang menangani Wonwoo. Sebagai perwakilan dokter spesialis kandungan, dokter Byun menyarankan Wonwoo dan Yebin menjalani teknik IVF (In Vitro Fertilization) jika kondisi Wonwoo sudah stabil dan membaik. Dengan berat hati tetapi demi kebaikan maka keluarga Kim dan Yebin menyetujui saran dokter.

~~~

"Jadi, Dongho-hyung kapan flat ini bisa mulai kutempati?" Mingyu bertanya pada Dongho yang merupakan kawan lamanya yang memiliki flat sederhana ini.

"Mungkin minggu depan, Gyu. Karena harus dirapikan dan dibersihkan terlebih dahulu agar kau bisa langsung menempatinya." Pria tinggi berkulit kecokelatan yang manis itu hanya mengangguk-angguk tanda mengerti.

Bintang Mizar nyatanya tak pernah mengalami keredupan, Mingyu tetap bersinar dengan segala hal di kepalanya yang terencana dengan baik. Setelah menyelesaikan urusan tempat tinggal yang akan ia tinggali nanti berdua dengan Wonwoo, Mingyu menuju rumah sakit tempat Wonwoo dirawat. Alih-alih ia menuju departemen saraf, Mingyu malah meneruskan lift yang membawanya menuju departemen obstetri dan ginekologi, semalaman Mingyu telah membuat janji dengan dokter Choi Minki, kakak dari teman kecilnyaㅡChoi Seungcheol. Minki-hyung adalah dokter kandungan terkenal di Seoul National University Hospital. Mingyu telah berkonsultasi dengan Minki mengenai teknik bayi tabung yang akan dilakukannya, selain itu ia juga membicarakan kemungkinan persentase keberhasilannya. Ini satu-satunya jalan untuk membuat Joohyun hamil tanpa ia harus menyentuhnya. Mingyu mengambil surat persetujuan yang telah dibuatkan oleh Minki untuk ditanda tangani oleh dirinya dan juga Joohyun, kendala terakhir adalah mau atau tidak Joohyun harus menyetujuinya.

"Kau yakin Mingyu?" Minki meyakinkan langkah yang akan diambil Mingyu sekali lagi. Tak habis pikir mengapa Mingyu menempuh jalan ini padahal kondisi dirinya dan sang istri baik-baik saja.

"Aku yakin Minki-hyung, terima kasih banyak. Aku permisi."

~~~

"Apa kau baik-baik saja Yebin-ah?" Yebin baru saja kembali ke kamar rawat Wonwoo setelah bertemu dengan tim dokter yang menangani suaminya itu.

"Baik, Oppa. Aku baik-baik saja. Hmm ... Oppa, apa kau mau memiliki anak? Maksudku ... Hmm ... Aku tahu, kau belum pulih seutuhnya, tapi ..." Wonwoo tersenyum dengan lembut melihat Yebin yang terlihat salah tingkah kala gadis itu membicarakan tentang keturunan, Wonwoo telah menduganya bahwa pembicaraan semacam ini akan muncul seiring berjalannya waktu karena statusnya yang telah menjadi suami.

"Apa dokter menjelaskan sesuatu padamu?" Wonwoo bertanya sambil membawa Yebin ke dalam pelukannya. Gadis manisㅡadik masa kecilnya itu menumpukan kepala pada bahu Wonwoo, dengan sangat hati-hati Yebin menjelaskan semua yang telah dikatakan oleh dokter mengenai keadaan Wonwoo. Pemuda itu hanya mengangguk-angguk tanda mengerti, sambil mengelus rambut panjang itu dengan lembut.

"Apa kalau memiliki anak, kau akan merasa repot?" Wonwoo bertanya lagi dan Yebin menggeleng. "Baiklah kalau begitu, aku tidak keberatan." Senyum dan kesetujuan Wonwoo siang itu menjadi hadiah terindah bagi Yebin, entah mengapa ia merasa dicintai meski hatinya tidak pernah tahu rasa cinta Wonwoo untuknya adalah bentuk cinta yang seperti apa.

~~~

Mingyu memarkirkan mobilnya dan langsung menuju lift untuk membawanya naik ke lantai tempat unit apartemennya berada. Bagaimana pun juga, Joohyun harus menyetujui program bayi tabung yang akan mereka jalani. Wanita cantik itu sedang mengaduk-aduk sup di atas sofa sambil memandang ke arah televisi. Padahal Joohyun tak benar-benar menonton acara yang ditayangkan itu, pandangan matanya kosong. Mangkuk sup itu terus berada di tangan Joohyun, karena memang Mingyu kembali saat waktu makan siang tiba, sup yang tadi pagi tak sempat dimakan Mingyu karena ia pergi terlalu terburu-buru. Tatapan mata Mingyu melunak, ia merasa bersalah telah menyakiti hati wanita cantik itu.

"Joohyun-ah, aku pulang." Mingyu menyapa namun Joohyun hanya berpaling menatapnya sebentar lalu kembali memalingkan wajahnya ke arah televisi.

Sebuah pelukan hangat tiba-tiba melingkupi tubuh Joohyun. Mingyu memeluknya sambil mengecupi puncak kepalanya. Mereka terlarut dalam sebuah pelukan intim yang mengharukan, dengan Mingyu yang berkali-kali meminta maaf kepada istrinya itu. Joohyun mengangguk, memaafkan Mingyu dengan sepenuh hatinya, ia begitu mencintai pria tampan yang telah mencuri perhatiannya sejak pertama kali bertemu. Namun Mizar tetap menjadi Mizar yang hanya menginginkan Alcor. Meski dalam hatinya berjanji bahwa ia tak akan lagi menyakiti Joohyun, cinta Mingyu hanya untuk Wonwoo.

"Joohyun-ah, mari kita memiliki keluarga kecil yang kau impikan. Aku akan menjadi suami yang menjagamu saat kau mengandung nanti, aku akan disampingmu saat kau harus berjuang antara hidup dan mati melahirkan anak kita, tapi satu yang aku minta darimu ... Jangan kau suruh aku untuk menghilangkan rasa cintaku pada Wonwoo, izinkan aku memiliki kehidupan juga bersamanya, izinkan aku untuk memiliki kesempatan menutup mata dan membuka mata lalu hanya ada dirinya yang kulihat. Sungguh, aku bukan suami yang pantas, tapi akan aku usahakan untuk menjadi suami yang baik. Aku tidak bisa menyentuhmu, aku mohon maukah kau memiliki anak dengan bantuan program medis saja?" Pria itu bersimpuh, memohon di kaki sang istri demi memperjuangkan cintanya yang tak pernah bisa padam pada Wonwoo, linangan air mata berjejak di wajah tampan Mingyu. Ini adalah cara terakhir untuk berhenti menyakiti berbagai pihak.

"Kau berjanji untuk menjadi sosok Ayah yang baik baginya ketika ia lahir nanti? Karena yang terpenting adalah ia memiliki figur Ayah yang tidak akan pernah hilang. Mungkin memang seperti ini suratan Tuhan, Mingyu. Silakan, lakukan apapun yang kau mau. Aku menyetujuinya, asalkan kau bisa membagi waktumu untuk bayi yang nanti akan kukandung." Joohyun menangkup wajah Mingyu sambil mengecup kening suaminya dalam-dalam. Ia memilih untuk menerima jalan cinta yang telah dipilihkan Tuhan untuknya.

"Terima kasih, Joohyun-ah. Terima kasih. Kau sungguh wanita yang baik. Aku janjikan bahwa aku ada untukmu, untuk bayi kita nanti." Siang itu ditutup oleh sebuah pelukan yang saling mengikhlaskan satu sama lain. Cinta bisa bermacam-macam bentuknya, dengan Mingyu yang berjanji tetap disampingnya, itu ia anggap cinta dalam bentuk dan cara yang lain.

~~~


P.S

Double up!
Cinta selalu akan menemukan jalannya.
Cukup bersabar.

Ini mendekati ending ya dear :')

Saya pernah dengar cerita bahwa ada sepasang suami istri yang kalau dilihat secara garis besar adalah keluarga sempurna. Si pria adalah sosok Ayah yang tegas untuk anak-anaknya dan si wanita adalah sosok Ibu yang sabar untuk keluarganya. Tapi siapa sangka si pria ini di luaran adalah seorang penyuka sesama jenis dan wanitanya tahu, tetapi agar anak-anak mereka tetap mendapat figur orang tua yang utuh, maka si wanita tidak minta bercerai dari si pria.

Cinta bisa bermacam-macam bentuknya :')

Selamat membuka kotak Pandora! 💕🍃

Ursa Major [Meanie] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang