Hari demi hari sebagai pasangan orang lain telah mereka jalani dengan besar hati. Wonwoo harus banyak-banyak tersenyum ketika Mingyu harus meninggalkannya lebih dulu demi menjemput atau mengantar Joohyun di mana dan ke manapun. Siang ini saja, ketika Mingyu telah berjanji untuk menemani Wonwoo ke toko buku tiba-tiba sebuah panggilan telepon mengacaukan segalanya. Joohnyun meminta Mingyu untuk menjemputnya di bandara. Maka jarak 17 mil harus rela ditempuh Mingyu dengan mengorbankan Wonwoo.
Pemuda manis itu hanya tersenyum, Wonwoo kini sudah tidak lagi menggunakan kursi rodanya. Berangsur-angsur dokter menyatakan kelumpuhan temporer yang dialaminya telah membaik. Ia kembali bisa berjalan meskipun harus tetap dalam pendampingan seseorang. Selama melalui hari-harinya, sosok gadis manis itu selalu ada untuk Wonwoo. Yebin hampir mengambil alih segala hal yang pernah dan selalu dilakukan Mingyu untuk Wonwoo.
"Oppa ... Kau melamun?" Yebin sudah datang untuk mengantarkan Wonwoo pulang, gadis itu tidak tahu jika Wonwoo ingin ke toko buku siang ini.
"Ah tidak, hanya saja aku tidak ingin langsung pulang. Bagaimana kalau kita ke toko buku?"
"Aku akan menemanimu ke manapun, tapi setelah itu temani aku makan kue beras pedas di kedai pinggir jalan ya Oppa? Aku juga ingin merasakan, rasanya berkencan seperti anak muda lainnya." Binar mata Yebin selalu membuat Wonwoo merasa teduh, bagaimanapun juga ia harus melindungi gadis baik di hadapannya ini.
Jemari Wonwoo membelai dan membetulkan helaian rambut yang menutupi wajah Yebin. Pemuda itu tidak mampu berbohong, ia menyayangi Yebin. Wonwoo membalas permintaan gadis itu dengan anggukan dan seulas senyum. Tak bisa dipungkiri, kali ini Wonwoo benar-benar menyayangi Yebin. Tapi tetap saja, sayang yang ia rasakan berbeda dengan rasa cinta menggebu-gebu yang selalu berdentum untuk Mingyu. Wonwoo hanya ingin agar Yebin bahagia tanpa tersakiti. Bahkan kalau bisa, Wonwoo ingin melepas gadis itu agar bertemu dengan orang yang tepat. Yang mencintainya seperti Wonwoo mencintai Mingyu.
~~~
Rasa sayang dan ingin melindungi pasangannya ternyata tak dialami Mingyu, baginya bersama Joohyun itu menyusahkan. Wanita cantik itu memang lebih tua beberapa tahun dari Mingyu, tetapi tak lebih dewasa dari dirinya. Joohnyun manja, banyak kemauannya, dan selalu menggantungkan segalanya pada Mingyu. Pemuda tampan itu tiba-tiba merindukan Wonwoo-nya, saudara kembar lima menitnya yang mampu bersikap dewasa dan menggemaskan di waktu bersamaan. Bintang pendampingnya yang dalam keadaan apapun selalu terlihat bersinar bahkan kemarin-kemarin saat kursi roda memaksa sinarnya untuk redup, bagi Mingyu justru dengan semangat hidup yang Wonwoo perlihatkan membuat pemuda manis itu semakin tampak berkilau.
"Sayang ..." Joohyun langsung menghambur ke dalam pelukan Mingyu ketika melihat pemuda itu telah tiba menjemput dirinya. Joohyun menengadahkan kepalanya untuk menatap wajah Mingyu, yang ditatap hanya memberikan seulas senyum tipis. Dengan secepat kilat, Joohyun memberikan sebuah ciuman dalam pada bibir Mingyu. Pemuda itu terdiam, rasa rindu pada Wonwoo-nya tiba-tiba menyergap tanpa permisi. Refleks, Mingyu melepaskan ciuman itu dengan sedikit kasar sehingga membuat Joohyun meringis bingung.
"Gyu, kau baik-baik saja? Maaf jika aku membuatmu terkejut." Telapan tangan halus milik Joohyun masih bertumpu di dada bidang Mingyu.
"Tidak sayang, tidak. Aku yang minta maaf." Mingyu mengecup kening wanita cantik itu sekilas. "Ayo kuantar kau pulang."
"Pulang ke apartemenmu ya?" Joohyun kembali pada mode manja miliknya.
Setelah bertunangan, Kyungsoo dan Jongin memberikan sebuah unit apartemen untuk Mingyu, agar lebih privasi pikir mereka. Tapi hak istimewa itu tak diberikan pada Wonwoo dengan alasan bahwa sifat introvert Wonwoo akan semakin menjadi kalau mereka memberi ruang sendiri untuk Wonwoo, lagipula kondisi kesehatan putra sulungnya itu juga menjadi alasan utama. Sebagai ibu, Kyungsoo sangat tahu perkembangan kedua putranya. Mingyu sebagaimana pria muda pada umumnya, maka dari itu ia memberi ruang lebih pribadi pada putra tampannya itu. Sedangkan Wonwoo, putra manisnya itu lebih senang berkencan dengan buku-buku atau video game sehingga Kyungsoo tetap memerintahkan Wonwoo agar tetap berdiam di rumah utama mereka. Meski begitu, Mingyu tidak pernah menempati apartemen pemberian orang tuanya. Ia lebih senang menghabiskan waktunya di kamar milik saudara kembarnya.
Apartemen itu ia gunakan hanya pada keadaan jika dirinya dan Wonwoo sedang dalam rasa rindu paling puncak. Mereka akan tidur seharian sambil berpelukan, bercerita apapun yang terjadi dalam hari-hari mereka, dan berakhir Mingyu akan memasak makan malam setelah itu mereka berdua kembali pulang ke rumah utama. Tetapi kali ini, Joohyun memaksa untuk pulang ke apartemen itu. Mingyu sedikit tidak rela bahwa daerah kekuasaannya bersama dengan Wonwoo dimasuki oleh orang lain. Unit apartemen itu baginya adalah pengganti ruang hati mereka yang telah dipenuhi oleh orang asing.
"Kau yakin mau pulang ke apartemenku?" Mingyu meyakinkan sekali lagi, berharap Joohyun akan berubah pikiran.
"Iya, aku merindukanmu." Joohyun berbisik merendahkan suaranya di telinga Mingyu. Mungkin bagi pria lain itu akan melemahkan, tapi bagi Mingyu kepalanya kini dipenuhi kabut-kabut bayangan saudara kembarnya yang manis.
~~~
Wonwoo sudah merasa lelah mengelilingi toko buku, setelah ini ia akan mengabulkan permintaan Yebin untuk makan kue beras pedas di kedai pinggir jalan. Membahagiakan Yebin kali ini menjadi prioritas kedua Wonwoo setelah Mingyu yang selalu menempati urutan pertama. Sebisa mungkin Wonwoo ingin membuat gadis baik itu tertawa selalu saat bersamanya, karena ia tahu bahwa luka yang akan ia torehkan sedemikian besar. Sore hari adalah waktu yang tepat untuk sebuah kudapan ringan. Terlihat Yebin begitu bahagia ketika Wonwoo menyuapinya sepotong kue beras pedas yang masih hangat. Tangannya menggenggam erat tangan Wonwoo, membuat pemuda manis itu semakin merasa teriris hatinya ketika melihat tatapan mata penuh cinta yang dilayangkan Yebin untuknya. Sejauh yang ia bisa, ia akan selalu membuat Yebin bahagia meski tanpa cinta.
"Yebin-ah, setelah ini kau langsung pulang ya."
"Memangnya Oppa tidak mau kuantar sampai rumah?" Yebin mengernyit keheranan sekaligus khawatir.
"Aku akan ke apartemen Mingyu, dan mungkin akan pulang bersamanya nanti. Ada barang-barang yang harus dirapikan, aku akan membantunya. Kau tidak perlu khawatir."
"Oh baiklah, jika kau bersama Mingyu-oppa aku pasti tenang. Aku tidak akan mengantar Oppa hanya sampai halte bus. Biarkan aku mengantar sampai apartemen Mingyu-oppa. Bagaimana?" Yebin mencoba bernegosiasi dan Wonwoo mengangguk sambil tersenyum. Sebuah usapan lembut mendarat di puncak kepala gadis manis itu.
~~~
Joohyun merasa senang karena Mingyu akhirnya mengalah dan memperbolehkan dirinya untuk pulang ke apartemen milik Mingyu tetapi dengan perjanjian tidak menginap, karena bagaimanapun juga Mingyu lebih suka tidur di kamarnya yang bersebelahan dengan kamar saudara kembar manisnya. Joohyun menggunakan kamar utama Mingyu untuk berganti baju, midi-dress yang dikenakannya membuat aura cantik miliknya semakin menguar.
"Mingyu ..."
"Ya?" Mingyu menjawabnya dengan sedikit berteriak dari arah dapur dan bergegas menghampiri Joohyun di kamarnya.
"Tolong bukakan, ini tersangkut." Dengan perlahan, Mingyu membukakan ritsleting dress yang dikenakan tunangannya itu. Tiba-tiba saja Joohyun berbalik menghadap Mingyu, mencium prianya secepat kilat sambil melingkarkan kedua tangannya ke leher koko milik Mingyu, midi-dress yang telah terbuka kini jatuh begitu saja dengan posisi tangan Mingyu berada di bahunya yang seputih susu.
Cklek ....
"Gyuie ... Kau sudah pu ... lang?"
~~~
To be continued
P.S
Akhirnya bisa update setelah curi-curi waktu. Semoga masih terasa feel-nya 🍃
Selamat membuka kotak Pandora!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ursa Major [Meanie] ✓
FanfictionMingyu dan Wonwoo selayaknya bintang Mizar dan Alcor di konstelasi Ursa Major.