It was a mistake that we had met.
It was a mistake that we had known each other.
It was a mistake, that I loved you more than you did.HYUN Ji mungkin hanyalah satu dari segelintir mahasiswa yang bertahan dengan tunjangan beasiswa penuh dalam universitas. Posisinya jelas spesial dengan segala keuntungan yang bisa ia dapatkan. Bayangkan saja, kuliah gratis di salah satu universitas ternama. Siapa yang tidak bangga? Tapi dengan semua kenikmatan yang ia terima, tentu ada tanggungan berat yang—mau tidak mau—membuatnya harus berjuang keras untuk mendapatkan nilai sempurna. Tuntutan di sini bukanlah nilai bagus yang membuatmu tersenyum lebar penuh kebanggaan. Tidak. Mereka menuntut kesempurnaan, tanpa cacat celah atau noda setitik apa pun.
Tidak boleh.
Karena itu alih-alih menghabiskan waktu untuk bercengkrama dan tergelak bebas di kantin sembari menunggu kelas pagi dimulai, gadis itu lebih memilih duduk tenang dalam perpustakaan, membaca tumpukan buku tebal sembari mencatat informasi penting yang bisa ia dapatkan.
Ini jelas bukan pekerjaan mudah. Memfokuskan mata pada ribuan huruf dengan pikiran yang masih berkecamuk sama sekali tidak mudah. Bohong bila Hyun Ji bilang ia adalah gadis luar biasa dengan kemampuan intelektual tinggi dengan tingkat fokus tak terkalahkan. Sepanjang dan sebagus apa pun pujian dosen terhadapnya, tak bisa dipungkiri, Hyun Ji tetaplah manusia biasa dengan segala keterbatasan yang ada.
Karena kenyataannya sekarang, walau sudah setengah jam lebih duduk dan berusaha memusatkan pikiran pada buku-buku tebal di hadapannya sekarang, gadis itu tetap tidak bisa menepis bayang-bayang kejadian semalam. Benar kata Ara, ini benar-benar tidak masuk akal. Ia kira masuk kembali ke universitas berarti membuka lembar baru dalam hidupnya dimana ia memang benar-benar harus melupakan Jeon Wonwoo.
Tapi nyatanya ....
Ah, sial. Ia jadi terbayang kejadian itu lagi.
Tatapan hangat Wonwoo, senyum manis Wonwoo, sentuhan dingin tangannya ...
Semua masih belum berubah.
Lelaki itu masih tetap Wonwoo yang ia kenal setahun lalu, Wonwoo penyuka komik online dan novel fantasi romantis, Wonwoo yang ramah dan hangat, Wonwoo yang akan tersenyum ramah saat menatap siapa pun orang di sekitar.
Wonwoo, mantan kekasihnya.
Sadar akan semua yang ia pikirkan sampai gerakan menulisnya terhenti, Hyun Ji lantas menggeleng cepat.
Apa sih yang kau pikirkan?! Merutuki diri sendiri sembari mengibaskan poni yang menutupi pandangan mata, Hyun Ji sampai tak sadar bangku sekelilingnya sudah padat terisi mahasiswa. Benar juga, hari sudah semakin siang dan sudah banyak yang mengunjungi perpustakaan, namun gadis itu masih belum melihat tanda-tanda kemunculan Ara.
Mengerutkan kening samar tanda penasaran, Hyun Ji mulai menyalakan ponsel untuk mengirimi Ara pesan. Tiga puluh menit lagi kelas akan berlangsung. Jelas Hyun Ji tidak mau sahabatnya kena masalah hanya karena terlambat kelas.
Tapi tepat saat ponsel menyala dan jarinya hendak memencet ikon aplikasi WhatsApp, gadis itu dikejutkan dengan sebuah suara lembut yang menyapa ramah, dalam sekejap sukses membuat keningnya berkerut samar.
"Kak Hyun Ji? Ah, senangnya bisa bertemu lagi."
Napasnya tertahan tepat saat netranya bertemu netra Soo Ri. Sangat cepat, kelewat cepat apalagi begitu lirikannya bergeser dan menemukan Wonwoo menatapnya lurus dengan beberapa tumpukan buku di genggaman. Kegerahan bercampur rasa tak enak merambati tubuhnya dengan cepat. Hyun Ji baru sadar, sesempit ini dunia kampusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, You Said It Was Over [Jeon Wonwoo]
Fanfic[T E L A H T E R B I T] "Apa masih pantas bagi kita untuk kembali bersatu, setelah kau sendiri mencoba pergi dan mencari pengganti yang lebih baik?" ●○●○●○ Lee Hyun Ji tak pernah menyangka dunianya akan berbalik seratus delapan puluh derajat saat Wo...