"TIDAK mungkin, Ji! Ini benar-benar tidak masuk akal!"
Sekeras dan seheboh apa pun suara Ara saat ini, itu tidak menyulut emosi Hyun Ji sama sekali, juga tidak menyentakkan gadis itu dari lamunannya. Ia masih betah bergeming dalam diam, berjalan tanpa tenaga dengan tumpukan buku melekat pada genggaman.
"Jadi lelaki itu memutuskanmu hanya karena kekasih barunya itu? Ah, siapa tadi namanya? Sui? Sumi? Secantik apa pun ia, tetap saja terlihat menyebalkan!" Satu dengusan kasar lolos dari mulut Ara. Matanya membelalak kesal, lengkap dengan celotehan panjang yang sukses membuat sahabatnya meringis pelan.
"Soo Ri," Hyun Ji membenarkan, masih dengan tatapan kosong dan wajah pucat tanpa tenaga. Di tengah langkah kaki puluhan mahasiswa pada koridor, gadis itu justru merasa sepi dan asing. Ia tahu betul rasa asing itu bukan disebabkan karena kehadirannya yang baru setelah beberapa minggu libur dan membolos, sama sekali bukan. Asing ini berbeda, dengan luka tak berdarah yang entah kenapa terasa sekali perih nanahnya.
Gadis itu menghela napas pelan, sejenak menghentikan langkah dan memilih untuk mengempaskan pantat di atas bangku putih di pinggir koridor. Di tengah-tengah kekosongan hati yang terus melanda, bayang-bayang akan kejadian tiga puluh menit masih juga belum berlalu dari benaknya.
Masih terekam jelas—sangat amat jelas—saat netranya bertemu dengan netra Wonwoo, saat dimana percikan rindu bercampur keterkejutan yang sangat besar memabukkan hatinya dengan cepat. Tapi saat telinganya menangkap suara berat Wonwoo mengudara dengan kalimat singkat, Aku Wonwoo, kekasih Soo Ri, semua rindu langsung terbantai dengan kekecewaan.
Keterkejutan itu bertambah berat, kakinya sempat gemetar dengan wajah linglung. Hyun Ji masih mengingatnya dengan jelas. Untungnya Soo Ri sama sekali tidak bertanya apa-apa. Ia bersyukur dengan sikap Wonwoo yang dapat menutupi semuanya seolah mereka memang tidak pernah bertemu sebelumnya.
Tapi di satu sisi, itu menyakitkan. Sungguh.
Apa itu berarti Wonwoo sudah benar-benar melupakannya? Secepat itu? Hanya dalam hitungan hari? Kalau itu memang benar, maka semua yang Hyun Ji lakukan akhir-akhir ini sia-sia. Menangisi Wonwoo di saat pemuda itu bersenang-senang dengan gadis lain yang jauh lebih cantik darinya.
Lucu sekali, Wonwoo.
Benar-benar mengejutkan.
Sementara Hyun Ji larut dalam lamunan dan pikiran beratnya, Ara meneguk saliva lambat, meremas-remas ujung baju sementara netranya tak bisa berhenti memperhatikan Hyun Ji dengan tatapan prihatin. Bukan sebulan dua bulan mereka saling mengenal, dan Ara jelas tahu seperti apa sikap sahabatnya. Baru pertama kali berkencan, pertama kali mengenal pria, baru sekali jatuh cinta, ia harus dikecewakan.
Satu helaan napas berat mencelos dari mulutnya, Ara melangkah cepat menyusul Hyun Ji, mengempaskan pantat di sampingnya dengan lengan melingkar pada bahu. "Lelaki seperti Wonwoo tidak berhak untuk kaupikirkan." Baiklah, tekadnya sudah bulat sekarang. Tidak ada yang boleh melukai sahabatnya. Tidak ada, termasuk Wonwoo sekalipun.
Hyun Ji mengerjap pelan, dengan satu senyum tipis yang tersemat pada bibir, gadis itu berkata cepat, "Aku tahu."—tapi tidak bisa. Katakan, apa kau bisa menghapus bersih semua memori membahagiakan bersama pemuda yang kau cintai? Apalagi ketika melihat dia telah bahagia dengan gadis lain yang jauh lebih cantik. Tidak mungkin.
"Kalau kau belum puas, nanti aku akan bertemu dengan Wonwoo, akan kuberi dia pelajaran! Aku bersumpah tidak ak—"
"Tidak usah." Belum sempat Ara menyelesaikan kalimatnya, Hyun Ji terlebih dulu memotong, menggeleng cepat dengan kerutan tipis pada kening. Gadis itu menghela napas, menyelipkan poni ke belakang telinga setelah menoleh menatap Ara. "Kau sendiri yang bilang, lelaki seperti dia tidak berhak untuk kupikirkan," lirih gadis itu dengan tatapan kosong, tapi sepersekon kemudian senyumnya ia bangkitkan. "Jadi jangan pernah lagi berurusan dengannya."
![](https://img.wattpad.com/cover/148442896-288-k456807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, You Said It Was Over [Jeon Wonwoo]
Fanfic[T E L A H T E R B I T] "Apa masih pantas bagi kita untuk kembali bersatu, setelah kau sendiri mencoba pergi dan mencari pengganti yang lebih baik?" ●○●○●○ Lee Hyun Ji tak pernah menyangka dunianya akan berbalik seratus delapan puluh derajat saat Wo...