Remember that I'm still here.
And you never be alone.
SESEORANG pernah berkata, sebuah akhir yang indah harus melewati hambatan dan rintangannya dahulu, melalui jalan berpaku yang membuat kaki penuh luka dan berlumuran darah, mengumpulkan puing rasa yang hancur berhamburan di lantai serta kembali mengambil sisa-sisa perih tatkala harus menyambung kasih. Bukankah hubungan seseorang sering digambarkan dengan perumpamaan seutas tali? Tali yang sudah renggang akan susah untuk kembali dipererat. Sama halnya dengan tali yang sudah lama putus, tak akan dapat disatukan kendati kau mencoba semua lem terbaik yang pernah ada di dunia. Tinggal menunggu masa, dan semua hanya akan menjadi sampah.
Sampah yang tetap kau simpan lewat secuil memori dalam kepala.
Kendati demikian, hidup tak pernah mengajarkan bahwa semua perpisahan akan berakhir pada ujung menyedihkan dengan pedih dan sedih yang terus meneror hati. Hidup itu singkat, kemunculannya saja sudah sering digambarkan layaknya sebuah asap hasil uap memasak air yang mengepul di udara, sebelum kemudian terbang terbawa angin hingga lenyap.
Jadi dibanding mengisi waktu dengan hal-hal tidak penting, bukankah lebih baik bila menciptakan damai dan menyebar cinta dengan semua orang? Membuang benci dan mempererat kasih, membina bahagia bersama-sama.
Teorinya sesederhana itu sebenarnya.
Tali yang putus memang tidak dapat disambungkan kembali.
Tetapi, itu tak berarti kau tidak dapat merajut tali yang baru, bukan?
Membuang semua luka lama, membuang seutas tali putus yang meresahkan dalam benak. Kemudian, rajutlah memori yang lebih baik lagi, sibuklah untuk mencari benang terbaik yang nanti akan menjadi bahan dalam membuat tali yang baru-hubungan yang lebih harmonis lagi. Kau tak akan rugi, kau tak akan kena sial kendati awalnya memang susah untuk membuang luka begitu saja dan memilih jalan pengampunan. Tapi setelah semua selesai dan kau berhasil melawan benci, percayalah ada bahagia yang menanti di ujung sana. Nantinya, akan banyak memori indah yang bisa dikenang bersama, yang akan kaugantungkan pada tempat paling indah dalam sekat benak.
Karena perpisahan tidak berarti kesudahan.
Setidaknya begitu yang Hyun Ji ingat, meski ia sendiri tak tahu, apa masih pantas untuknya membuang tali lama yang telah putus, kemudian merajut hubungan baru dengan Wonwoo? Tidak sebagai kekasih, tidak pula sebagai dua orang yang saling mencintai.
Hanya sebagai teman, yang tak lebih baik dari sekadar kenalan belaka. Wonwoo pernah menanyakan hal yang sama, untuk tetap menjadi teman dan melupakan semua yang terjadi di belakang. Saat itu Hyun Ji saja uring-uringan, pusing memikirkan apa jawaban yang tepat kendati si Jeon itu nampak baik-baik saja.
Well, menjadi teman tidak sesusah itu, bukan?
Tidak susah. Hyun Ji tersenyum miris. Kalau dulu saja, sebelum kebenaran terkuak dan Wonwoo menanyakan hal yang sama untuk kedua kalinya, mungkin Hyun Ji akan mengangguk tipis, diam-diam menguatkan hati untuk tetap tegar dan berpikir positif.
Tetapi, sekarang?
Setelah fakta diutarakan dan Lee Chan berkata bahwa si berengsek itu hanya menginginkan harta, Hyun Ji tak yakin hatinya dapat memasang tampang tegar dan menyebar pikiran positif dalam kepala.
Pantas saja, Wonwoo berkata ia tidak pernah mencintai Soo Ri.
Toh hanya harta yang dikejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, You Said It Was Over [Jeon Wonwoo]
Fanfiction[T E L A H T E R B I T] "Apa masih pantas bagi kita untuk kembali bersatu, setelah kau sendiri mencoba pergi dan mencari pengganti yang lebih baik?" ●○●○●○ Lee Hyun Ji tak pernah menyangka dunianya akan berbalik seratus delapan puluh derajat saat Wo...