Jungkook terbangun. Lantaran rasakan gerah melingkup.
Hal pertama yang ia sadari adalah pening di kepala. Sangat. Buatnya urung untuk beranjak.
Pejamkan mata kembali barang lima belas menit tidak ada salahnya, bukan? Toh, Sabtu hari ini. Kuliah libur. Kewajiban tak ada yang tunggu.
Putuskan untuk benahi posisi tidur hadap kanan buatnya sadar situasi. Sepasang netra Jungkook membulat kala dapati pemuda Kim terlelap di samping.
Baru sadar. Ini bukan kamarnya. Bukan pula kamar Park Jimin.
Racikan citrus dan black wood yang menguar tajam sapa indera penciuman. Berasal dari segala penjuru arah. Ruangan ini. Ranjang ini. Mahluk yang masih terlelap di samping. Bahkan aroma maskulin khas Kim Taehyung juga melekat pada dirinya.
Pipi Jungkook merona jadinya.
Apa yang sebenarnya terjadi ?
Kaos asing yang membalut tubuhnya buat bertanya.
Kemana pula celana miliknya pergi.
Dan sialnya, Kim Taehyung masih lelap tertidur. Dengan lengan melingkar manis di pinggang ramping Jungkook.
"Kak Tae. Bangun."
Jungkook tepuk pelan pipi Taehyung.
Taehyung menggeliat pelan. Kemudian eratkan lengan di tubuh Jungkook. Jelas buat pemuda Jeon tersentak kaget.
"Kak, serius ayo bangun."
Taehyung menggeram pelan. "Lima menit."
"Sekarang kakak."
Dan suara setengah memekik Jungkook paksa kesadaran Taehyung berkumpul. Sekedar buka mata. Tatap wajah Jungkook yang memerah.
Pemandangan yang Taehyung harap dapat sambut dirinya setiap pagi.
"Kenapa aku di kamar kakak?"
"Tidur?"
"Mana celanaku?"
Taehyung lirik lipatan pakaian di atas nakas. Ingat semalam sempat melipat baju Jungkook yang berceceran di lantai.
"Kak Tae,"
"Iya, Manis?"
Jungkook terdiam sejenak. Ragu untuk menyuarakan pertanyaan di kepala.
"Ap-apa semalam terjadi sesuatu?"
Taehyung mengernyit. Mode dungu pagi harinya masih berkuasa.
"Ma-maksudku, antara kita."
Jungkook malu. Menundukkan kepala. Menatap seprei putih di bawah.
"Seperti apa?"
Taehyung bertanya. Seringai membayang di bibir. Niatan goda Jungkook muncul entah darimana.
"Yah, ka-kakak pasti tau... Seperti... Emm... Hal-hal yang tidak melibatkan baju. Mu-mungkin?" cicit Jungkook pelan sangat.
Satu yang membuat Taehyung senang luar biasa di pagi hari. Jungkook yang merona hebat. Dengan kaos oversized putih miliknya. Dan tanpa celana kalau ingat. Tertunduk takut. Tolak tatap mata Taehyung.
Sederhana. Sangat.
"Mungkin?" jawab Taehyung goda.
"Benarkah?"
Jungkook mendongak. Tatap mata Taehyung dalam-dalam. Mencoba cari suatu jawaban.
"Kalo iya bagaimana?" Sebelah alis Taehyung terangkat naik. Menggoda sangat.
Jujur Jungkook tidak tau harus balas apa. Bingung adalah semua yang ada. Diam-diam memaki otaknya. Gagal ingat satu hal teramat krusial. Tangannya bergerak meremat ujung kaos. Mencoba salurkan rasa gundah yang menderu.
Melihat kelincinya mengerut, Taehyung total gemas. Tak bisa tuai dusta lebih lama.
Takut buat anak orang menangis.
Tangannya raih Jungkook dalam sebuah pelukan.
"Tenang, Manis. Jika yang kamu maksud adalah seks, kita belum melakukannya. Waras lho Kakak. Tidak mungkin melakukannya tanpa status seperti sekarang."
Deep voice Taehyung sangat lembut buai telinga. Tinggalkan rasa tenang di relung dada.
"Serius?"
"Iya, Manis."
Jungkook percaya. Lagipula Taehyung yang dikenal bukan tipikal brengsek jenis itu.
Tangannya beri pelukan balasan. Ringan. Namun sangat cukup buat bahagia Taehyung membuncah.
"Dek,"
"Iya, Kak?"
"Ingat semalam lakukan apa?"
"Ikut Kak Jimin pergi. Makan daging dengan Kak Yoongi."
"Lalu?"
Taehyung elus kepala belakang Jungkook pelan.
"Minum-minum."
"Lalu?"
Jungkook coba gali ingatan. Gelap. Tak dapati memori tersisa.
"Lalu pulang?" Jawab Jungkook asal tebak.
Taehyung terkejut refleks lepas pelukan. Tatap entitas di hadapan dengan mata membola.
"K-kenapa, Kak? Benar ya terjadi sesuatu?" tanya Jungkook ragu. Bingung. Rasa nyaman yang menjalar kala Taehyung beri dekapan tiba-tiba diputus sepihak.
Serius?
Jungkook benar total lupa?
Tak ingat punggung Taehyung korbankan guna boyong kelinci semok seorang. Percakapan manis tengah malam. Ditemani rembulan dan jalanan.
Lalu
Kata sayang yang melayang apa hanya igauan orang mabuk semata?
"Ingat pulang dengan siapa? Lalu lakukan apa? Sedikit percakapan mungkin? Ingat? "
Taehyung coba pastikan. Jelas tak rela tuturan semalam dianggap lalu semata.
Memang pada dasarnya realita tak selalu penuhi ekspektasi. Dan hal itu terwujud ketika Jungkook beri sebuah gelengan.
Sontak Taehyung hela nafas.
Kecewa? Jelas. Sangat dibilang.
Oh, namun pemuda Kim telak lupa. Orang kata sumber ucapan orang mabuk dari lubuk hati terdalam.
Jadi
Bagaimana Kim?

KAMU SEDANG MEMBACA
Love, JK [ TaeKook ]
Fiksi PenggemarSecuil kisah tentang seorang pemuda tan bernama Kim Taehyung. Juga seorang pemuda manis, Jeon Jungkook tentu saja. Bertemu kembali setelah 2 tahun lamanya. Meninggalkan gombalan Kim yang masih menggantung. Mungkin Taehyung niat lanjutkan PDKT. Me...