Bab 28: Malu

1.3K 174 4
                                    

Semalam merupakan hari di mana Naka telah membuat sejarah paling memalukan. Dia menyatakan cinta pada seorang laki-laki. Terlebih lelaki itu Oragastra Kharismawardana!

Kerasukan setan pun seharusnya tidak sampai sebodoh ini tapi apa-apaan? Naka sudah menurunkan harga dirinya sendiri dengan menunjukkan rasa sukanya pada Gastra!

Rasanya seperti gadis itu memecahkan pertahanan dirinya selama ini di hadapan Gastra. Retak sudah. Bagaimana caranya Naka menebalkan muka kalau begini?

Sudah begitu saat Naka bangun Dokter pribadi datang ke rumah membuat Nenek dan Ayah heboh. Dokter itu berkata jika dia dipanggil oleh Gastra untuk memeriksa kesehatan Naka sebab sepertinya Naka sakit.

Oke. Terima kasihlah pada ketidakpekaan Gastra karena berkatnya lelaki itu jadi tidak menganggap serius pernyataan sukanya.

Namun, tetap saja Naka yang tidak pernah memuja dan menembak orang duluan malah berbalik jadi seperti itu. Sesukanya dia sama Gastra, dia bisa menahannya tapi gara-gara kecemburuan sialan itu dia malah mengacaukan.

"Gastra!"

Buru-buru Naka melompat, dia bersembunyi di balik rerumputan yang menghiasi pinggir lapangan. Gadis itu berjongkok seraya mengintip ke koridor.

Seorang lelaki memakai bandana merah melambaikan tangannya dan menyengir lebar. Ah, Naka kenal dia. Hasyandi Putra Unggul, anak tunggal pemilik perusahaan minyak terbesar di Indonesia dan sahabat baik Sora.

Dulu Naka mengira jika Hasya kekasih Sora tapi setelah berteman dengan Sora, dia jadi tahu kalau mereka bersahabat dari kecil karena orangtua Sora terikat kontrak kerjasama bisnis dengan orangtua Hasya yang membuat mereka sudah saling bertemu bahkan sejak masih dalam janin.

"Lihat, aku mengenakan headband. Bukankah ini keren?" tanya Hasya dengan bangganya memamerkan benda yang menyangkut di kepalanya itu pada Gastra.

Naka mencabuti dedaunan sambil menahan napas. Ini! Inilah dia sosok yang sudah membuat pagi harinya tak karuan! Lelaki tampan yang mengenakan seragam putih-abu dibalut sweater cokelat dan rambut yang ditata rapi. Dia membawa beberapa buku di tangannya lalu menyerahkan sebagian pada Hasya.

"Saya malah melihatmu mirip orang sakit kepala,"

"Aish, kamu sungguh nggak trendi, Gastra. Ini lagi banyak dipakai oleh artis, tau?"

"Masa? Saya nggak lihat Dara pernah memakainya, tuh,"

"Ck, kamu pikir artis cuma Dara?"

Gastra menepuk bahu Hasya kemudian dia mengedikkan dagu. "Bantu saya antar ini ke ruang guru."

"Ngapain kita yang antar? Kan nanti Hira yang ngumpu—oh," Hasya melongokkan kepala lalu melebarkan senyuman hingga menyipit. "Selamat pagi, Tuan Putri Sora!"

Soraya Larasati Prambudi sontak melengos ketika Hasya menyapanya. Dia lebih tertarik pada sosok Naka yang sudah dilihatnya dari jauh sedang bersembunyi di belakang rumput, entah untuk apa Sora cukup terusik. Padahal dia sudah mencari Naka ke mana-mana tahunya gadis itu diam di sini.

"Ya! Kanaka Recaka Purbawisesa!" panggil Sora menghampiri Naka membuat Hasya dan Gastra mengerutkan kening. "Ngapain kamu di sana, hah? Cepat berdiri,"

Naka kontan gelagapan melihat Sora sudah berdiri di hadapannya. "So-Sora..."

Sora menarik lengan gadis itu hingga berdiri lalu berdecak jengkel mengetahui ada daun-daun kering yang menempel di rambutnya.

"Apa sih yang kamu lakukan di sana?"

"Oh Tuhan! Dewi cantikku akhirnya kami menemukanmu!" teriak Gauri segera berlari, dia mendekap Naka erat. "Ke mana saja kamu? Kami menunggu di kantin tapi kamu tidak ada."

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang