[CERITA INI AKAN TERSEDIA GRATIS PADA 17 SEPTEMBER 2021]
Naka dihidupkan kembali oleh seorang Knight-malaikat maut-bernama Chan, tetapi hanya sampai 100 hari ke depan dan selama itu Naka harus membantunya menemukan roh nomor 666 yang memberontak dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selama di rumah Gastra menghindari Naka. Gadis itu tidak bisa bertemu dengannya sama sekali bahkan saat Naka ke klinik hewan pun dokter mengatakan jika Miri telah dipindahkan oleh Gastra dan dia tidak tahu di mana lokasi perawatannya saat ini.
Naka juga tidak tahu mengenai luka yang ada di betis Gastra, semua pelayan bungkam soal itu, tapi Naka yakin betul jika Gastra mengalami pendarahan cukup parah karena dia melihat bekas kain kassa yang menumpuk di tong sampah selama dua hari penuh.
Maka dari itu Naka memutuskan untuk mencari Gastra di sekolah. Sayangnya, Gastra izin tiga hari dan sekarang sudah hari kelima Naka tidak bisa melihat Gastra sama sekali, saat gadis itu mengorek tong sampah pun tak ada lagi bekas darah yang tertinggal. Setidaknya Naka bisa menghela napas jika mungkin luka Gastra sudah mengering.
Hari ini pelajaran olahraga menyuruh siswa untuk praktek. Sebelum dimulai guru akan menjelaskannya lebih dulu, Sora pun langsung menarik Naka untuk duduk di tribun dan mengajaknya bicara mengabaikan guru yang ada di depan mata mereka.
"Hei, mengapa kamu tiba-tiba menghilang dan tidak bisa dihubungi kemarin malam? Apakah ada sesuatu yang mengusikmu?" tanya Sora penuh selidik.
Naka tersenyum tidak enak. Semalam Naka lupa membalas pesan Sora yang menanyakan kegiatan Naka karena dia harus menemani Ambar bertemu teman-teman sosialitanya. Selama acara itu Naka tiada henti dipuji dan mendapatkan banyak tawaran, dari model hingga artis.
"Tidak, Sora. Aku baik-baik saja hanya ada keperluan penting saja yang membuatku lupa menjawabmu."
Sora mengamati wajah Naka. "Apa kamu yakin? Kamu tidak sedang membohongiku, kan?"
Oh, astaga! Insting Sora luar biasa tajam. "Tentu saja tidak."
"Hei, Sora, Naka!"
Teman-teman sekelas mereka kontan menoleh ke sumber suara. Di ujung tribun mereka melihat Ishya dan Gauri yang melambaikan tangan membuat guru olahraga jadi kesal, tapi dia tidak bisa menegur sebab ada Sora.
"Ya! Apa yang kalian lakukan? Bukankah kalian seharusnya ada di kelas untuk mengikuti pelajaran bahasa Jepang?"
Gauri tersenyum lebar pada guru olahraga yang sedang menatapnya. "Hallo, Pak. Santai saja saya dan Ishya tidak akan mengganggu, silakan di lanjutkan. Anggap saja saya hama, hahahaha!"
Selain Sora, Gauri pun terkenal anak yang cuek dan paling tidak kenal takut pada guru. Kadang sifatnya ini disalah artikan jadi murid tidak beretika, tapi di balik itu Gauri adalah siswa yang berani membela gurunya ketika ditekan oleh pihak yayasan perihal ketimpangan antara anak-anak tajir bermasalah dengan anak-anak kurang mampu.
Sebab Kakek Gauri salah satu pendiri yayasan dan dia akan memberontak jika ada kesalahan pada sistem, bahkan saat Hira dan Sora ribut, Gauri yang memaki kepala yayasan karena telah membuat kebijakan aneh mengenai beasiswa. Menurutnya tidak masuk akal memberi beasiswa pada murid yang jelas-jelas seorang donatur.