Bab 16: Pindah Rumah

8.3K 1.1K 53
                                    

Sesampainya di rumah Gastra, Naka tidak menemukan lelaki itu di manapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di rumah Gastra, Naka tidak menemukan lelaki itu di manapun. Sepanjang dirinya melangkahkan kaki ke lantai mengilap ini, yang dia lihat hanyalah barang-barang mewah, para pelayan yang menundukkan kepala serta lukisan cantik yang dipajang di dinding.

Bahkan Ambar sampai turun dari kamarnya untuk menyambut kedatangan Naka. Wanita paruh baya itu sangat senang karena cucu angkatnya bisa berada di dalam rumah yang sama dengannya. Perjanjian antara bunda dan eyang berakhir karena alasan kesehatan Naka, eyang tidak mau menunda pengadopsian jadi dia memutuskan membawa Naka sebelum usianya delapan belas tahun.

"Anak cantik kok bengong aja?" tanya Ambar mengusap rambut Naka.

Naka mengerjap. "Ah, aku lagi takjub dengan bangunan rumah ini. Desainnya seperti istana, sangat keren."

"Iyakah? Ini semua di desain oleh Nilam. Beliau adalah Arsitek wanita terkenal atas kemampuannya dalam menggambar denah rumah, tidak pernah mengecewakan."

"Pantas saja sejak tadi Nana merasakan adanya aura lembut dan kehangatan di dalam rumah ternyata itu karena dibuat langsung oleh seseorang yang sangat penting di rumah. Nana selalu berharap semoga Tante Nilam dan Irish sekarang bahagia."

Ambar tersenyum, dia merangkul Naka penuh rasa cinta. "Tentu rumah ini akan semakin hangat dan menyenangkan bila ada kamu."

"Iya, Eyang tenang aja. Mulai sekarang Naka di sini nemenin Eyang," ucapnya melebarkan senyuman.

Lalu Ambar membawa Naka mengelilingi rumah, meski beberapa kali Naka pernah dibawa ke sini, tapi dia tidak bisa mengingat dengan baik denah rumah yang tepat karena ada beberapa bagian yang direnovasi dan berubah dari ingatan terakhirnya.

Sekarang di dalam rumah tersebut terdapat lift yang akan berhenti di lantai paling tinggi, yaitu lantai empat yang atasnya disulap jadi rooftop cantik berisikan sofa-sofa antik dengan tanaman hias yang menggantung serta kolam renang pribadi.

Saking luasnya rumah ini Naka yakin jika dia berteriak tidak akan ada yang mendengar.

Benar saja, Naka melihat di setiap kamar atau sudut rumah selain CCTV dia juga menemukan pencetan bel. Terutama di kamar Naka yang telah disiapkan. Tidak hanya berukuran luas nan besar serta telah diisi oleh banyak keperluan gadis itu, dari pakaian, make up, skincare, sepatu, tas dan lain-lain terdapat pula tombol darurat yang bisa Naka gunakan saat dia membutuhkan sesuatu. Karena di sana ada dua tombol, maka penggunaannya pun berbeda. Tombol merah itu dipencet saat Naka dalam kondisi genting dan membutuhkan bantuan sesegera mungkin sedangkan tombol hijau merupakan perintah jika pelayan harus melayaninya entah itu diminta membeli sesuatu ke minimarket atau sekadar mengambilkan minum ke kamar.

Puas melihat betapa mewahnya kamar yang akan ditempati oleh Naka. Gadis itu pun melirik keluar pintu dan bertanya pelan.

"Eyang, Gastra ke mana, ya, kok Nana nggak melihatnya?"

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang