Di rumah sakit Naka panik luar biasa ketika tim medis segera bergerak membawanya masuk ke ruang operasi. Gadis itu mengikuti setiap titik darah yang berceceran di lantai karena tangannya yang menjuntai ke bawah.
Tak pernah Naka bermimpi sebelumnya dia akan menyaksikan seseorang sekarat, dipenuhi oleh genangan kental berbau amis itu terlebih lagi objek yang saat ini sedang diusahakan untuk bisa bernapas kembali adalah dirinya. Kanaka Recaka Purbawisesa, si gadis cantik yang akan merayakan ulang tahun ketujuh belasnya beberapa waktu lagi! Ini tidak mungkin!
Suara pendeteksi jantung yang menempel pada dada gadis itu mendengungkan bunyi nyaring dibarengi satu garis lurus hingga semua tim medis menghentikan segala upaya mereka. Saat itulah Naka melihat dokter menggelengkan kepalanya pada suster, memberi tanda jika Naka tidak tertolong.
Sontak, Naka yang melayang di dekat tubuh kakunya pun menjerit.
"Dasar bodoh! Periksa yang benar! Aku masih hidup!" teriaknya kemudian mencoba untuk tiduran di atas tubuhnya. Akan tetapi, ada seberkas cahaya hitam yang menjadi penghalang untuknya masuk. "Sialan! Ini apa? Aku ingin masuk lagi ke tubuhku! Hei, dokter! Apa kamu hanya akan diam saja dengan kebisuan tidak bergunamu itu?!" Naka memelototi dokter beruban yang memandang tubuhnya miris, lalu dia tersentak saat suster ingin menutup tubuhnya pakai kain. "HEI! HENTIKAN! AKU TIDAK AKAN BISA BERNAPAS KALAU KAMU MENUTUPNYA!"
Naka sungguh berisik. Chan yang memandangi semua itu sejak tadi sambil bersandar pada tembok pojok pun melangkah, lantas menarik Naka memakai kekuatannya agar tidak berkeliaran mengoceh ke sana kemari. Sebab Naka mengganggu roh lain yang berada di rumah sakit, bila dia terus berontak tubuhnya justru akan semakin melemah padahal Chan melihat masih ada seberkas cahaya yang berasal dari simbol hati yang ada di pergelangan tangannya.
"Heiiii!!!" seru Naka ketika mereka berada di tempat lain. Naka mengedarkan pandangannya, dia tidak tahu ini ada di mana, tapi yang pasti sosok tinggi di hadapannya ini baru saja mengajaknya keluar dari ruangan dengan menembus dinding lalu mendadak mereka sudah ada di tengah-tengah gurun pasir.
Laki-laki jangkung yang mengenakan jubah hitam itu sedikit menyibakkan topinya agar bisa bersitatap dengan Naka.
"Surga atau neraka?”
Seketika wajah Naka berubah terkejut. “Apa?”
“Kamu mau ke surga atau ke neraka?” ulang Chan, kali ini dia menggunakan kalimat pelengkap yang akurat.
Naka tahu dia baru saja kecelakaan, tapi apa-apaan ini? Dia didatangi oleh malaikat maut yang memintanya memilih salah satu di antara tempat peristirahatan di akhirat? Hah, tidak bisa dibiarkan. Naka tak akan memilih satu pun sebab yang dia inginkan adalah hidup meski tanpa memiliki keluarga.
“Kamu bercanda, hah? Balikin aku sekarang! Aku belum mau mati!” Kaki gadis itu menyentak pasir hingga debu berterbangan.
Chan segera menyingkirkan debu itu dari sekitar mereka memakai kekuatannya. “Cepet pilih, surga atau neraka?”
"Wow, apa itu? Aku baru melihat pasir bisa dipadatkan menjadi gumpalan seperti terumbu karang," ucap Naka terpana melihat pasir yang tadi naik ke udara menyatu jadi gelembung dan membentuk satu sama lain. Gadis itu menggelengkan kepalanya, sial, dia hampir saja lupa akan penolakan nya! “Aku belum mau mati!!!”
“Oke, neraka.”
Naka menggeram tak percaya, dia menahan tangan Chan yang langsung membuka telapak tangannya, bersiap-siap menyedot roh Naka tersebut. Menyadari jika dia dalam bahaya Naka pun segera berkata. “A—a—ku nggak mau ke neraka!” teriaknya putus asa. “Aku kan bukan orang jahat, amalan baikku juga banyak kenapa kamu kirim aku ke neraka?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Naka's Mission
Roman pour Adolescents[CERITA INI AKAN TERSEDIA GRATIS PADA 17 SEPTEMBER 2021] Naka dihidupkan kembali oleh seorang Knight-malaikat maut-bernama Chan, tetapi hanya sampai 100 hari ke depan dan selama itu Naka harus membantunya menemukan roh nomor 666 yang memberontak dan...