Bab 21: Kepindahan Nona Idol

5.5K 969 87
                                    

Chan berdiri sambil melihat mayat yang baru saja terjatuh dari lantai apartemen, bersama Bari mereka memperhatikan beberapa kejanggalan.

Pria berusia 32 tahun itu jelas saja seorang pria yang mapan dan hidup dengan kemewahan, dia sering bolak-balik ke luar negeri dan senang bermain dengan banyak wanita, mengimingi mereka untuk menjadi seorang Artis terkenal hanya karena dia bekerja sebagai promotor yang bekerjasama dengan salah satu perusahaan besar.

Masalahnya, simbol love yang dimiliki pria ini berwarna hitam dengan persentase 50% berkedip-kedip, di mana itu menunjukkan jika pria itu seharusnya masih hidup, tapi ada roh jahat yang sengaja membunuhnya. Tentu saja dilihat dari asap hitam yang mengepul itu adalah perbuatan roh nomor 666.

Sama seperti yang terjadi pada Miri.

Teringat pada kucing itu Chan lantas mencoba untuk menanyai kabar Naka, mendadak dia memiliki perasaan tidak enak sebab setahunya Miri adalah kucing Gastra dan lelaki itu diduga kuat dirasuki oleh roh paling berbahaya.

Di sekolah Naka sedang berbicara dengan Sora dan dia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Chan jadi dia mendiamkannya.

Saat tubuh Naka sudah lebih baik, mereka pun kembali ke kelas sambil Naka menghubungi Chan kembali melalui telepati supaya Sora tidak menganggapnya aneh.

"Ada apa?"

"Kenapa baru sekarang dijawab?"

Mengerutkan kening Naka memijat pelan kepalanya, dia kaget mendengar Chan tiba-tiba bertanya dengan nada tinggi.

"Maaf tadi temanku mengajak bicara."

Terdengar helaan napas di sana. "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Huh? Darimana kamu tahu?" heran Naka.

"Di mana kamu?"

"Ada apa?"

"Kenapa menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan juga?" jengkel Chan.

"Karena kukira kamu akan menyusulku."

"Memang benar jadi jawablah kamu di mana?"

"Aku tidak apa-apa ...."

"Di mana?" ngotot Chan tidak peduli akan jawaban Naka.

"Sungguh, aku hanya sedikit terluka di hidungku ...."

Chan melirik ke ujung tempat mayat itu tergeletak, ada banyak warga yang segera mengumpul seusai mendengar benda terjatuh yang sangat keras lalu sekuriti langsung bersiaga memanggil polisi. Tak jarang beberapa dari mereka menjerit ketika melihat genangan darah membasahi aspal.

"Ini karena lelaki yang kutolak sengaja melempar bola dengan keras."

Chan menaikkan satu alisnya. Siapa lelaki berengsek yang berani melukai seorang wanita? Chan yang merupakan asisten malaikat maut saja tidak pernah melukai seseorang. Memang, manusia itu hina.

Tapi sekesal apa pun bagi Chan sekarang adalah kondisi Naka.

"Apakah sudah diobati."

"Sudah, sekarang aku tidak apa-apa."

"Syukurlah." Chan meminggirkan tubuhnya ketika seorang sekuriti mendekati mayat. Meski kasat mata Chan tidak suka tubuhnya bersinggungan dengan manusia karena energi mereka yang bertolak belakang dengannya. "Apakah Gastra ada di sana?"

"Iya! Tadi dia menolongku!"

Naka menceritakan dengan antusias tentang sikap Gastra yang berubah jadi lembut pada Chan. Namun, ceritanya itu berhenti ketika tiba-tiba saat Naka dan Sora melewati ruang guru, Naka tercekat. Di depannya ada seorang gadis yang dikenalnya sedang berdiri sendirian.

Tanpa sadar Naka membatin. "Dara ...."

Merasa terpanggil Dara pun tersenyum menatap Naka, dia menyapa Naka. Seolah mereka bertemu tanpa disengaja padahal Dara sudah tahu jika Naka akan lewat sini maka dari itu Dara sengaja berdiri menunggu Naka menyadarinya.

"Oh? Kanaka?"

"Yy—ya?"

"Lama tidak berjumpa, apa kabar?" sapanya berusaha kelihatan baik dan akrab.

Naka memundurkan tubuh, dia menggaruk telapak tangannya. Kebiasaan Naka ketika dia sedang menghadapi situasi yang tidak nyaman.

"Ah, aku baik ...."

"Oh, kamu tidak menanyai kabarku, apakah kamu tidak penasaran?" Ekspresi Dara sedikit murung.

"Itu karena kamu terkenal jadi aku tahu kabarmu."

"Oh, begitu?" Seulas senyum hadir membuat Naka bergidik ngeri. Itu bukan jenis senyuman ramah melainkan senyuman jahat yang Naka tahu.

"Ya ... apa yang kamu lakukan di sini?"

"Pertanyaan bagus, aku pindah ke sini mulai hari ini."

Naka membelalak. "Apa?!"

"Kamu bisa menunjukkanku gedung di sekolah ini tidak? Gastra sedang sibuk jadi dia tidak bisa menemaniku," pinta Dara.

"Hei, kalau kamu ingin berkeliling minta saja satpam," sentak Hira tiba-tiba dari balik pintu ruang guru.

Sora yang sejak tadi diam mendengarkan pun ikut bersuara. "Bukan hanya Gastra yang sibuk, Naka juga memiliki kesibukan."

Diserang oleh dua orang secara mendadak membuat Dara sedikit kaget, tapi dia berhasil menguasai dirinya kembali. "Oh, kupikir Naka sedang luang karena berkeliaran di koridor."

"Asumsi yang kotor sekali," sinis Sora.

Hira mengangguk, kini mereka berada di perahu yang sama.

"Apa kamu ingin berkeliling bersamaku, Nona Idol?" sindir Hira.

"Sepertinya kamu terbiasa untuk dilayani, ya, sampai tidak bisa mengatakan tolong ketika meminta bantuan pada orang lain," tambah Sora bersedekap angkuh.

Dara mengepalkan tangannya. Dia kesal pada Hira dan Sora yang tampaknya sengaja menyudutkannya.

"Tidak, jangan salah paham padaku. Aku melakukannya karena Naka temanku jadi kukira ...."

"Apa teman bisa memerintah sesukanya?" potong Sora.

Hira yang menyadari perubahan air muka Dara segera mengambil alih percakapan, jika terus seperti ini bisa saja Dara akan melukai Naka karena dianggap telah meremehkannya meski bukan dia yang menentang Dara.

Menghela napas panjang, Hira menatap Sora. "Sora, bawalah Naka kembali ke kelas biar aku yang mengurus Nona Idol ini."

"Jika kamu perlu bantuan, panggillah bodyguard-ku yang berada di depan sekolah. Kurasa Nona Idol ini akan suka diperlakukan layaknya putri," sinis Sora kemudian menarik Naka menjauhi Dara yang sudah memerah.

Sepeninggal Naka dan Sora, Hira memicingkan matanya pada Dara. Dia merasa aneh saat tahu Dara pindah ke sekolahnya, dia bertanya pada salah satu guru tadi sambil memberikan tugas kelas dan mereka bilang Dara memang sudah berencana dari awal semester, tapi dia baru bisa pindah sekarang.

"Apa pun yang sedang kamu rencanakan, hentikan."

Dara berdecih. Dari dulu dia tahu jika Hira memiliki insting yang kuat. "Ada apa? Apakah kamu takut jika Naka terbongkar bukanlah anak orang kaya?"

"Ternyata kamu memang sudah merencanakannya." Hira menghembuskan napas. Kecurigaannya benar, kepindahan Dara bukanlah tanpa maksud. "Kupikir aku sangat membenci teman-temannya di SMA, tapi ternyata salah, ada satu orang yang sangat kubenci karena menyakitinya."

Bola mata Hira yang hitam legam menusuk Dara. "Ini gertakan jadi kuharap kamu bisa memahami atau kuhancurkan karir idol-mu dengan membongkar semua masa lalumu."

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang