"fa, mau ngomong bentar tapi enggak disini" hari ini tepat seminggu alfa dan cinda sudah tidak pernah lagi bertegur sapa, alfa juga dianggap jelek dengan semua teman-teman sekelasnya, sekarang ia kembali seperti dimana ia terulang pada masa ia menjadi bagian yang paling tertindas yaitu waktu ia sd.
"boleh" alfa melemparkan senyumannya, ia kira ia akan kembali dengan cinda seperti dulu, namun ia salah, cinda memang masih marah dan mungkin akan selalu marah.
"oh ini yang namanya alfa, cantik sih tapi bloon" alfa didorong ke dinding pada sebuah kelas kosong, sepertinya itu gudang, disana ada cinda dan 3 orang perempuan yang tidak ia kenal.
"kalian mau ngapain?" cinda bertanya kepada 4 orang disana, dia Nampak takut sangat-sangat takut
"enaknya diapain yah?" jawab satu orang yang menjad kuasa disana, 2 orang lainnya tertawa namun cinda masih diam, entah apa yang dia fikirkan
"kalian mau apa?" teriak lagi alfa meminta kepastian, namun dia sudah keluar dijalurnya, seharusnya emosinya bisa dikontrol "mau bunuh kamu kenapa memang" perempuan yang menjadi kuasa itu berteriak lebih keras, ia tidak takut karna itu tempat yang paling aman untuk memberi alfa balasan.
"salah aku apa?aku pernah ngelakukan apa" pertanyaan alfa tidak dijawab, rambut alfa ditarik sangat kencang ia meronta minta ampun namun mereka hanya tertawa, seolah itulah yang mereka inginkan, alfa benar-benar enggak ngerti, kenapa dan ada apa sebenarnya.
"salah kamu banyak, sampai kamu sendiri lupa seberapa banyaknya" salah satu anak buah menjawab pertannyaan alfa santai namun masih menyolot. Alfa berusaha pergi dan tidak menghiraukan mereka kemudian cinda menariknya hingga ia terjatuh ia sangat kesakitan apalagi saat sikunya tidak sengaja mengenai lantai kayu yang masih kasar, terdapat luka disana tidak besar tapi cukup menyakitkan ketika dibawa mandi nanti.
"mau tau salah terbesarmu apa?" cinda menghampiri alfa yang masih tergeletak karena ulahnya, alfa benar-benar terkejut melihat cinda yang bisa melakukan hal itu kepadanya, bahkan ia lupa kapan ia pernah tertawa lagi dengan cinda saking lamanya. Alfa menangis dia juga tidak tau kenapa mungkin salah satunya berhadapan dengan 4 orang sekaligus.
"kamu tau bagas? Dia pacarku, dan kamu mantannya, aku enggak suka kamu selalu dekat-dekat dengan dia, apalagi dia sampai belikan kamu coklat, kamu enggak punya duit atau apa? Minta-minta sama pacar orang?" perkatan manis berujung maut itu membuat pikiran alfa mulai terbuka, oh ternyata dia itu pacarnya bagas, si anak baru. Belum sempat mengatakan apa-apa perempuan itu mulai menarik cinda pelan ke arah alfa
"kamu tau dia? Dia orang paling baik yang kamu punya, tapi apa? kamu malah pacaran sama cowok yang dia suka, secantik apa sih kamu sampai bisa merebut cowok orang" alfa benar-benar sangat kesal kenapa ia selalu disandingkan dengan dafa yang memang dafa hanya sebagai patner dia di drama musical
"terserah mau kamu apakan dia, lepaskan aja semua emosimu" ucap si anak baru itu, pacar bagas
"dengan tamparan?" cinda bertanya dengan 3 orang lainnya tidak temasuk alfa, ia bertanya dengan nada dan gaya yang songong "silahkan" seru 1 orang lainnya. Kemudian *plak* 3 tamparan mendarat dipipinya kanan dan kiri karna cinda dengan nafsu bolak-balik menampar alfa, cinda benar-benar ingin mengelurkan semua apa yang ia rasakan saat melihat alfa, kalau bisa bunuh mungkin dia akan bunuh.
Alfa pergi ke kelas dengan wajah dan penampilan yang lusuh, mereka ber-empat meninggalkan alfa dengan kesakitan, alfa tidak bisa berbuat apa-apa, jika ia melawan pun akan semakin menjadi-jadi, mengalah adalah pilihan yang tepat jika kamu ingin mencari aman, tidak hanya di tempat itu, dikelas alfa kembali menjadi bulan-bulan teman sekelasnya, tidak ada satupun yang dapat mengerti dan memahami alfa, semua mendukung cinda semua respect hanya pada cinda, padahal ini cuman kesalah-pahaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet
Random[ tahap revisi ] Dulunya dia seorang gadis yang manis dan mempunyai hati yang baik Tapi , mempunyai banyak teman bukan berarti dia akan bahagia Orang-orang salah menggunakan kebaikannya Dan malah lebih membencinya, ia selalu sendirian Ia selalu kese...