Hari ini setelah kejadian kemarin, untuk pertama kalinya ia membawa teman kerumah, terakhir saat ia membawa bagas kerumah, dan bagas diusir oleh ayah dan ibunya, sekarang alfa sudah besar, mungkin kali ini ibunya mengizinkan alfa untuk membawa teman.
"aku sudah didepan" alfa mendapatkan pesan online dari sebuah nomor yang tidak ia kenal, ia tau itu pasti Jeremy, ia berpakain menarik hari ini, bukan untuk bertemu Jeremy hanya saja tidak mungkin ia memakai pakaian tidur.
"masuk" alfa membuka pagar rumahnya, ia melihat Jeremy dengan mengendarai motor besar, cukup keren "aku hampir tersesat" ucap Jeremy "sesusah itukah kau mencari rumahku?" Jeremy hanya menggeleng tersenyum.
"ini bi nur, dan yang diluar tadi pak muju" alfa mulai memperkenalkan bi nur dan pak muju kepada Jeremy, entah supaya apa, mungkin lebih kenal saja.
"ibu sama bapak kamu dimana?" alfa tidak suka pertanyaan itu, tapi dia juga tak mau membuka aib keluarganya dengan Jeremy, apalagi Jeremy itu hanya teman kelas alfa
"lagi kerja" jawab alfa cuek "ayuk kesana, tanahnya ada disana, tadi pak muju udah bantuin cari tanah yang bagus buat tugas" alfa mulai mengajak Jeremy untuk ketaman belakang, tidak luas tapi cukup lah untuk alfa dan Jeremy mengerjakan tugas.
"aku enggak pernah buat keterampilan apapun pake tanah" ucap alfa, memang seharusnya ia tidak perlu sejujur ini, tapi jika ia tidak berkata apa-apa pasti Jeremy akan meminta bantuannya yang akan merusak ketrampilan tersebut
"serius?" Tanya Jeremy, alfa masih tetap mengangguk, sambil melihat Jeremy memilih-milih tanah yang bagus, dan bisa bertahan lama "tangan kamu bagaimana?" Jeremy berhenti melakukan tugasnya "lumayan lah, makasih loh" ini pertama kalinya alfa kembali mengucapkan terima kasih.
"aku punya saudara, dia anaknya periang sekali, tapi semenjak ibunya meninggal dia selalu mengurung dirinya dikamar, tidak mau makan, tidak mau mandi, bahkan sekolah, hingga suatu hari, kami menobrak pintu kamarnya, kami melihat ia terbaring dibawah ranjang, dengan keadaan kamar yang bau, kami melihat di pergelangan tangannya, ada beberapa luka, dia meninggal ditempat setelah sebulan ibunya meninggalkan dia, aku benar-benar terpukul, dia pernah meminta ku untuk menjadi dokter, aku bilang saja ia, agar dia berhenti berbicara, aku merasa harus mewujudkan keinginannya menjadi dokter kelak" alfa rasa pembicaraannya kali ini sedikit menyinggungnya, tapi ini pertama kalinya ia mendengar curhatan dari Jeremy, apalagi Jeremy itu anak baru, yang ia kenal beberapa minggu yang lalu.
"kalau kamu mau curhat, aku bakal selalu mendengarkan" ucap Jeremy lagi, alfa menunduk, ia ingin mempunyai teman curhat, yang akan terus mendengarkan semua masalah yang alfa rasakan, tapi apakah Jeremy bisa menjadi seseorang yang benar-benar mengerti alfa? Alfa menangis, ia tak kuat, ia ingin sekali curhat banyak kepada Jeremy, tapi dia takut, setelah mendengarkan beberapa curhatannya, Jeremy akan pergi.
"curhatlah, aku akan selalu mendengarkan" Jeremy tau alfa sekarang lagi menangis, afla memang pintar menyembunyikan kesedihannya, tapi Jeremy lebih pintar mengenali alfa meskipun ia baru mengenalnya.
"aku tidak pernah mempunyai teman, saat aku mempunyai teman, mereka malah pergi, aku sudah berusaha menjadi yang terbaik, ternyata memang jika sekali dibenci maka akan terus dibenci" akhirnya alfa mengeluarkan kata-kata itu "jadi kamu anggap aku apa? Bukan teman?" Jeremy mengelus rambut alfa dengan perhatian.
"aku rindu tertawa, aku rindu tersenyum, aku rindu berteman" tangisan alfa semakin menjadi, Jeremy memeluk alfa, meskipun alfa masih menutup wajahnya, alfa malu jika ia ketahuan secengeng ini.
"apa aku boleh mengajarimu caranya tertawa dengan luas, apa aku boleh mengajarimu tersenyum dengan lebar, apa aku boleh berteman denganmu" alfa menangguk pelan, ia masih berada dipelukan Jeremy, ia merasakan kehangatan yang selama ini dia cari, ia tak pernah selega ini, ia tak pernah merasa seringan ini. Semoga saja Jeremy akan terus menjadi teman curhatnya.
"tadi siapa ya, yang nangis" Jeremy mulai menggoda alfa, yang sebelumnya mereka malah drama tangis-tangisan.
"ku tampol kamu, kalau sampai kamu ember" alfa melemparkan tanah liat yang ia genggam ke arah Jeremy, namun Jeremy berhasil mengelak.
"jadi, kita berteman nih?" Tanya lagi Jeremy, alfa mengangguk malu "oke.. aku akan membuatkan sesuatu" Jeremy mulai membentuk sesuatu dari tanah liat itu, ia membuat 2 buah tanah liat yang membentuk seperti papan dan bertuliskan nama mereka berdua.
"nanti kalau sudah kering, tanah liat yang ada tulisan namaku ini, kamu simpan dikamarmu, dan tanah liat aku bertuliskan namamu, akan aku simpan dikamarku" ucap Jeremy, sembari menaruh beberapa tanah liat yang mereka buat ke atas dinding rumah alfa, karena itu tempat terbaik untuk menjemur tanah liat.
"kamu lapar?" alfa bertanya, pertanyaan itu bukan hanya untuk Jeremy, tapi untuknya juga, apalagi seharian tadi ia tidak makan "nawarin nih?" Tanya Jeremy ragu-ragu
"ikut aku" alfa mulai mengajak Jeremy untuk kedapur, dimeja makan memang sudah banyak makanan yang bi nur masak, tapi alfa hanya mau makan mie instan "kamu makan aja itu, aku mau masak mie instan aja" alfa mulai membuka kulkasnya, mencari bawang merah dan putih, tidak lupa dengan cabai bijinya. Kemudian ia membuka lemari yang penuh dengan stok mie instan untuk alfa
"kenapa enggak makan ini saja?, sudah disiapkan, kamu malah makan mie instan" Jeremy mulai menegur alfa yang tengah sibuk, tanpa memikirkan apapun, Jeremy langsung mematikan kompor yang alfa nyalakan dan menarik tangan alfa untuk makan bersamanya
"heii.. ini rumah siapa, kemana seperti kamu yang tuannya disini"alfa berteriak kesal, ada apa dengan Jeremy, benar-benar menganggu makan siang terenaknya.
"makan mie tidak boleh kebanyakan, seminggu hanya boleh makan 1 bungkus mie instan" ucap lagi Jeremy menasehati alfa dengan perhatian "aku sehari lebih 5 bungkus" ucap alfa dengan santai, namun ia malah mendapat pukulan dijidatnya "kasarrr" alfa memukul kembali, seolah memberikan balasan.
"bi nur, sembunyikan mie itu, jangan sampai ketahuan dinosaurus alfa"teriak Jeremy, menyuruh bi nur untun menyimpan mie untuk agar tidak terlihat alfa. Bi nur hanya tertawa melihat tingkat mereka berdua.
"kamu sudah rasain ini belum" Jeremy menuangkan makanan yang berada di meja makan itu kepada piring alfa "heiii. Ini rumahku, jelas saja aku sudah makan ini" alfa jengkel melihat tingkah Jeremy seolah-olah ini rumahnya.
Disaat asik makan, ayah dan ibu alfa pulang, alfa merasa gugup dan tentu saja akan takut, apakah setelah ini Jeremy akan diusir lagi dan seperti kejadian yang menimpa bagas.
"itu diluar motor siapa?" Tanya ibunya kepada bi nur yang sedang beres-beres "tamu nya neng alfa bu" sahut bi nur "tamu?, siapa?" Tanya lagi ibunya, alfa dapat mendengar beberapa percakapan dari luar, ia takut tapi Jeremy malah bersikap biasa saja, padahal ia juga pasti mendengar kalau ayah dan ibunya alfa sudah pulang
"assalamualaikum bu" Jeremy mencium tangan ibu alfa dengan sopan "oh.. tamunya alfa, kirain siapa" sahut lagi ibunya, yang tengah melihat Jeremy dari atas hingga kebawah, sepertinya termasuk criteria yang selama ini ibunya mau "loh, alfa enggak makan mie lagi?" alfa kesal, mendegar ibunya sok perhatian didepan Jeremy.
"marahin itu dia, suka banget makan mie, sampai kurus gitu" alfa yang mengolok ibunya dari dalam, ia seolah mengulang ucapan ibunya tapi tidak bersuara, Jeremy yang melihat tingkat alfa hanya bisa tersenyum.
"ayah kamu dimana, kok cuman ibu kamu aja yang kulihat" Tanya lagi Jeremy "paling langsung ke ruang kerjanya" jawab alfa cuek, dan masih melahap makanannya "udah deh, enggak usah Tanya mereka, lanjut makan gih"
Alfa dan Jeremy sudah sangat dekat kali ini, bahkan mereka juga sudah sering chatingan bareng, ketawa bareng, kekantin bareng, tidak ada yang alfa lakukan jika tidak dengan Jeremy. Bahkan alfa terlihat lebih santai semenjak ia bergaul dengan Jeremy. Jeremy juga hampir sering kerumah alfa, untung saja ibu dan ayah alfa menyukai Jeremy, alfa rasa mengajak Jeremy untuk masuk ke kehidupannya lebih baik, tidak ada lagi yang alfa rahasiakan dengan Jeremy, begitu pula dengan Jeremy, tidak ada yang ia rahasiakan dengan alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphabet
Random[ tahap revisi ] Dulunya dia seorang gadis yang manis dan mempunyai hati yang baik Tapi , mempunyai banyak teman bukan berarti dia akan bahagia Orang-orang salah menggunakan kebaikannya Dan malah lebih membencinya, ia selalu sendirian Ia selalu kese...