"Tanpa kusadari, ia telah berhasil membiusku dalam manisnya kebersamaan."
_♥♥♥_
"Ini pensil 2b nya na." Faiza memberikanku sebatang pensil yang sempat terbawa olehnya.
Memang waktu begitu cepat berlalu. Padahal rasanya baru kemarin aku menyelesaikan ujian akhir semester pertama, eh sekarang sudah berjumpa lagi dengannya di semester gasal.
Semester keduaku tidak ada yang berkesan. Ya begitu-begitu saja. Hubunganku dengan Mey juga masih tetap, mungkin agak sedikit lebih lunak sih. Kabar baiknya nilai akademik maupun non-akademikku mengalami peningkatan.
_♥♥♥_
Udara malam mengusap pipiku lembut, menjatuhkan beberapa lembar dedaunan kering, menemani dua gadis yang sedang duduk berhadapan. Salah satunya membawa al-qur'an di tangan kirinya dan sebuah pena di tangan kanannya.
"Udah siap?."
"Bismillah siap."
Aku menghela nafas kemudian, mengatur fokusku sebaik mungkin karena malam ini aku sedang melaksanakan ujian akhir tahfidz.
Lalu bacaan ta'awudz keluar dari lisanku yang disimak dengan seksama oleh guru mudaku. Siapa lagi kalau bukan Hulya.
Sekedar informasi, ini adalah ujian tahfidz pertama dalam hidupku. Dimana aku harus menyetorkan hafalanku selama satu juz dalam sekali duduk. Yes, for the first time in forever.
"Mumtazah! Barakallah na.." Komentar Hulya lalu menutup mushafnya dan tersenyum.
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Aku menghembuskan nafas panjang.
Hulya menatap langit malam tanpa bintang, sedangkan aku memejamkan mata. Tak ada satu kata yang terucap diantara kita.
"Antum nggak kedinginan na?." Suara ramah Hulya membuka kelopak mataku.
"Ehmm enggak. Enggak sama sekali. Entah kenapa udara malam ini terasa menyegarkan."
Hulya hanya tertawa kecil.
"Eh ana boleh tanya gak Hul?."
"Oh ya ya boleh dong."
"Hehe. Menurut pandangan antum pribadi, apa sih yang menjadi tantangan terbesar dalam menghafal al-qur'an?."
"Muroja'ah." Jawabnya mantap.
"Kok bisa? Bukannya nambah hafalan lebih sulit ya?."
"Coba antum inget-inget lagi butuh berapa hari untuk menghafal satu lembar ayat?."
"Heum, insyaallah maksimal seminggu."
"Nah beda lagi sama muroja'ah. Antum memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan seumur hidup untuk melakukan muroja'ah. Dan antum tahu? Konsekuensi jadi penghafal Al-qur'an besar loh."
"Oh ya?."
"Ada Hadits Riwayat Abu Daud yang berbunyi -Aku diperlihatkan dosa-dosa umatku, ternyata yang paling besar adalah dosa orang yang telah diberikan Al-Quran, baik satu surat atau satu ayat, lalu dia melupakannya.-"
Aku tercengang untuk beberapa saat. Ya Allah sudah se-berapa tinggikah tumpukan dosaku atas ayat-ayat yang terlupa? Astaghfirullahaladzim.
Ia menepuk pelan pundakku lalu melanjutkan kalimatnya.
"Menambah tumpukan bata pada sebuah benteng memang cukup mudah, namun bagaimana cara agar tumpukan bata itu tetap kokoh pada tempatnya itu tidaklah mudah. Sama halnya dengan hafalan. Hanya ia yang terpilih yang dapat menjaga kalam-Nya ibarat menjaga benteng agar tetap kokoh berdiri. Maka pantasakan diri untuk menjadi yang terpilih."
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA RINDU
SpiritualSebuah kisah tentang pijar rindu dalam lentera kenangan. Bermula dari setetes kesederhanaan yang terpilin menjadi sebuah keajaiban. Memancarkan cahaya indah yang melekat diantara ruang kalbu. Merengkuh jiwa, membimbing raga menuju asa. Gemerlap tera...