"Tali itu semakin rumit dan berbelit. Kemudian terakit menjadi sakit."
_♥♥♥_
"Kenapa na? kok jawabnya patah-patah gitu?."
"Hehe gak papa kok."
Tatapan Oca masih menyelidik.
"Iya serius gak ada apa-apa kok." Kataku mencoba meyakinkan.
"Oh iya na. Aku mau bilang kalau tadi Mey datang ke kamar kita pas kamu lagi keluar sama Fai."
"Tumben banget, ngapain?."
"Nyariin kamu."
"Hah? Aku gak salah denger?."
_♥♥♥_
Aku membuka pintu kamar Mey pelan. Disana hanya ada seorang anak yang sedang telfon dengan orang tuanya dan menangis sesenggukan. Ah! Dimanakah dia sekarang?
Aku sudah keliling asrama dan belum juga menemukan batang hidungnya. Adzan ashar pun berkumandang. Aku memutuskan untuk melanjutkan pencarian setelah sholat saja.
Setelah sholat ashar dan menelfon keluarga. Aku kembali melanjutkan pencarianku. Aku pun pergi menyusuri taman kecil di samping asrama. Mungkin saja Mey ada disana.
Ketika sedang santainya berjalan, tiba-tiba...
Buk!!!
Sebuah benda melayang mendarat tepat di atas kepalaku.
"Aduh!." Aku mengaduh dan memijat pelan kepalaku. Memang lemparannya tidak terlalu keras tapi terasa menyakitkan.
Sesosok gadis mendekatiku. Dengan takut-takut ia berkata
"Afwan kak! Saya benar-benar tidak sengaja melakukannya. Tadinya saya sedang main kejar-kejaran dengan salah seorang teman saya menggunakan sandal. Eh nggak taunya sandal saya mengenai kepala kakak. Sekali lagi saya mohon maaf sebesar-besarnya."
Ucap gadis itu sambal menunduk. Ia tak berani menatapku. Dari garis wajahnya dapat ku baca bahwa ia sangat menyesali perbuatannya. Bahkan ia tampak akan menangis.
Tapi bukan marah ataupun kesal yang kurasakan.
Melainkan bingung bin heran.
"Siapa lagi gadis ini? Kenapa memanggilku dengan sebutan 'kak'? bukankah aku adalah adik kelas termuda di pondok ini?."
Belum sempurna mulutku terbuka saat hendak menanyakannya. Datanglah pula gadis berkacamata bulat di hadapanku.
"Qila? Kamu ngapain disini? Kenapa kamu panggil dia kakak?."
Gadis itu pun langsung mendongakkan kepalanya. Menatapku dengan teliti.
"Ini temanmu ka?." Tanyaku pada gadis berkaca mata bulat itu.
Bagaimana aku bisa mengenalnya? Ya karena pemilik kacamata bulat itu adalah ketua kelasku. Adzka namanya.
"Iya ini Syaqila kelas 7F. Dia temanku sejak kecil."
"O-oh kelas 7F .. yang jumlah siswanya paling banyak itu ya?."
"Iya."
Angkatan kami hanya terdiri dari 6 kelas saja. Dari abjad A sampai F. Tiga kelas awal adalah kelas khusus ikhwan dan tiga kelas selanjutnya adalah kelas khusus akhwat. Ya memang dipisah.
"Nah kenalin juga Qila. Dia teman sekelasku. Anak yang paling cantik di kelas 7D."
Aku hanya nyengir dan menatap tajam pada Adzka sambil bergumam "Apa-apaan sih ka! Gak lucu tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA RINDU
SpiritualSebuah kisah tentang pijar rindu dalam lentera kenangan. Bermula dari setetes kesederhanaan yang terpilin menjadi sebuah keajaiban. Memancarkan cahaya indah yang melekat diantara ruang kalbu. Merengkuh jiwa, membimbing raga menuju asa. Gemerlap tera...