Dua Puluh Lima

8 0 0
                                    

Senin pagi di rumah Kiara.Keluarga kecil itu tengah sarapan pagi bersama.
Kiara berkali kali melirik Gio disela kegiatan makannya.
Dia teringat dengan permintaan adiknya yang meminta dirinya untuk datang ke sekolah sebagai wali.

Gio tampak cemberut.Bagaimana tidak?
Jika tidak ada satupun keluarganya yang datang ke sekolah hari ini,maka dia akan di skors satu minggu.
Libur memang asyik,tapi jika libur sendirian dan sebentar lagi dia akan ujian kelulusan,itu menjadi perkara.

Gio resah,dia tidak berani membicarakan itu kepada Lista.
Tentu saja Lista akan marah,walaupun nyatanya bukan Gio yang menjadi biang kerok dari kejadian di sekolahnya kemarin.

Meminta tolong kepada Kiara,tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Disuap dengan apapun,kakaknya itu tetap saja tidak ingin ikut campur dengan masalahnya.
Mengapa tidak ada yang mempercayainya?

Bukankah seluruh anggota keluarganya tidak pernah mengajari Gio untuk berbuat nakal di sekolah?
Dan Gio menurut.Tapi yang namanya musibah,dalam kejadian apapun pasti dirinya akan ikut terlibat.

"Ayo Gio, nanti kamu terlambat"
Sandi bangkit setelah dia menghabiskan sarapannya.

Gio berpamitan kepada Lista dan juga Kiara sebelum akhirnya cowok dengan seragam biru putih itu melangkah mengikuti Sandi.

"Papa berangkat dulu ma"
Ujar Sandi kepada Lista,yang mengantarkan dia sampai depan pintu rumah.

"Hati hati Pa"

Setiap pagi selalu begitu.Sandi akan berangkat bersama Gio,karena kebetulan jalan menuju kantornya searah dengan sekolah Gio.
Dan pulangnya,tidak mungkin jika Gio harus menunggu Sandi yang biasanya pulang malam.
Anak cowok satu satunya Sandi itu,akan pulang dengan menggunakan taksi.
Kegiatan itu dia lakukan setiap hari kecuali pada hari Minggu.

Kiara baru menghabiskan makanannya,tatka
Lista kembali duduk di kusi makan.
Kiara meletakkan gelas yang isinya sudah dia kandaskan.
Ditatapnya lekat Lista yang masih meneruskan sarapannya yang sempat tertunda.

"Kenapa liatin mama kata gitu"

Kiara diam sejenak sebelum akhirnya dia mantap berbicara.

"Gio dapat surat panggilan orang tua dari sekolah"

Lista meletakkan sendoknya.Wanita itu mengernyit.

"Kamu beneran?"

Kiara mengangguk.Mengingat adiknya yamg begitu gelisah,Kiara tidak tega jika harus membiarkan adiknya terkena masalah yang kedua.
Kiara masih ingat,bagaimana dengan wajah memelas,Gio membujuknya lagi untuk yang kedua kali kemarin.

"Mama datang ke sekolahnya Gio aja,nanti.Kasihan tuh anak"

Lista menuangkan air putih di gelas lalu meneguknya.

"Kenapa dia gak bilang sama Mama?"

Bukan Lista tidak percaya.Lista tidak pernah mengajarkan anak anaknya menyembunyikan sesuatu darinya.

"Gio takut kalo Mama marah"

Lista menghela nafas.Serumit apapun masalah yang dihadapi anak anaknya,dia akan ikut merasakan juga.
Dirinya juga harus ikut menanggung resiko itu seberat apapun.

"Berbuat apa adik kamu sampai dapat surat begituan?"

Dan juga,Lista tidak pernah mengajarkan anak anaknya untuk menyakiti orang lain.
Dia tahu,bahwa didikan dari orang tua akan sangat berpengaruh besar untuk masa depan anak.

"Katanya,Gio cuma terseret karena dia ada di TKP.Kiara juga gak ngerti maksud Gio apa.Tapi intinya,jika mama gak datang,anak cowok satu satunya yang mama miliki itu,bakal libur sekolah selama satu minggu."

Kei El (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang