Bab Dua Puluh satu

165 26 9
                                    

Kim tae woo mengemudikan mobilnya dengan hati-hati dibawah guyuran hujan lebat malam itu. Pria suruhan dari kim jae hyung itu dengan hati-hati membawa tubuh tiffany yang diikatnya dengan tali. Cuaca pada akhir bulan ini memang didominasi hujan. Suhu sangat dingin, bahkan hingga dibawah titik nol. Kim tae woo menjaga tubuhnya dari kedinginan, wanita itu hanyalah pancingan untuk targetnya. Dia hanya sebuah umpan untuk tangkapan yang lebih bagus.

Kim tae woo memarkir mobilnya disamping pondokan di daerah gyeongsang selatan tepatnya di ppulau gojae, lalu turun membawa tubuh tiffany yang masih pingsan akibat obat bius yang dihirupnya tadi. Sebagai seorang pembunuh, kim tae woo terlatih dengan keadaan sekitar. Dia mengetahuinya.

"mereka lebih cepat dari yang kubayangkan" gumamnya sendiri. Keadaan didalam pondokan gelap gulita. Belum sempat menyentuh sakelar, nalurinya kembai menangkap gerakan di sekitarnya.

Dia tidak sendirian di tempat ini.

KLIK!

Lampu menyala. Pondok yang tadinya gelap kini terang. tae woo yang sedang mendudukan tiffany dibuat terkejut dengan beberapa orang yang masuk dengan perlatan lengkap dari kepolisian.

Tae woo menoleh kearah ke salah satunya tepat saat sebuah titik merah berada tepat dikeningnya. Sekitar dua meter dari tempatnya berdiri, dia berlawan dengan salah satu polisi yang bertugas menagkapnya.

"angkat tangan.!" Bentak polisi itu. Merasa tidak ada pilihan lain, tae woo megikuti keinginan polisi itu. Perlahan-lahan dia naikkan tangannya setinggi kepalanya. Polisi itu member isyarat pada tae woo untuk duduk disalah ssatu kursi.

"aku tidak melukainya, kalian lumayan cepat" ucap tae woo, walapun dia sudah menebak secepat apa bawahan kepolisian itu dibawah tangan kekuasaan im yoona.

Polisi itu tetap siaga. Tidak menjawab atau melakukan apapun. Hanya menunggu perintah dari atasannya.

"siapa yang menyuruh mu?" ucap sehun yang tiba-tiba masuk dengan perlengkapan kepolisian dan izin dari yoona.

"siapa kau? Apa maumu?" Tanya tae woo, walaupun dalam hati dia telah megetahui siapa laki-laki didepannya.

"kim tae woo, utusan kim jae hyung. Benar?" ucap sehun yang tetap menodongkan pistol kearahnya. Dengan isyarat dia menyuruh salah satu polisi menyelamatkan tiffany yang terikat dikursi.

"apa maksudmu?" Tanya tae woo pura-pura bodoh.

Sehun melemparkan beberapa lembar yang merupakan foto bukti bukti tentang pembunuhan orang tuanya. Tae woo membukanya dan melihatnya.

"hmm.." dia tersenyum. Rasanya tidak ada yang perlu disembunyikan lagi. Mereka sudah mendapatkan bukti-bukti yang telah mereka buang bertahu-tahun yang lalu. "lalu? Apa yang kau inginkan dariku?" Tanya tae woo.

"hidupmu" ucap sehun

"aku mengetahuinya. Aku tahu alasan kenapa kau menginginkan hidupku. Oh sehun, anak dari oh jaehyun yang kubunuh belasan tahun yang lalu" ucap tae woo dengan senyum mengejek.

Sehun yang geram dengan tae woo mendekat kearahnya.

"kau tahu?" ucap tae woo "aku berniat juga membunuhmu. Dan kau berada tepat di depanku. Apa harus ku laksanakan keinginanku sekarang juga?"

Wajah sehun semakin tegang. Tatapanya nanar memandang kearah tae woo. Bola mata tae woo melirik ke sudut bawah sebelah kanannya, disana terdapat deretan kabel yang menancap pada stop kontak dilantai. Jaket parasut yang dikenakannya masih basah. Butiran air masih menetes di jaketnya.

Saatnya harus tepat!" batin tae woo.

Perlahan dia menggeser lengan kanannya yang masih terangkat hingga lipatan sikunya tepat berada di atas salah satu lubang stop kontak yang tidak docolok kabel. Begitu perlahan sehingga sehun tidak menyadarinya. Tae woo menanti jatuhnya butiran air dari sikunya dengan perasaan tegang.

Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang