Bab Dua

372 39 3
                                    

Bunyi samar piring-piring yang berdenting membuat sehun terjaga.

Matanya terbuka dan ia memandang ke sekeliling ruangan yang gelap. Ia ingat, ini adalah kamar pribadinya. Ia menjulurkan tangan ke meja kecil di samping tempat tidur dan meraih jam beker. Hampir jam enam. Berarti ia cukup lama hanya untuk tidur. Lebih dari lima jam ia tidur.

Sehun turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela. Ia menyibak tirai tebal dan memandang langit yang mulai menampakkan sinar matahari.

Sudah seminggu ia berada di korea. Dalam seminggu ia sudah mampu mengetahui siapa saja keluarga dari almarhum kedua orangtuanya, Dan dalam seminggu ini ia tidak benar-benar tenang di kehidupannya sekarang. Apakah ini jalan yang baik untuk di lalui? Ia berpikir bahwa ia harus membeli apartemen di luar sana. Tapi jika paman lee tahu bahwa ia pindah maka apa yang menjadi alasannya ?

Apakah ini wajar?

Apakah kekhawatiran ini akan berakhir?

Apakah ia harus berbicara kepada paman lee?

Ia menarik napas dan merasa ke khawatiran itu semakin memuncak.

Bunyi samar dari kegiatan di dapur lantai bawah yang membuat sehun semakin tertekan. Mereka pasti sedang menyiapkan sarapan di dapur, seperti yang mereka lakukan selama seminggu mereka tinggal bersama. Dan ia yakin wanita yang berstatus sebagai saudaranya itu,sebentar lagi akan  memanggil di luar pintu untuk menyuruhnya sarapan. Sebenarnya sehun bisa menghindari kegiatan acara makan bersama itu, tetapi mengingat akan sopan santun yang selalu di ajarkan oleh guru etika nya di new York, membuat sehun tidak bisa menolak ajakan makan bersama itu.

Sehun membuang napas pasrah. Sebaiknya ia turun sebelum mereka semua naik dan menarik paksa dirinya.

****

Sehun sedang duduk di bangku utama meja makan tersebut. Makanan sudah lengkap, hanya menunggu seorang dari lantai atas untuk turun dan makan bersama pagi itu.

"sorry for late, kau tidur nyenyak semalam?" Tanya seorang wanita yang baru bergabung di meja makan,

"morning, sica," kata seorang wanita lain di sampingnya. "tidurku nyenyak sekali."

"benarkah yul? Kau yakin? Apa kau tak menyadari lingkaran hitam di bawah matamu?" gumam wanita lain di depan yuri dengan alis berkerut samar.

"oh..ayolah soo, tak perlu dibahas" erang yuri, sambil melototi wajah polos soo yang terkenal dengan dork nya.

"kau tau soo sangat jail.....and bla...bla...bla...

Sehun mendesah. Seharusnya dia tidak berada disini. Di tengah obrolan-obrolan ringan para wanita muda di depannya. Apabila ia tahu bahwa kehidupan nya yang berada di new York lebih tenang dari pada di korea, maka ia lebih memilih tidak pulang dari pada harus bertemu dengan Delapan gadis dengan perilaku yang berbeda setiap harinya. Aish... merepotkan, pikirnya.

" aku pergi dulu" kata sehun tiba-tiba.

" kemana? Kau belum menghabiskan sarapanmu."

" hanya berjalan-jalan, aku bosan berada dirumah seperti biasanya.  Jika noona ingin pergi bekerja, pergilah. Sepertinya aku akan lama."

"butuh teman?"

"tidak. Aku hanya ingin sendiri. Aku pergi dulu."

"baiklah. Hati-hati. Telepon salah satu dari kami jika kau membutuhkan bantuan"

"ya"

****

"jadi?"

"sudah seharusnya kau di beri pekerjaan untuk sekarang. Tentang orang tuamu. Aku ingin menyelidiki kematian mereka kembali." Ucap paman lee tegas. "kau tahu mengapa aku mencari dan mendidik mu di bidang hukum?"

"untuk apa? Tidak mungkin...."

" apa yang ada di pikiranmu, benar sehun-a. kematian dari kedua orangtua tidak murni dari sebuah kecelakaan biasa. Kau harus menyelidikinya. Apapun itu kau harus menemukan pelakunya. Buat mereka tenang berada di surga. Aku yakin, kau mampu untuk membuka kebenaran dari kasus besar ini."

Sehun menatap foto-foto di dinding di depannya dan suasana hatinya sedang kacau sekarang. Foto itu merupakan foto mengenai kasus dari kematian orangtuanya. Kasus ini adalah bukan kasus seperti kasus biasanya. Ini melibatkan pribadi dan didalam hukum itu dilarang karena akan dianggap sebagai bentuk balas dendam terhadap pelaku. Namun, jika bukan dia siapa lagi? Ia menggerutu dan mulai berjalan mondar-mandir di ruangan itu.

" kau bingung harus meminta bantuan siapa?" Tanya paman lee.

"tentu. Aku tidak bisa mengajukan kasus ini ke pengadilan jika aku yang menjadi hakim atas kasus ini. dan juga, di situasi ini, aku adalah korban. Tentu aku tidak bisa menyelidiki kasus ini, seharusnya paman juga tahu."

"kau tidak menyadarinya?"

"apa yang....ah...delapan wanita itu? Maksudnya?"

"seharusnya kau sudah mengerti. Kau tahu pekerjaan mereka?

" tentu. Ada yang sebagai wakil kepala kepolisian...gosh...kenapa aku tidak menyadarinya. Tapi...."

"apalagi?"

"aku tidak telalu dekat dengan mereka" jujur sehun. "dan juga aku terlalu canggung untuk meminta bantuan kepada mereka,apa lagi ini mengenai kasus kematian kedua orang tuaku. Aku ingin dengan kedua tanganku yang menangkap para pelaku yang sudah membunuh orang tuaku"

Paman lee tersenyum. Dia tahu bahwa keponakannya ini terlalu tertutup terhadap kehidupannya sosialnya. Paman lee mengetahui bahwa hanya baekhyun temannya seorang yang di new York, maka dari itu, dia yang merancang bahwa keponakan nya ini harus tinggal dengan kedelapan atau lebih tepatnya Sembilan jika seorang itu pulang dari tugasnya di luar negeri.

****

Satu jam kemudian sehun sudah bersiap-siap kemabli ke rumahnya. Ia masuk ke dalam mobil Audi R8 putihnya dan meletakkan kotak plastic berisi makanan rumah buatan istri pamannya.

"kau sudah membawa semua makananya? Tidak ada yang ketinggalan? Ini juga untuk delapan perut yang serumah denganmu, kau tahu kan?" Tanya bibi lee yang selalu perhatian kepada keponakannya yang satu itu. " kimchi? Gochujang? Daging?"

Sehun memeriksa isi tasnya kembali. "yeah. Semua sudah lengkap. Tidak ada yang tertinggal, mereka akan puas untuk makan malam kali ini."

"pulanglah dengan hati-hati." Kata paman lee "telepon kami jika kau membutuhkan bantuan. Kau tahu paman dan bibimu akan melindungimu bukan?"

"tentu." Sehun menhidupkan mesinnya, melambaikan tangan dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah utama kebesaran dari keluarga Lee.

Ia tahu. Tempatnya bersandar saat ini ialah paman dan bibi lee yang selalu mengkhawatirkannya. Ia tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Ia yakin semuanya akan baik-baik saja. Mungkin akan sedikit terluka dari kasus kematian orang tuanya yang akan terkuak kembali. Namun ia yakin setelah itu maka akan ada hari yang bahagia menyambutnya, ia yakin akan hal itu.

"kau tak apa dengan semua ini?"

" apa yang harus ku khawatirkan? Ini salahku. Aku harus menaggungnya. Ini semua demi sehun. Dia harus menangkap pelaku sebenarnya dari kematian adik dan adik iparku. Apapun caranya sehun harus mendapatkannya."

"jika begitu..? kau akan terlibat."

"memang seharusnya aku terlibat. Dan kau harus menjaga sehun dengan benar. Kau bisakan?"

"aku berusaha"

" semoga dia bisa membuat keadilan di dunia hukum saat ini" .

****


Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang