Bab Empat belas

132 25 11
                                    

Sudah seminggu aku tak pulang kerumah setelah menjemput baekhyun di bandara. Aku mengikutinya ke hotel. Kami memiliki banyak perbedaan tetapi jika sudah berkaitan dengan kata "rumah" sepertinya kami memiliki ikatan untuk menjauhi tempat yang ku tinggali selama ini. Aku bosan, baekhyun juga. Hingga kami mendapatkan telepon masing-masing untuk menghadiri ulang tahun perusahaan pamanku.

"apa kau akan pergi?"

"ini acara penting. Dan acara itu adalah acaranya sahabat ayahku. Aku harus menghadirinya. Aku tidak mau mendengar kata penolakan dari mulutmu. Jadi, bersiap-siap sekarang dan pulang untuk menghadiri acara itu." Perintah nya.

"kenapa omelanmu semakin lama semakin panjang? Baiklah aku pulang. Sampai jumpa di pesta nanti malam baek."

"sampai jumpa"

Sebenarnya aku tidak ingin menghadiri acara ulang tahun perusahaan. Aku tidak ingin membuat malu keluarga lee. Apalagi, paman yang sudah mengurusku dari kecil. Aku tidak ingin membuat dia kecewa. Tapi, mengingat perdebatan malam itu membuat aku jengah dan tidak ingin pulang. Aku belum siap menerima tatapan tajam dari wanita yang memenuhi otak ku saat ini. Kuakui, aku merindukannya.

"aku pulang" ucap ku setelah menutup pintu utama.

"kau pulang? Apa sudah puas membuat mereka khawatir?" ucapnya yang menyambutku dengan tatapan mematikannya.

"Aku lelah. Aku tidak mau berdebat denganmu" ucapku dalam hati. "seperti yang NOONA lihat. Aku pulang. Jadi tidak perlu mengkhawatirkan ku lagi. Aku sudah dewasa" ucap ku sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarku,,

"SEHUN!!!" teriaknya membuatku berhenti di anak tangga tanpa berbalik menghadapnya.

"aku lelah. Aku sungguh lelah. Aku tidak ingin berdebat denganmu. Aku tidak ingin malam ini, wajahku terlihat pucat di hadapan para kolega pamanku." Ucapku dingin lalu melanjutkan perjalananku menuju kamarku untuk beristirahat. "mian".

****

Empat puluh menit kemudian mereka tiba di gedung tempat pesta diadakan. Setelah sehun menitipkan mantel mereka di tempat penitipan dan menyebutkan namanya kepada penerima tamu, ia dan kesembilan wanita lainnya melangkah memasuki aula luas yang dipenuhi orang berpakaian indah. Perhatian semua orang terarah ke panggung, tempat pria dengan wajah berwibawa berusia awal lima puluhan tengah memberikan kata sambutan kepada para tamu.

Sehun menyentuh siku yoona yang sedang melihat-lihat ruangan tengah itu. Yoona menoleh dan mengikuti pandangan sehun kearah seorang pria yang sedang tersenyum kepada pamannya yang berada di panggung. Sehun mencondongkan tubuhnya kea rah yoona dan berkata pelan, " aku melihatnya di Koran lama itu"

Yoona menatap heran sehingga alisnya menyatu, " kau yakin?"

"tidak juga. Hanya wajahnya familiar"

Yoona mengangguk-angguk

"noona mau minum?" Tanya sehun, masih dengan suara pelan.

Yoona mengangguk lagi

"kalau begitu, ayo" sehun meraih tangan yoona dan mengajakanya kea rah meja minuman, tidak lupa dengan tatapan heran dari noona-nya yang lain. "wine?"

"aku sedang tidak ingin minuman beralkohol" ucap yoona

"fruit punch?"

"beralkohol?"

"mungkin sedikit"

" baiklah. Kalau hanya sedikit kurasa tidak apa-apa"

Sehun mengulurkan segelas punch yang di ambilnya dari meja kepada yoona, lalu menerima segelas sampanye dari salah seorang pramusaji yang berkeliling ruangan menawarkan sampanye dan anggur.

Sehun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan terhenti kepada mata yang juga sedang menatapnya. Tatapan itu terhenti ketika suara tepuk tangan ketika paman lee mengakhiri kata sambutannya dan menuruni panggung dan band mulai memainkan lagu untuk mengiringi pasangan-pasangan yang ingin berdansa.

"ternyata kau benar-benar datang kesini?"

Sehun menoleh dan mendapati sahbatnya itu tersenyum lebar kepadanya yang entah bagaimana sudah berdiri disampingnya "hai, baek. Kau sendiri?

"tidak. Aku bersama ayahku dan dia sedang mengobrol dengan temannya disana," sahut baekhyun sambil melirik ke balik bahu "biarkan saja"

"hai, kim baekhyun" sapa yoona

Kim baehyun menatap yoona dengan tatapan bingung. "siapa?" pikirnya

"dia im yoona. Salah satu noona yang tinggal bersamaku" jelas sehun yang mengerti arti tatapan baekhyun yang kebingungan.

"oh..hai. kim baehyun. salah satunya. Kalau begitu mana yang lain?" Tanya baehyun yang terlihat bersemangat.

"mereka ada disana." ucapnya dengan menatap para noona-nya yang berkumpul di salah satu meja.

"mereka cantik. Kau beruntung, dan apa dia juga berada disana?" Tanya baekhyun yang masih betah menatap kearah mereka.

"dia berada disana"

****

Di mana wanita itu?

Sehun melemparkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencari sosok tiffany tanpa hasil. Satu jam yang lalu, ia masih mengetahui keberadaan tiffany yang mengobrol dengan noona-nya yang lain. Sedangkan ia sendiri mengobrol dengan sahabat satu-satunya ini tidak dengan yoona yang juga bergabung bersama mereka.

Tapi dimana wanita itu sekarang? Sudah dua puluh menit berlalu sejak gadis itu menghilang dari jarak pandang seorang sehun, dan sehun tidak menyadari itu ketika kumpulan mereka bergerak ke lantai dansa dengan di dampingi pria yang tak ia kenal. Dan sehun tidak mendapati tiffany berada disana.

Sehun menghampiri yoona yang telah siap dengan pasangan dansanya. Yoona yang menyadari kehadiran sehun, berjalan mendekatinya.

"ada apa?" Tanya yoona heran ketika sehun menariknya agak menjauh.

"aku ingin noona pergi ke kamar kecil dan melihat apakah tiffany ada disana" kata sehun tanpa ekspresi.

Yoona mendengus keras dan menarik sikunya dari pegangan sehun. " sehun? Astaga. Dia bukan anak kecil yang harus selalu dijaga. Dia wanita dewasa yang sangat mampu menjaga dirinya sendiri. Dan asal kau tahu, laki-laki dengan tipe seperti kau sudah ketinggalan zaman. Mengerti? Posesif sekali."

Sehun menarik napas dalam-dalam, lalu menatap yoona dengan tajam, "aku tidak posesif. Sudah dua puluh menit berlalu sejak dia pergi entah kemana," katanya dengan tenang.. "aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. jadi kumohon, noona hanya perlu masuk dan melihat apakah dia ada disana atau tidak"

Yoona menatap sehun sejenak dengan mata disipitkan, lalu menyerah. "oh baiklah,," desahnya dan berbalik pergi.

Beberapa menit kemudian yoona kembali dan berkata pendek "tidak ada"

Sehun mengangkat alis "dia tidak ada disana?"

"kalau begitu di mana dia?" gumam sehun, lebih kepada dirinya sendiri. Ia mengeluarkan ponsel, menekan nomor telepon tiffany sebelum menempelkan ke telinga. Nada sambung terdengar dan sehun berjalan kearah pintu kaca ganda yang terbuka lebar kea rah taman kecil yang terawat rapi. Sepi dan gelap, hanya ada empat lampu taman di setiap sudut yang memberikan penerangan remang-remang.

Tiffany tidak menjawab teleponnya. Sehun kembali menekan nomor gadis itu dan kembali menempelkan ponsel ke telinga. Ia menuruni tangga batu berada dan berdiri di tengah-tengah jalan setapak sementara kembali mendengar nada sambung di ponselnya.

Tiba-tiba ia mendengar seperti orang yang berbicara yang membuatnya tertegun. Ia menurunkan ponselnya dan memasang telinga. Benar. Ia mendengar lebih dari satu suara orang yang samar-samar. Sehun menutup ponselnya.. ia bergerak menyusuri jalan setapak mencari sumber suara orang yang di dengarnya. Ia mengenal suara itu. Sehun berhenti di sudut gedung, dia memasang kupingnya dan matanya melebar kaget mendengar apa yang dia dengar.

Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang