Bab Sepuluh

148 20 8
                                    

selamat membaca....

Sehun memarkirkan mobillnya di garasi dan membukakan pintuku. Sikap yang manis. Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan malam.

"kau tak perlu bersikap seperti tadi." Kataku, saat membuka pintu rumah. "sepertinya mereka belum pulang. Sebaiknya kau istirahat sekarang. Kau terlihat sangat kelelahan. Apa kau mau kubuatkan minuman penambah energi?"

Menyadari keanehan kata-kataku, cepat-cepat aku menambahkan "jangan berpikir aku mengkhawatirkan mu. Aku hanya tidak mau menjadi orang yang disalahkan kalau kau sampai pingsan di dalam rumah ini, apalagi kita sedang berdua. Jadi jangan berpikir macam-macam tentang maksud ucapanku."

Sehun tersenyum. Namun cepat-cepat merubahnya menjadi ekspresi datar seorang sehun, "aku tahu, buatkanlah jika kau ingin membuat minuman itu. Aku akan menghargainya."

Aku masih memandanginya, menunggu penjelasan.

"kau yang memintaku untuk menemanimu belanja di Mall tadi. Dan tidak mungkin aku menolak ajakan seorang pengacara hebat. Aku hanya ingin membantumu, noona."

Baiklah, pikiranku yang malang. "kau bisa menolak untuk itu, sehun-a. aku bisa menghubungi teman-teman ku atau siapapun itu untuk menemaniku berbelanja. Jadi kau tidak sampai kelelahan seperti ini."

"kurasa tidak ada salahnya sekali-kali menemani seorang wanita belanja. Sehingga aku bisa menghadapai calon istriku nanti jika ia ingin berbelanja"

Aku memandanginya dengan tatapan terkejut. "dan jangan jadikan aku sebagai bahan percobaan"

Sehun malah menatapku dan tersenyum. Kurasa sebenarnya ia ingin terlihat seperti pahlawan. Tetapi dengan wajahnya yang lelah itu, malah seperti orang yang tersenyum saat kesakitan.

"baiklah, aku tidak bermaksud seperti itu, jika kau masih ingin membuatkan ku minuman itu, maka aku akan menunggu. Tapi jika tidak, aku akan ke kamarku sekarang."

"baiklah, minumlah. Dan terimakasih" ucapku saat menyerahkan minuman yang terlihat panas dari asap yang mengepul diatasnya.

"terima kasih, aku akan meminumnya di kamar. Dan tenang saja, kurasa tanpa meminum ini pun aku tak akan pingsan."

Kuharap begitu

Saat dia ingin membuka pintu kamarnya, sehun tiba-tiba berbalik melihat ke bawah dekat tempatku berada, dapur. Dia melihatku dengan senyum tipisnya, ada yang aneh dengan tatapannya itu. Aku mendongak untuk melihat nya yang berada di lantai dua "ada apa lagi?"

"selamat tidur, semoga mimpi indah" ia memperlihatkan senyum lembut yang belum pernah kulihat sebelumnya.

****

Mungkin karena senyuman yang diberikan sehun itu membuat mimpiku malam tadi menjadi aneh. Ucapannya dengan kata-kata "semoga mimpi indah" yang diucapkannya malah memberikan dampak yang mengerikan bagi mimpiku. Bagaimana bisa dikatakan jika itu mimpi indah dengan seseorang mati dipangkuan kita sendiri? Itu sangat menakutkann.

Aku segera bangun dari tempat tidurku, takut mimpi itu berlanjut dengan cerita yang lebih menyeramkan jika aku tertidur kembali. Dengan langkah malas, aku menuruni tangga menuju kedapur dan mengambil sebotol air mineral di dalam kulkas, lalu meminumnya langsung tanpa gelas. Hyo dan yang lainnya hanya geleng-geleng kepala jika melihat tingkahku yang seperti ini.

Dimana manusia yang bernama sehun itu? Dia tidak sarapan pagi? Kenapa akhir-akhir ini ia selalu telat untuk sarapan bersama? Jika dia selalu telat seperti itu, kami harus menunggu dia untuk makan bersama, menyebalkan sebenarnya tapi karna dia adalah satu-satunya laki-laki di rumah ini, jadi kami menganggapnya sebagai kepala dirumah ini, dan bukankah jika seperti itu kami harus menghormatinya, ya...walaupun dia yang paling muda diantara kami.

"pagi semuanya" ucapnya saat menggeser bangku nya untuk sarapan

"morning" jawab beberapa dari kami yang melihat sehun yang sepertinya sudah siap untuk pergi.

"noona? Kau baik-baik saja?"

Aku mengerjap, mencoba mengendalikan diri dan kembali ke alam sadar ku saat ini, apa benar dia yang paling muda dari kami? Kenapa penampilannya terlihat dewasa dan maskulin? "tampan" gumam ku.

"noona bicara sesuatu?"

"ya? Ah..tidak, aku hanya lapar" ucap ku sambil mengalihkan pandanganku ke makanan yang tersedia.

"baiklah"

"kau sudah mau pergi sehun-a? Tanya taeyeon yang melihat sehun sudah ingin keluar setelah sarapan pagi tadi.

"ada tempat yang ingin aku kunjungi. Seperti nya aku akan lama di luar. Jika aku tidak pulang malam ini, berarti aku sedang lembur di kantor pengadilan. Tolong sampaikan kepada yang lain" kata sehun

"baiklah. Akan kusampaikan. Hati-hati, istirahatlah jika merasa lelah. Masalah kasus orang tuamu sepertinya kau benar. Hanya kalian yang mengerti hukum yang bisa menyelesaikan ini. Dan maaf, kami hanya bisa mendukung apapun perbuatan baikmu juga untuk tiffany, sahabatku." Ucap taeyeon yang tersenyum manis.

"tak masalah. Aku akan pergi"

"dia sudah mau pergi?" Tanya tiffany yang terlihat buru-buru dengan barang bawaannya.

"seperti yang kau lihat. Dan kau nona tiffany, apa yang membuatmu buru-buru seperti ini?" Tanya taeyeon heran.

"aku berencana ikut dengan mobil sehun untuk ke pengadilan, dan seperti yang kau tahu dia telah pergi. Maka aku akan naik mobil pribadiku. Dasar menyebalkan, bagaimana dia meninggalkan pengacaranya yang satu rumah dengannya?" omel tiffany sambil keluar menuju bagasi.

"dasar, dia bahkan lebih menyebalkan saat tidur" gumam taeyeon.

****

Seorang pria berjalan menyusuri lorong bergaya klasik yang terlihat mewah. Langkah pria berambut rapi dan bermantel kulit panjang bewarna hitam itu terlihat bahwa dia sedang tergesa-gesa. Pria itu menuju ruangan yang berada diujung ruangan dengan pintu yang terlihat klasik dan mewah. Seorang pria berbadan tinggi berdiri disamping pintu, merasakan kehadiran pria berambut rapi, pria tinggi itu langsung membukakan pitu untuk pria berambut rapi tadi.

Pria berambut rapi memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ada orang lain yang berada diriangan itu. Seseorang yang duduk dibalik meja dan tersembunyi diantara bagian ruang yang gelap.

Si rambut rapi membungkuk hingga membentuk sudut Sembilan puluh derajat, penghormatan untuk seseorang itu.

"dia telah dibebaskan" kata rambut rapi.

"dia berada disini?" Tanya orang yang duduk di kegelapan. Suaranya berat, seperti suara pria paruh baya yang telah berumur. Kelihatannya dia pemimpin disini. Sebagai jawabannya si rambut rapi mengangguk.

"sudah kuduga. Bawa dia menghadapku. Sekarang" ucapnya memerintah si rambut rapi itu.

Tak ayal lagi, begitu mendengar perintah maka akan langsung dilakukan. Dia berjalan cepat agar bisa membawa orang itu kehadapan tuan besarnya.

"bagimana kabarmu, kim tae woo?" sapanya saat seseorang itu maemasuki ruangan gelap itu.

"seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja selama ini. Dan aku berterima kasih karena telah berhasil mengkhianatiku. Kim jae hyung.!"

jangan lupa baca cerita baru aku ya...judulnya about you. ditunggu komen dan tekan bintang di cerita baru kita 😀😀
( dah kayak emak emak jual panci aja 😝)

Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang