Bab Sebelas

136 20 5
                                        

sebelum membaca adakalanya saya meminta maaf kepada para readers yang sudah mau membaca ff saya ini. karena bulan suci ramadhan yang saya dan kita nantikan telah tiba, segenap hati saya memohon maaf jika selama ini ada kata kata dalam balasan komen atau apapun itu yang tidak pantas untuk diungkapkan. dengan kerendahan hati, saya pribadi mohon maaf lahir dan batin.

selamat membaca....

Ruangan berukuran besar itu remang-remang karena tidak seluruh penerangan yang ada dinyalakan serta jendela yang tertutup rapat. Barang mewah yang berada disekitar memenuhi ruangan tersebut serta lukisan-lukisan terkenal yang menempel di dinding menambah kesan gelap dan angker di dalam ruangan tersebut.

Di salah satu ruangan, kim tae woo duduk di balik meja yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Pakaian yang dikenakannya masih sama saat dia baru datang. Wajahnya tampak dingin, dan memancarkan aura mematikan seperti aura pembunuh kelas kakap yang membuat ngeri siapapun yang melihatnya. Tatapannya tertuju pada pintu ruangan yang berada di samping kiri nya..

Pintu terbuka, seorang pria berumur 40 tahun masuk dengan dua orang pria lain berada di belakangnya. Keduanya keluar meninggalkan pria tadi bersama tae woo. Pria tadi mendekatinya dan berkata:

"semua beres, semua yang anda butuhkan telah siap..." ucap pria tadi memulai percakapan. "... "sisa rekening anda yang lama, telah di pindahkan ke rekening baru, sehingga polisi tidak dapat melacaknya dari rekening anda, dan juga kehidupan anda akan kembali normal tanpa ada catatan criminal di kehidupan anda"

Kim tae woo menganggukkan kepalanya perlahan.

"bagaimana dengan anak itu? Apa kau mengetahui sesuatu?

"saya mendapatkan berita bahwa anak itu merupakan seorang hakim di salah satu firma hukum yang belum saya ketahui namanya. Dengan dibawah pengawasan pengusaha besar tuan lee soo hyun dia tinggal bersama saudara dan teman dari saudaranya."

"selain itu? Apa lagi yang kau dapatkan?

"semua ada disini..." pria tadi memberikan sebuah map di atas meja. Kim tae woo membuka map yang berisi laporan dari pria yang dihadapannya.. sebuah biodata dan foto seorang laki-laki yang memakai jubah hakim. Dia mengamati foto itu dengan seksama. Secara otomatis senyum pembunuhnya keluar melihat seorang yang berada di foto tersebut.

"ini semua data tentang kehidupan anak yang anda cari enam belas tahun yang lalu. Seperti yang anda dengar, di merupakan seorang hakim. Apa anda akan melanjutkan rencana anda? Seperti yang anda tahu, bahwa enam belas tahun yang lalu bukanlah waktu yang singkat. Kemungkinan orang yang di ada di data ini,bukanlah orang yang tepat." Sambung pria tadi.

"aku yakin dia masih hidup, dan sepertinya ini memang benar dia. Aku tidak akan susah-susah keluar penjara untuk mengurus hal yang omong kosong" kata tae woo.

"seperti yang anda lihat, apa yang akan menjadi rencana anda?"

" oh sehun. Aku akan membunuhnya"

****

" kau melamun lagi?"

Sehun tersentak dan mendongak menatap bocah pengacara dihadapannya. "mian, apa katamu tadi?" Tanya sehun.

Taehyung mendengus kesal dan menyandarkan punggungnya kesandaran kursi. "apa aku terlihat seperti benar-benar bocah bagimu? Kau tidak mendengar perkataanku seperti seorang hyung yang malas meladeni anak kecil yang sedang bicara, kau tak mendengar ucapanku hyung, dan itu menyebalkan."

Sehun hanya menatap datar. Ia hanya mengendikkan bahunya pertanda dia tidak bermaksud dengan perlakuannya kepada seorang yang masih dianggapnya bocah.

Lebih dari enam jam di bersama bocah pengacara itu. Menganalisis tentang kematian orang tuanya bersama pengacara itu. Dia memilih untuk membahas kasus itu dengan berada di luar kantor, bukan untuk mengindari wanita yang akhir-akhir ini mengganggu kerja otaknya untuk focus ke kasus ini, tetapi hanya tidak ingin memberatkan beban untuk wanita itu, ya...walaupun dia sendiri yang memintanya. Dan sehun paham akan hal itu.

" apa yang kau pikirkan, hyung?"

Sehun kembali menatap taehyung. "apa maksudmu"

Taehyung menegakkan tubuhnya, dan menatap sehun dengan tatapan tajam nya. " apa tak ingin mengetahui siapa pelaku dari kasus orang tuamu? Dengan mendapatkan pelaku kasus ini, kau bisa menjadi hakim seperti biasanya, kau tau itu bukan? Dan juga, ini tentang orang tuamu. Apa kau masih mau berlama-lama? Apa kau tak takut bahwa orang tuamu tidak tenang di tempat mereka sekarang berada. Hyung, kau.." taehyung menghentikan kata-katanya dan menarik napas. "dengar, aku akan membantumu semampu yang aku bisa. Aku hanya ingin membantu orang-orang seperti hyung. Bukan karena kasihan, itu sudah menjadi janjiku saat pelantikanku setahun yang lalu."

Sehun menelan ludah dan berusaha menarik napas denan susah payah. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia mengusap wajahnya dan tersenyum saat tangannya meraih cangkir tehnya "terima kasih, taehyung, aku tau hal itu. Tentang pelaku. Ketenangan orang tuaku. Dan hidupku yang menjadi hakim dengan status yang benar-benar menjadi hakim. Aku tahu."

Taehyung membalas senyum sehun yang jarang diperlihatkannya dan mengalihkan pembicaraan. "jadi bagaiamana hubunganmu dengan tiffany noona? Hanya memberi tahu saja. Aku menyukainya. Jika kau juga memliki perasaan itu, kita harus bertarung dengan cara yang sehat bukan?"

Sehun menatap taehyung dengan tatapan tak percaya. Anak ini. Bisa-bisanya. "maksudmu perasaan seperti apa?" ucapnya mencoba tenang.

" ya seperti ingin memiliki dan hidup bersamanya sampai, ya...kita mati"

"jika seperti itu, aku telah mendapatkannya." Ucap sehun enteng.

" maksudmu?"

" aku telah memilikinya dan lebih dari itu, kami tinggal satu atap. Dan kau, tidak"

"hyung...bukan seperti itu. Jika kau menambhkan perasaan cinta yang tulus, aku akan mundur, tapi jika hanya seperti yang kau bilang tadi, aku yakin akan mendapatkannya." Ucap taehyung dengan senyum lebarnya.

"baiklah. Sepertinya aku akan menjadi lawan yang berat untukmu, bocah kecil."

"tentu tidak, aku akan ke toilet sebentar."

"baiklah"

Sepeninggal taehyung ke toilet, sehun hanya memandang luar dan temenung kembali. Ia hendak menundukkan kepalanya ketika ia menangkap kertas yang muncul dalam tas kerja taehyung yang terbuka. Ia hendak menutupnya sebelum tas itu tejatuh dan berantakan, tetapi matanya menangkap sesuatu yang mencurigakan.

Sebuah catatan dengan Koran lama. Kematian pengusaha besar oh jaehyun dan lee soo hee. Kedua orang tuanya. Dan bocah itu menyembunyikan sesuatu darinya.

Sehun mengambilnya dan menyimpan benda itu di tasnya. Bukan untuk mencurinya, hanya ingin mencari tahu apa yang ada di catatan itu serta kenapa taehyung menyembunyikan sesuatu dari dirinya.

Taehyung kembali dengan senyum di wajahnya. "setelah ini kau mau kemana?" tanyanya.

"aku akan pulang sekarang, terima kasih untuk waktunya." Ucap sehun yang sudah berdiri di tempatnya.

"baiklah, aku akan disini sebentar lagi" jawab taehyung..

"aku pulang" pamit sehun sambil berjalan menuju pintu luar

"mian, hyung. Hanya dengan cara ini aku bisa membantumu" pikir taehyung sambil menatap sehun pergi dengan mobilnya.

**** 

jangan membaca malam-malam, saya tidak tanggung jawab jika kalian tertinggal untuk sahur    

Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang