Bab Dua Puluh

168 22 12
                                    

Sehun melihat tubuh tiffany menegang begitu ia mengucapkan permintaannya. Ia tahu permintaannya mendadak, tetapi ia ingin wanita itu memahami perasaanya tanpa kata-kata. Ia ingin tiffany hwang merasakan apa yang dirasakannya dalam hati. Sehun ingin tiffany mengerti bahwa ia sudah menjadi bagian terpenting dalam hidup sehun, sangat penting sehingga ia sempat lupa dengan kasus kedua orang tuanya. Bahwa juga ia sangat penting sehingga sehun bersedia menyerahkan jantungnya untuk tiffany seandainya itu bisa membuat gadis itu tetap bertahan hidup. Seandainya penyakit jantung itu tidak menghinggap di tubuh wanita yang ia cintai, maka ia tetap berada di kantornya dan berkutat dengan kasus kedua orangtuanya.

Mata hitam tiffany masih menatap mata sehun dalam-dalam dan sehun tidak tahu apa yang kini sedang berkelebat di pikiran tiffany, atau apa yang sedang dicari wanita itu. Sehun yakin tiffany mendengarnya tadi. Ia yakin..

"baiklah"

Sepatah kata itu ia ucapkan dengan sangat lirih sampai sehun hampir tidak mendengarnya. Ia mengerjap dan meminta penegasan.

Seulas senyum samar dan ragu tersunggging di bibir tiffany. "kurasa aku bisa mengabulkannya" gumamnya.

Sehun menelan ludah. Jantungnya berdebar keras sampai ia takut tiffany mendengar debaran jantungnya yang begitu keras. Ia mengenggam tanganya, ia mendadak berkeringat dingin seperti ini.

Karena ini tiffany hwang. Gadis yang memiliki hati oh sehun. Dalam genggaman tangannya sehun mencondongkan tubuhnya dengan perlahan, memberi kesempatan kepada tiffany untuk mengurungkan niatnya. tetapi tiffany tetap diam dan membiarkan sehun mendekatinya.

Ketika pada akhirnya sehun menyentuh bibirnya ke bibir tiffany, kepalanya terasa begitu ringan dan dadanya terasa begitu penuh sampai ia merasa akan meledak. Bibir tiffany terasa dingin dan sehun tidak melakukan apapun selain menempelkan bibirnya ke bibir tiffany. Ia tidak ingin membuat tiffany ketakutan.

Ciuman kecil itu belangsung selama sepuluh detik. Setelah itu sehun menarik diri dan tersenyum kecil kepada tiffany, " tidak sesulit yang noona pikirkan bukan?" tanyanya dengan nada begurau. "kuharap ini akan menjadi kenangan kita"

Selama beberapa saat mereka hanya duduk diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Lalu sehun memcahkan keheningan yang menyelubungi mereka.

"aku mencintaimu"

Sekali lagi sehun merasakan ketegangan tiffany yang berada disampingnya.

Sehun mengembuskan nafas dengan perlahan. Akhirnya ia mengatakannya. Ia sudah mengatakannya. Dan ia memang merasa sedikit lebih lega setelah menyuarakan apa ayang ada didalam hatinya.

"tapi kurasa noona sudah mengetahuinya" lanjut sehun dengan nada lebih ringan. Tiffany masih diam setibu bahasa, masih tidak menatap sehun, takut dia akan tersadar dari mimpi indah yang telah dilaluinya.

'aku hanya ingin mengatakannya, jadi noona tidak perlu merasa terbebani" lanjut sehun.

Hening lagi. Tetapi kali ini keheningan itu tercampur dengan kecanggungan dengan kadar tingka tinggi yang menggantung diudara.

"tapi ada satu hal yang ku minta dari noona" sehun menghela nafas dan kembali membuka suara " berjanjilah padaku, kau akan tetap hidup"

Tiffany mengerjap, "kalau bukan untukku, lakukanlah untuk dirimu sendiri"

Hening. Kemudian sehun mendengar tiffany menghela nafas singkat sebelum akhirnya membuka suara "sejak kapan kau mengetahuinya?" tanyanya pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari tuts piano.

Tak ada jawaban

"baiklah, aku berjanji akan bertahan hidup. Maka dari itu aku akan tetap ikut membantu untuk kasus kedua orang tuamu. Lalu aku akan bertahan hidup sampai aku mendapat jantung baru. Untukku..untuk orang tuaku..untukumu"

Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang