Bab Delapan

175 26 1
                                    


tambahan karena terlalu lama tidak update. :)

Sehun terbangun dari tidurnya, matanya masih berat untuk di buka, lalu mendesah pelan. Ia masih ingin berbaring di ranjang empuknya, sedikit lebih lama untuk merenung apa yang dikatakannya semalam. Jam delapan pas. Shit...dia kesiangan, tapi mereka tidak membangunkanku? Kenapa? Pikirnya. Baiklah sudah waktunya bersiap-siap untuk pergi.

Ia sudah siap untuk pergi setelah mandi dan berpakaian dengan cepat. Begitu ia membuka kamar tidurnya, aroma makanan yang harum membuat perutnya bereaksi liar, membuat dia turun dengan cepat, dan berakhir dengan wajahnya yang mencium lantai bawah tangga.

"sehun-a.. kau baik-baik saja? Bagaimana bisa kau ceroboh seperti itu?" Tanya tiffany sambil berlari setelah mendengar bunyi sesuatu yang jatuh cukup keras di luar dapur nya.

"ah..tak apa-apa..."

"apa kau bisa lebih berhati-hati?" Tanya nya lagi.

"baiklah" jawab sehun. " dan aku ingin sarapan" lanjutnya.

"baiklah..aku sengaja menunggumu. Yang lain sudah pergi untuk bekerja. Jadi tinggal kita berdua disini. Ada makanan untukmu, Tadi sunny sudah memasakkan makanan untukmu, makanlah..setelah itu kita akan pergi ke kantor polisi daerah gangnam, sepertinya taehyung sudah melihat bukti yang tertinggal saat kejadian itu." Ucap tiffany.

"baiklah" ucap sehun lesu, mendengar nama bocah kecil itu membuatnya malas dan kesal secara bersamaan.

"aku akan bersiap-siap dulu. Makanlah dengan pelan. Mengerti?"

"ya"

Tepat pada saat tiffany menaiki anak tangga pertama, telinganya menangkap alunan musik yang indah. Sebuah lagu? Sehun? Seulas senyum tercetak di bibir indahnya ketika ia melihat sehun yang juga menatapnya balik.

"it was love ? lagu yang manis" pikirnya setelah masuk ke kamarnnya dan tersenyum saat masih mendengar alunan lagu dari dapur.

****

Pusat Tahanan seoul. Uiwang, Provinsi Gyeonggi.

Di salah satu sel pada penjara dengan pengamanan yang ketat, duduk termenung seorang pria berperawakan besar untuk seukuran orang korea. Rambut dan cambang hitamnya dibiarkan memanjang tak terawat. Keadaan sel saat ini sangat sunyi, hanya teriakan-teriakan petugas yang mengontrol para tahanan di selnya masing-masing. Pria itu terlihat memikirkan kejadian dua hari yang lalu, saat seseorang mengunjunginya. Kunjungan pertama sejak dia masuk enam belas tahun yang lalu.

"penerus dari keluarga itu masih hidup. Aku tahu kau menyalahkan tuan besar karena membiarkanmu masuk penjara. Tetapi seandainya kau bisa keluar dari tempat ini, jika kau harus memilih, mana yang kau pilih? Membalas perlakuan tuan besar atau membunuh anak yang membuat hidupmu seperti ini?" kata orang berambut tebal dan rapi di depannya, hanya ada mereka berdua didalam plus seorang penjaga di dekat pintu, sepertinya penjaga tidak terlalu peduli dengan yang dibicarakan mereka berdua.

" aku akan melakukan keduanya."

"sayangnya, itu bukan pilihan."

"kau akan mengeluarkan ku dari sini?"

"bukan aku. Tapi tuan besar yang akan melakukannya. Itu pun tergantung dirimu"

Pria dengan pakaian tahanan itu menatap orang yang berada di depannya. " kau ingin aku melupakan apa yang tuan besar lakukan padaku?"

Sorry [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang