Siji : Tugas yang Mengawali Semuanya

188 13 4
                                    

Kematian.

Ada hal yang aku mengerti tentang kata itu. Sebuah hal yang tidak bisa dihindari jika sudah terjadi. Sebuah hal yang bisa datang kapan saja dan dimana saja. Dan sebuah hal yang tidak mengenal tempat, waktu, situasi, dan umur. Baik lansia, orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak tidak bisa menghindari kematian jika sudah ditetapkan untuknnya.

Percuma saja melarikan diri. Kematian adalah hal mutlak yang akan diterima oleh setiap manusia.

Dan pertanyaannya, bagaimana akhir dari cerita setiap manusia tersebut? Apakah dengan wajar? Ataukah dengan mengenaskan? Tidak ada satupun manusia yang tahu.

Jika manusia bisa memilih cara mereka mati, pasti banyak orang yang ingin mati dengan damai.

Tapi, apakah manusia bisa memilih jalan tersebut?

"Apa ada perlu denganku?" Aku bertanya kepada pria di depanku.

Pria berjas tersebut sedang duduk sambil menghisap rokoknya dengan santai. Kakinya dengan sopan ia sandarkan ke meja tugasnya.

Ia benar-benar menikmati pekerjaannya bukan?

Yah, ku akui bahwa ruangan kantor ini cukup nyaman. Terdapat 2 pendingin ruangan disini, dan juga desain interior yang menurutku cukup rapi.

Terdapat lukisan-lukisan yang terlihat mahal digantung pada dinding yang berwarna putih bersih. Di sisi kanan meja tugas terdapat sebuah tanaman yang menambah keindahan ruang tersebut.

Walaupun bau ruangan ini dipenuhi aroma tembakau bakar, sih.

Sadar dengan kedatangan ku, pria berambut hitam itu kemudian mengepulkan asap dari mulutnya dan langsung menatapku.

"Ah... ya. Aku memiliki tugas untukmu."

Ia kemudian meletakkan rokoknya di asbak yang ada di depannya.

"Sepertinya anda menikmati posisi seperti ini ya? Apa istri anda tidak marah jika melihat ini?"

Aku melontarkan sindiran kepada pria di depanku. Merasa disindir, pria tersebut tersenyum garing.

"Kau mengejekku? Istri? Jangan mengatakan hal kejam kepada pria yang sedang men-jomblo disini."

"Oh. Maaf-maaf. Aku kira seorang bos seperti anda memiliki banyak istri."

Aku tersenyum untuk memprovokasi orang di depanku.

"Hahaha.. kau benar-benar tidak pernah berubah ya? Perkataanmu benar-benar menyakitkan."

Pria itu menggaruk kepalanya sambil tertawa garing.

"Aku bukan Ultraman ataupun Power Ranger. Lupakan, apa tugas yang akan anda berikan?"

"Jangan terlalu formal kepadaku. Kau bukanlah orang asing bagiku, Karna."

"Oh, maaf. Saya hanyalah seorang bawahan anda, bos Raden Wijaya."

Aku kembali tersenyum mengejek ke orang yang ada di depanku. Raden Wijaya adalah temanku sejak masa kanak-kanak. Dari dulu aku sering menjahilinya seperti ini. Ini adalah hal yang biasa kami lakukan saat bertemu.

"Ya, ya, ya. Lupakan. Ayo kembali ke topik."

Setelah mengatakan itu, Wijayapun bangun dari posisi 'nyamannya'. Lalu, ia menatapku dengan tajam. Hoh, sepertinya ia mulai masuk ke mode seriusnya.

"Sepertinya ini masalah yang cukup serius kah?"

"Yah seperti yang kau duga. Ini masalah yang sangat serius."

"Jelaskan."

"Aku ingin kau menyelidiki suatu kasus di daerah Pelamang.—"

Pelamang? Ada apa dengan daerah itu? Kenapa masalah ini dibilang sangat serius?

Loro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang