Sewelas : Sesuatu di Bagian Kosong

46 6 0
                                    

—Sore hari.

Karena ini hari minggu, aktivitas mengajar di panti juga diliburkan. Aku memanfaatkan hal itu untuk berkeliling desa untuk melakukan penyegaran. Hal ini juga aku manfaatkan untuk mengumpulkan informasi lagi.

Mengedarkan pandanganku, aku melihat pemukiman yang cukup sepi. Hampir tidak ada kehidupan yang menghuni di sekitar sini.

Menurut pernyataan dari Pak Slamet, orang-orang yang tinggal disini semuanya pindah ke tempat yang lebih aman. Apa hanya itu alasannya?

Akupun melangkahkan kaki ke sebuah rumah yang mungkin sudah lama tidak di tinggali. Itu terlihat dari debu dan kotoran yang ada di teras rumah tersebut. Mungkin penghuni rumah ini meninggalkan rumah ini sekitar 4-5 bulan yang lalu.

Aku beranjak dari rumah itu dan pergi ke tempat yang lain.

Kenapa hanya dusun ini yang dikosongkan? Itu yang pertanyaan muncul dari pikirkanku.

Pasti ada sesuatu yang lain sehingga hanya dusun inilah yang kosong. Aku tidak mengetahui pasti apa alasannya. Tapi, aku yakin tidak ada hubungannya dengan penculikan.

Jika itu penculikan, maka yang akan pindah keluar kota hanyalah mereka yang memiliki anak-anak. Mereka yang pindah adalah orang yang khawatir tentang keselamatan anak-anak mereka. Apakah mungkin, seluruh dusun yang berdiri sekitar 25 rumah ini semuanya memiliki anak kecil? Aku tidak yakin.

Aku kembali berhenti di depan sebuah sekolah. Aku melihat gapura yang bertuliskan SDN 02 Sukawati berdiri kokoh di depanku. Tempat ini membuatku penasaran.

Akupun mendekati pagar sekolah tersebut. Gemboknya terbuka.

 Apa ada orang yang berada di area sekolah ini?

Tanganku memegang besi pada gerbang tersebut. Tidak ada debu di pegangan ini. Itu menunjukan bahwa seseorang datang kesini beberapa waktu yang lalu.

Akupun menggeser gerbang tersebut untuk membukanya. Suara deritan roda besi terdengar memekik di telingaku. Tanpa pikir panjang, aku memasuki kawasan sekolah yang tidak berpenghuni ini.

"Ternyata dari sini pemandangannya sangat bagus."

Mengedarkan pandanganku kembali, aku melihat pemandangan gunung dari tempatku berdiri ini. Cuaca yang cerah membuat gunung itu terlihat sangat jelas walaupun ini sore hari.

Mataku menoleh ke arah lain. Benar-benar sepi. Padahal aku yakin ada seseorang yang masuk ke sekolah ini tepat sebelum diriku.

"Tidak ada orang di sini."

Sampah dedaunan menumpuk di halaman sekolah tempat anak-anak biasanya berupacara. Aku memperhatikan bendera merah putih yang kondisinya mengenaskan karena berada di tiang selama berbulan-bulan.

Berapa bulan sekolah ini dibubarkan? Apa tidak ada penjaga atau semacamnya di sekolah ini? Ini cukup aneh jika sekolah tidak memiliki penjaga.

Mengabaikan itu, aku berjalan menuju koridor kelas. Melihat beberapa kelas yang dulunya di tempati oleh anak-anak disini. Plang yang bertuliskan kelas VI terpasang di atas pintu. Plang itu sangat berdebu hingga aku hampir tidak membaca tulisannya.

Sekolah ini tergolong cukup kecil. Dari kelas 1 sampai kelas 6 hanya terdapat 1 kelas. Tidak ada pembagian kelas A, B, atau C di setiap angkatan seperti yang ada di sekolah kotaku.

Halaman sekolah juga tergolong tidak terlalu luas. Di halaman tersebut terdapat pohon-pohon rindang yang tumbuh di pojok halaman yang berbentuk persegi panjang tersebut.

Sejauh ini, aku merasa sekolah ini cukup normal. Tidak ada yang aneh kecuali aku yang mengira ada orang selain diriku di sekitar sini.

"Padahal aku yakin ada orang lain di sini."

Setelah aku menyusuri koridor, aku melangkahkan kaki menuju bagian belakang dari sekolah tersebut.

Di sana terdapat 3 toilet yang cukup kecil. Kondisi depan toilet itu sangat kotor dan ditumbuhi oleh tanaman yang merambat. Bau busukpun keluar dari toilet tersebut.

Aku mendekati salah satu toilet tersebut. Sambil menutup hidungku, aku membuka pintu dari toilet tersebut.

Sesuatu yang ku lihat benar-benar hal yang sulit ku percayai. Bercak darah memenuhi ruangan yang berukuran 2x2 meter tersebut.

"Sebaiknya aku tidak memikirkan hal seperti itu."

Akupun menutup kembali toilet tersebut dan beranjak meninggalkan tempat tersebut.

Kali ini aku mendapati sebuah perpustakaan dengan udara yang cukup aneh. Bangunan ini tidak memiliki jendela. Ventilasinya ditutupi oleh cover berwarna hijau. Karena penasaran, aku mencoba membuka pintu yang terbuat dari triplek ini.

Pintu ini sedikit macet saat aku membukanya. Akupun dengan paksa membuka pintu tersebut.

Pandanganku menangkap keadaan gelap di ruangan ini. Akupun mencari saklar untuk menyalakan lampu. Namun, tidak ku temukan di manapun. Sepertinya perpustakan di sini tidak memiliki penerangan.

"Sepertinya memang tidak ada orang di sini."

Karena pandanganku terbatas, akupun menyerah dan kembali menutup pintu perpustakaan tersebut.

Akupun memutuskan untuk kembali ke halaman sekolah.

Melihat beberapa hal tadi, aku sekarang yakin tidak ada orang yang ada di sekolah ini. Dengan keyakinan samar itu, akupun pergi meninggalkan sekolah yang sudah tidak beraktivitas ini.

.

.

.

.

~~Bersambung~~

Loro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang