Limo : Laskar Nyawiji

81 8 6
                                    

—"Apa kalian sering bermain disini?" Tanyaku kepada anak berambut jabrik di sampingku.

Sekarang, kami sedang beristirahat di pinggir lapangan.

Setelah mereka kembali bermain, aku hanya menonton dari sini. Aku hanya bisa memperhatikan dari kejauhan.

Dan saat mereka selesai, mereka semua malah menghampiriku. Mereka tidak curiga terhadap orang asing sepertiku.

"Ya, lagipula ini taman panti. Jadi, kami selalu bermain disini."

Sekarang, aku mengerti siapa pemimpin dari kelompok ini. Sugeng, anak laki-laki berambut jabrik yang memiliki jiwa pemimpin. Ia selalu mengarahkan kelompok ini untuk melakukan sesuatu.

Sepertinya, ia juga yang menyarankan untuk menghampiriku.

"Apa kalian tidak takut?"

"Takut?"

Dahi Sugeng mengernyit tanda bingung.

"Takut kepada apa?" Timpal Wardo.

"Bukankah akhir-akhir ini terjadi banyak penculikan? Apa kalian tidak pernah mendengarnya?"

Tiba-tiba mereka semua terdiam. Udara di sekitar mereka menjadi aneh saat aku menanyakan itu. Sepertinya, aku menanyakan sesuatu yang salah.

Satu-satunya yang tidak mengalami perubahan adalah pemimpin mereka. Sugeng melihat ke arah teman-temannya yang menunjukan ekspresi khawatir.

"Tidak! Tidak sama sekali!"

Tiba-tiba Sugeng berdiri dan mengatakan itu dengan tegas. Anak-anak yang lain menatap ke arahnya.

"Mana?! Mana penculik itu?! Tunjukanlah dirimu dan akan aku pukul mereka dengan tinjuku! Aku tidak takut! Jika mereka berani melukai teman-temanku, aku akan mengalahkan mereka!"

Dengan penuh keyakinan, bocah jabrik itu mengatakan hal yang membangkitkan semangat teman-temannya.

Udara di sekitar kembali stabil. Anak-anak itu menatap Sugeng dengan pandangan kagum.

Aku juga merasa kagum. Ternyata, ia adalah sumber dari keberanian dari kelompok kecil ini. Ia mengingatkan diriku dengan Wijaya pada masa lalu.

Selalu menyemangati, memberikan rasa aman, dan mempercayai kawan-kawannya. Sifat yang benar-benar mirip.

Aku tersenyum tipis.

"Tekad yang bagus. Aku yakin kau bisa melakukannya."

"Tentu saja! Aku ingin menjadi seorang pahlawan keadilan. Aku akan memberantas kejahatan! Melindungi yang lemah adalah tugasku."

Aku masih tersenyum mendengar impian manis seorang anak-anak. Di negara yang busuk ini, ada anak-anak dengan tekad kuat yang ingin menegakkan keadilan.

Tapi, apa keadilan itu memang ada?

Impian polosnya yang sangat indah, mungkin akan menjadikannya seorang pemimpin yang sangat disegani di masa depan nanti. Aku akan menantikannya.

"Haha. Aku akan mendukungmu!" Kataku.

"Heheh."

Sugeng tersenyum cerah.

"Sebelum kau menjadi seorang pahlawan keadilan, ada baiknya kau mulai memakan sayuran agar tubuhmu tidak kurus seperti itu," Sindirku.

"Heh?! Kenapa pak Angga tahu aku tidak suka makan sayur?!"

Sepertinya ia terkejut karena sindiranku tepat mengenai dirinya.

"Aneh yah? Ia juga bisa menebak apa yang aku pikirkan" Kata Gino.

Loro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang