Sepuluh : Anggota Nomor 00

56 8 0
                                    

—Kami semua beristirahat di tempat yang persis seperti kemarin.

"Aku tadi pagi melihat kalian di danau. Apa yang kalian lakukan?"

Saat aku menanyakan hal itu, Sugeng dan lainnya terbelalak kaget.

"Ka-kami tidak bermain di sana kok. Ya kan, Bim?"

Sugeng mencoba menolak fakta yang aku ungkapkan dan mencari bantuan ke temannya.

"I-iya lagipula untuk apa kami bermain disana?. Kan Wardo?"

"Hah? Bukannya tadi pagi kita –hummpp humm ummppp."

Sugeng langsung membekap mulut Wardo. Wardo memang anak yang jujur dan blak-blakan.

"Ahahaha." Sugeng tertawa garing.

Wardo masih meronta-ronta dari bekapan Sugeng.

"Ahaha gundulmu! Aku hampir mati eiy!"

Akhirnya Wardo berhasil melepaskan diri dari bekapan Sugeng. Ia kini memegang kerah baju Sugeng dan menggoyang-goyangkannya.

"Aaa maaf-maaf. Lagipula yang gundul itu kau, Wardo."

"Apa?!" Wardo berteriak tanda tak terima.

Aku tersenyum melihat tingkah anak-anak ini.

"Jadi, apa yang kalian lakukan di danau? Bukannya kak Ayu sudah melarang kalian pergi ke sana?"

Tiba-tiba pertengkaran Wardo dan Sugeng berhenti. Sepertinya mereka masih ingin menyangkal kebenaran.

"Kami hanya berpetualang disana," jawab Tito enteng.

"Tito! Kenapa kau mengatakannya!"

Kali ini Sugeng yang menggoyangkan kerah baju Tito.

"Aku hanya mengatakan sejujurnya."

Tito hanya pasrah dengan suaranya tersenggal-senggal akibat tubuhnya yang diguncang Sugeng.

"Jangan menyembunyikannya dariku."

Sugeng dan lainnya pun menundukkan wajahnya. Sepertinya mereka merasa bersalah. Seolah-olah mereka tertangkap basah saat mencuri mangga di rumah tetangga.

"Iya, kami bermain di pinggir danau tadi pagi."

Sugeng dengan berat hati mengakui hal tersebut.

"Bukannya tidak di pinggir lagi? Malahan kita mandi di danau itu."

"Wardo!"

"Maaf!"

Sepertinya Wardo memang anak yang jujur.

"Tolong jangan beri tahu kak Ayu. Untukku sih tidak masalah, tapi bagi anak-anak panti mungkin, hal ini bisa jadi masalah. Karena aku yang mengajak mereka, akulah yang bertanggung jawab."

Aku kagum dengan keberaniannya mengakui hal tersebut dan menganggap semua itu adalah tanggung jawabnya.

Tapi, bukan itu yang aku cari dari mereka. Lagipula Ayu sudah mengetahui hal tersebut.

"Ayu sudah tahu tentang hal itu."

Seketika wajah anak-anak tersebut berubah menjadi pucat. Mereka mungkin terkejut. Kecuali seseorang yang sedari tadi kebingungan. Aisyah bingung melihat teman-temannya menundukkan kepala mereka.

"Tapi, aku yakin ia tidak marah. Iya kan, Aisyah?"

Anak-anak itu mengalihkan pandangan mereka ke Aisyah.

"Eh?"

Aisyah kebingungan. Ia tidak menyangka akan ditanyai oleh diriku.

"Mu-mungkin. Soalnya kak Ayu tadi tidak terlihat marah." Kata Aisyah.

Loro [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang