—"Kita sudah sampai."
Aku membuka kelopak mataku secara perlahan. Aku berkali-kali mengedipkan mataku untuk menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Saat aku sudah mampu melihat dengan jelas, aku sedikit terkejut dengan apa yang aku lihat.
"Kenapa kita berhenti disini?"
Aku tidak melihat adanya desa. Yang ada hanyalah hamparan sawah yang sangat luas membentang. Penerangan jalan disini juga hampir tidak ada.
Apakah benar ini desanya?
"Yah, aku tidak di perintahkan untuk membawamu masuk ke dalam desa."
"Kenapa?"
"Entahlah. Tapi jarak desa itu tidak terlalu jauh. Kau bisa berjalan kaki dari sini. Jadi, turunlah!"
Ia mengatakan seolah hendak mengusirku.
"Ya, ya."
Akupun membuka pintu mobil itu dan mulai turun. Aku mendekati bagasi lalu membukanya dan mengambil tas yang berisi barang bawaanku.
Andini tidak ikut turun, ia masih berada di dalam mobilnya. Mungkin ia melakukan hal tersebut dengan suatu alasan.
"Oh iya, untuk rutenya kau bisa melihat melalui maps. Dan untuk panti asuhannya kau bisa bertanya kepada orang-orang disana."
Aku menoleh ke arah Dini yang berada di kursi pengemudi.
"Aku mengerti."
"Ya sudah, itu hal yang ingin aku beri tahu. Aku pergi dulu. Pastikan kau berhasil dalam misi ini oke?"
Ia tersenyum saat mengatakan hal itu.
"Ya, akan ku usahakan."
Saat aku membalas perkataannya, mobil yang dikendarai Dini perlahan berjalan meninggalkanku.
Aku melihatnya melambaikan tangan di balik kaca mobil itu. Sontak, aku membalasnya dengan melambaikan tanganku.
Jadi sekarang. Ini tempatnya kah? Sebuah tempat dimana banyak kematian yang terjadi.
Aku mengedarkan pandanganku. Pandanganku benar-benar terbatas. Hanya ada satu lampu yang menerangi jalanan. Itupun cahayanya kurang terang. Tempat seperti ini sangat rawan kejahatan.
Akupun mengambil ponsel di dalam saku bajuku dan menatap layarnya. Jam digital di ponsel tersebut menampilkan pukul 4:05. Ini masih sangat pagi untuk beraktivitas. Pantas saja masih terasa sepi.
Akupun membuka aplikasi maps di dalam ponselku dan memastikan dimana sekarang aku berada. Layarpun menunjukkan sebuah peta dengan sebuah indikator biru dengan tanda panah.
Jadi, aku berada di daerah Sukawati kah? Akupun mengetikkan Dusun Kepuh di dalam kolom pencarian aplikasi tersebut. Dan rute tersebut di tampilkan dengan cukup cepat.
—Akupun berjalan menyusuri jalanan ini. Di dalam ponsel, aku harus berjalan sejauh 6 km lagi. Benar-benar dekat kah? Kenapa Dini tidak mengantarku sampai ke desa saja? Balas dendam? Ah sudahlah.
Udara dingin mulai menusuk kulitku. Daerah ini dekat dengan pegunungan. Suhu pada pagi hari seperti ini ternyata sangat dingin. Sama seperti dibawah hembusan AC bersuhu 16 derajat. Sangat dingin.
Akupun menoleh ke arah kanan jalan untuk melupakan rasa dingin.
Sawah terhampar luas disana. Sejauh mata memandang hanya persawahan yang ada.
Oh, di situ juga terdapat sungai yang cukup besar. Aku tidak tahu airnya jernih atau tidak. Tapi yang pasti di sungai itu hanya terdapat sedikit sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loro [END]
AcciónPenculikan yang marak terjadi akhir-akhir ini mulai meresahkan warga. Kebanyakan korban penculikan yang kembali, tidak ada yang hidup. Kebanyakan dari mereka dikembalikan dalam kondisi mati mengenaskan dengan organ dalam yang hilang. Sisanya, hanya...